Freya terharu, perasaan di dalam hatinya bercampur aduk. Antara senang dan sedih bahkan rasanya seperti mimpi indah yang sulit untuk di percaya. Namun seketika Freya teringat semua perkataan Damian beberapa hari yang lalu, untuk menunggu kabar baik darinya.
"Tunggu, email ini asli apa enggak ya? Kenapa begitu mendadak? Oh iya semalam Damian membawa hasil karya desain ku, apa ini ada hubungan dengan dia?" Freya bertanya-tanya, untuk memastikan perkiraannya kini ia segera menelpon sang suami.Drrttt...drttt..Panggilan terhubung, Freya terlihat begitu antusias. Saat Damian menjawab panggilannya."Ya, Halo?" Damian memulai topik pembicaraan terlebih dahulu. Freya yang masih merasa gugup, seolah-olah vita suaranya terasa tercekat di tenggorokan, dan bibirnya pun terasa terkunci.Tapi perempuan berparas cantik itu pun tetap berusaha, ia mencoba untuk tetap tenang lalu ia mulai memberanikan diri untuk bertanya secara langsung."Aku Freya, ada yang ingin aku tanyakan padamu. Tolong jawab dengan jujur," Pinta Freya secara to the point.Damian merasa senang, karena akhirnya Freya sudah mulai mau menghubungi dia."Iya, katakan saja. Apa yang ingin nona tanyakan tidak usah sungkan," Balas Damian yang masih setia menunggu.Freya menarik nafas dalam-dalam, Lalu ia menceritakan tentang dirinya yang tiba-tiba saja mendapatkan sebuah email dari sebuah perusahaan besar multinasional bernama Alexander Grup, yang mengundangnya secara resmi untuk hadir ke perusahaan itu.Damian hanya tersenyum kecil, ketika mendengar semua yang di ceritakan oleh sang istri."Katakan padaku Damian, apa kamu yang memberikan desain ku kemarin pada perusahaan besar itu?" Tanya Freya dengan penuh selidik."Tentu saja tidak nona, aku hanya mencoba untuk merekomendasikan pada Klien ku saja, mungkin karya mu terlihat bagus dan menarik sehingga membuat mereka tertarik, dan ingin menjadikan anda untuk menjadi bagian dari perusahaan mereka," Jawab Damian dengan santai.Hati Freya berbunga-bunga, saat Damian tak henti-henti menyanjung dan selalu mensupport dirinya."Terima kasih, karena kamu selalu menyemangati ku. Kalau begitu aku tidak mau mengganggu pekerjaan mu sampai ketemu di rumah nanti," Freya segera menutup panggilan.Entah kenapa ia merasa sangat gugup tadi, begitu juga dengan Damian. Rasanya lelaki tampan itu sangat bahagia, setelah menerima telpon dari istrinya. "Hm, Freya...Freya..." Gumam Damian mengelengkan kepala sembari tersenyum kecil.***Freya masih ingin memastikan keakuratan email yang ke dalam ponselnya, kini ia pun mengambil inisiatif untuk membalas email perusahaan tersebut, lalu menceritakan semua tentang skandal yang baru saja ia alami."Aku tidak yakin, jika mereka tahu tentang masalah ku kemarin. Apa masih berlaku undangan ini?" Freya bertanya-tanya sendiri karena merasa ragu, setelah ia menceritakan tentang rumor negatif tentangnya dan Damian.Belum sepuluh menit, Freya membalas email. Namun tiba-tiba balasan email dari perusahaan itu kembali masuk lagi, yang mengatas nama kan tuan Dave Alexander (CEO Alexander Grup).Kedua bola mata Freya membulat sempurna, saat membaca kan balasan email. Yang mengatakan bahwa perusahaan hanya menilai berdasarkan objektif saja.Hal itu pun membuat Freya, terhenyak kaget bercampur haru. Karena mendapatkan peluang besar untuk kembali dan meraih nama baiknya di dunia fashion lagi. "Ya tuhan, aku senang sekali. Jika ini benar dan resmi. Itu artinya aku tidak boleh melewatkan kesempatan emas ini. Lebih baik aku segera ke sana," seketika Freya meneteskan tangis bahagianya, bahkan ia terlihat begitu bersemangat, dan memutuskan untuk mendatangi undangan perusahaan tersebut.Akan tetapi baru saja ia mengambil kimono handuknya untuk mandi, tiba-tiba saja Freya baru ingat jika pakaiannya masih berada di rumah lama."Heh, aku lupa bagaimana bisa