Share

Bab 5 Dipermalukan Saingan

Freya terharu, perasaan di dalam hatinya bercampur aduk. Antara senang dan sedih bahkan rasanya seperti mimpi indah yang sulit untuk di percaya. Namun seketika Freya teringat semua perkataan Damian beberapa hari yang lalu, untuk menunggu kabar baik darinya.

"Tunggu, email ini asli apa enggak ya? Kenapa begitu mendadak? Oh iya semalam Damian membawa hasil karya desain ku, apa ini ada hubungan dengan dia?" Freya bertanya-tanya, untuk memastikan perkiraannya kini ia segera menelpon sang suami.

Drrttt...drttt..

Panggilan terhubung, Freya terlihat begitu antusias. Saat Damian menjawab panggilannya.

"Ya, Halo?" Damian memulai topik pembicaraan terlebih dahulu. Freya yang masih merasa gugup, seolah-olah vita suaranya terasa tercekat di tenggorokan, dan bibirnya pun terasa terkunci.

Tapi perempuan berparas cantik itu pun tetap berusaha, ia mencoba untuk tetap tenang lalu ia mulai  memberanikan diri untuk bertanya secara langsung.

"Aku Freya, ada yang ingin aku tanyakan padamu. Tolong jawab dengan jujur," Pinta Freya secara to the