aku pergi ke sana dengan penampilan berantakan seperti ini?" Freya bingung.Ketika Freya tengah larut dalam kebingungan, tiba-tiba saja ia tak sengaja melihat sebuah paperbag berwarna hitam yang berada di atas meja."Apa ini?" Freya penasaran, lalu membuka apa yang ada di dalamnya, hal itu pun membuat ia terkejut saat melihat satu stel kemeja putih, rok span hitam beserta sebuah blazer putih baru yang sengaja di siapkan oleh suaminya.Freya merasa tersentuh, saat Damian begitu memperhatikan dirinya. Walaupun ia tidak suka memakai baju produk milik orang lagi, tapi Freya yang sudah tidak punya banyak waktu lagi, akhirnya ia memakai baju itu.****Beberapa jam kemudian, setelah berpakaian rapih dan modis. Freya akhirnya pergi ke perusahaan Multinasional Fashion Grup itu seorang diri, karena ia tidak mau mengganggu dan merepotkan suaminya yang sedang bekerja di toko, perusahaan itu juga di kenal perusahaan yang sangat besar bahkan terdengar memiliki beberapa anak perusahaan lainnya di seluruh kota.Freya merasa sedikit gugup, ketika berjalan memasuki perusahaan yang berlantaikan dua puluh itu, setelah kejadian beberapa hari yang lalu, sebenarnya ia juga masih takut dan malu mengingat skandal yang ia alami.Namun sesampainya di dalam, karyawan di bagian resepsionis pun menyambutnya dengan senyuman ramah."Selamat siang nona, apa ada yang bisa kami bantu?" Tanya kedua wanita berseragam hitam putih yang senada."S-saya ingin bertemu dengan pemilik perusahaan ini, dan kebetulan saya mempunyai email undangan dari beliau," Jelas Freya seraya memperlihatkan bukti emailnya.Melihat dan memastikan bahwa email itu resmi dari perusahaan mereka, kini kedua resepsionis itu pun mempersilahkan Freya untuk menunggu terlebih dahulu."Nona, silahkan duduk di ruang tunggu. Nanti kami akan segera menginformasikan lagi pada CEO.""Baik terima kasih."Freya akhirnya pergi ke ruangan tunggu, sesuai perintah yang di arahkan tangannya terasa dingin. Bahkan tubuhnya sangat gemetar membayangkan sosok seperti apa pemilik perusahaan besar ini."Aku harap, desainku ini bisa di terima dengan baik," ucap Freya dalam hati, sembari memeluk beberapa file di tangannya.Belum lama Freya duduk di sana, tiba-tiba saja dua orang menyusul masuk."Ck, sayangku. Lihatlah bukankah itu Freya? Sedang apa dia di sini?" Kathrine sengaja bertanya pada Hellian, dan mengarahkan jari telunjuknya tepat ke arah Freya.Freya tersontak, ketika melihat dua orang yang ada di depannya itu ternyata mantan bos dan teman yang sudah mengkhianatinya."Hm, Freya ternyata kau. Kami kira siapa tadi. Oh iya, untuk apa kamu di sini? Ingin melamar pekerjaan ya? Apa urat malu mu sudah putus? sebaiknya kamu jangan bermimpi bisa di terima di perusahaan ini, apa lagi dengan reputasi jelek mu yang sudah tidur dengan si tukang kain itu. Sungguh sangat memalukan hanya akan merusak reputasi perusahaan saja," Ledek Hellian sembari menatap remeh."Kau benar sayang, perusahaan mana yang akan mau menampungnya. Lebih baik kamu pergi Freya sebelum di seret oleh para security." Timpal Kathrine bernada manja, sembari mendaratkan kepala di bahu Hellian.Kedua bola mata Freya berkaca-kaca, saat mereka merundung dan menghina dirinya habis-habisan. Sungguh Ia merasa malu dan kesal ketika dua orang itu terus mencibir tentang skandalnya bersama Damian."Mereka berdua sungguh sangat menyebalkan." geram Freya dalam hati, seraya mengepalkan kedua tangan dan menatap tajam ke arah mereka.Ingin rasanya Freya menyumpal mulut kedua orang yang ada di depannya, akan tetapi ia berusaha untuk meredam emosi yang bergejolak di dalam hati, karena tidak mau jika sampai terpancing keusilan mereka, dan pada akhirnya dia sendiri yang akan rugi. "Sabar Freya!" Freya berusaha menghibur diri sendiri dalam hati. Ketika suasana di dalam ruangan itu sudah tidak nyaman, dan membuat Freya semakin tertekan. Tiba-tiba saja terlihat seorang wanita memasuki ruangan seraya membawa map hitam di tangannya. "Nona Freya Anastasya!" Panggilnya.Freya tersontak, begitu juga dengan Khatrine dan Hellian. Mereka semua menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari depan pintu. "I-iya saya," sahut Freya, lalu beranjak dari tempat duduk seraya memeluk erat beberapa berkas. Hellian dan Kathrine menyergitkan dahi, bahkan mereka saling menatap satu sama lain dengan penuh keheranan. Ketika wanita itu memanggil Freya. "Silahkan ikut dengan saya, CEO sudah menunggu anda di ruangannya," ucap wanita itu, yan
"Maaf tuan..." sesal Freya menundukkan wajah, lalu ia segera meninggalkan ruangan itu. Dengan perasaan yang kesal. Setelah Freya pergi, Dave menghela nafas lega. Karena hampir saja ponselnya di lihat. "Untung saja tidak ketahuan," gumam Dave mengusap kasar wajahnya, sembari menyandarkan punggung di kursi kebesarannya, dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh.Dave merasa bersalah, karena ia sudah membentak Freya. Tapi karena terlalu panik. Sampai ia tidak bisa berpikir jernih. "Lain kali, aku tidak boleh ceroboh." Gumam Dave, sembari memijat kening. Setelah keluar dari perusahaan Freya masih merasa kesal, karena tadi di bentak oleh atasan barunya. "Menyebalkan sekali, padahal aku tadi tak sengaja ingin melihat ponselnya, tapi dia malah marah-marah dasar orang aneh," Freya menggerutu. Akan tetapi mengingat sudah di terima di perusahaan itu, membuat rasa kesal Freya berkurang. "Sudahlah, mungkin tadi salahku juga karena ingin tahu privasi orang. Lebih baik aku telepon Damian
Wajah Damian terlihat pucat, ketika melihat Freya mencoba untuk meraih ke empat paperbag itu namun..."Tidak usah nona, biar aku saja. Nona pasti sangat lelah karena sudah memasak." Damian menolak dengan nada lembut. Freya mengerutkan kedua alis, ketika melihat sikap Damian yang sangat aneh. Seolah-olah barangnya tidak boleh di sentuh olehnya. "Ya sudahlah, terserah kamu," Freya tidak bisa memaksa. Ia kembali duduk. Setelah Damian berhasil membawa dompetnya lebih dulu. Kini lelaki tampan itu pun memberikan ke empat paperbag itu kepada Freya. "Jangan marah nona ini terimalah, aku harap nona suka dengan beberapa baju yang aku belikan," Bujuk Damian, lalu memberikan.Freya tertegun, saat mendengar apa yang di katakan oleh sang suami. "Apa! baju untukku?" Tanya Freya untuk memastikan dengan penuh selidik. Damian mengangguk, dan membenarkan semua pertanyaan Freya. "Iya, ambil dan cobalah. Bukankah sekarang nona sudah bekerja? Jadi semoga ini bermanfaat."Freya terdiam, melihat Dami
Sesampainya di mansion, Kahtrine menepis tangan Hellian dengan sangat kasar. Ketika mengingat Freya mendapatkan kesempatan bagus untuk mempromosikan desainnya. lagi. "Lepaskan tanganku!" Hellian tertegun, ketika melihat sang kekasih yang tampak marah besar. Tapi pria itu berusaha membujuk dan menenangkan hati Khatrine. "Sayang, plis. Jangan marah aku akan berusaha untuk membuat desainmu masuk ke perusahaan Alexander, agar kamu bisa mengikuti ajang festival yang kamu inginkan," ucap Hellian sembari memeluk Kathrine dari belakang. "Selalu saja begitu, aku ingin bukti. Kamu lihatkan kenapa Freya bisa mendapatkan peluang yang aku inginkan? Kenapa semua ucapanmu hanya omong kosong saja." Cibir Kahtrine memutar kedua bola mata malasnya. Hellian berusaha untuk tetap sabar menghadapi Kathrine, meskipun ucapan wanita itu sedikit menusuk hati."Sayang, ayo lah jangan marah lagi aku yakin nanti juga desain kita akan di terima oleh mereka. Lagian sudah lama kita tidak bermain. Bagaimana jik
"Hey, sampai kapan kamu mau menyuruhku untuk tetap berdiri di bawah air hujan? Apa kamu ingin aku masuk angin dan kedinginan?" tanya Freya menyergitkan dahi, saat melihat Damian yang malah bengong. Damian terbuyar dalam lamunan, lalu segera meminta maaf karena membuat istrinya menunggu. "Nona maaf, saya tadi.." Belum tuntas lelaki tampan itu berkata. Freya lebih dulu meminta untuk segera masuk, karena sudah tak tahan derasnya air hujan. "Ck, ayo cepat, niat payungin aku gak sih? " Freya berdecak kesal. "I-iya nona, mari masuk." Sahut Damian, segera menggandeng sang istri dan memayungi menuju ke dalam. Sesampainya di dalam apartemen, Freya segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan mengganti pakaiannya yang basah kuyup. Sementara Damian, berinisiatif membuatkan minuman hangat jahe merah untuk Freya. Mengingat sifat sang istri yang begitu dingin padanya membuat ia menggeleng. "Sungguh sikapnya begitu cuek dan dingin, jika bukan karena insiden malam itu, Fr
Pagi hari yang cerah, Freya yang sudah berpenampilan cantik dan rapi, ia sengaja bangun pagi-pagi sekali. Karena hari ini ada beberapa skema desain yang belum ia sempurnakan. Tapi sebagai seorang istri, ia tak lupa melakukan kewajibannya lebih dulu. Dengan menyiapkan beberapa menu makanan untuk sarapan pagi. "Akhirnya selesai juga," gumam Freya, menata rapi dua gelas susu murni dan dua porsi roti bakar, yang baru saja ia panggang tadi. Baru saja Freya menoleh ke arah belakang, dan ingin memanggil suaminya. Tiba-tiba Damian sudah lebih dulu keluar dari kamar mandi. Dengan penampilan bertelanjang dada, yang hanya mengenakan handuk putih di bawah pinggangnya. Melihat sang istri yang sudah berdiri di dekat meja makan, membuat Damian menyapanya terlebih dahulu. "Selamat pagi nona..." Sapa Damian tersenyum, seraya mengibaskan rambutnya yang masih setengah basah. "Aaakkkhh...ka-kamu sudah mandi? Kenapa tidak langsung memakai baju. Kenapa berdiri di depanku dengan penampilan seperti itu
Baru saja Freya berdiri untuk menunggu taksi, tiba-tiba saja ia baru ingat jika ada satu map lagi yang tertinggal di kamar, dan itu adalah map yang sangat penting di mana hasil gambar desainnya yang sudah 100 persen selesai. "Ya ampun, ternyata gambar desainku yang satu lagi tidak ada. Pasti aku lupa memasukannya," Freya terkejut, setelah memeriksa beberapa file yang ia pegang. Sebelum ada taksi yang lewat, kini Freya kembali ke apartemen suaminya dengan langkah yang terburu-buru. Hingga akhirnya sampai di depan gerbang. Namun seketika wanita cantik itu terkejut, saat tak sengaja melihat sang suami yang baru keluar dari apartemen, lalu terlihat seorang pria berpakaian serba hitam yang membukakan pintu mobil untuknya. "Damian! kenapa dia masuk ke mobil mewah? sebenarnya siapa juga pria yang di depannya?" Freya menatap dari kejauhan dengan penuh selidik. Melihat jarum jam yang melingkar di tangan hampir menunjukan jam 6:30. Membuat dirinya tak mempunyai banyak waktu lagi. "Sudahla
Tepat jam 12 siang, Freya yang masih fokus dengan pekerjaannya. Tiba-tiba Mandy datang menghampiri dan memberitahukan sebuah pesan yang telah di sampaikan oleh sang bos. "Nona Freya." Panggil Mandy. Freya pun segera menjeda aktivitasnya sejenak, lalu melirik ke arah sumber suara. "Asisten Mandy ada apa?" Tanya Freya. Lalu menyuruh wanita itu untuk duduk. Dan Mandy yang sudah tidak sungkan lagi, kini ia duduk lalu menyampaikan sesuai perintah."Nona Freya, tuan menunggu anda di mobil. Beliau berharap nona tidak membuatnya menunggu lama." Ucap Mandy. "Apa menungguku? Kenapa tuan Dave menungguku di mobil? bukankah kemarin beliau bilang ingin memperbarui kontrak saja," Freya masih belum mengerti kenapa bosnya tiba-tiba saja menyuruh untuk naik mobil bersama. Sebagai asisten kepercayaan, Mandy pun mencoba untuk menjelaskan pada Freya. Jika ia hanya perlu mematuhi semua perintah bosnya. "Nona Freya, tuan adalah orang yang sangat menghargai waktu. Jadi tenanglah menurut saya nona tida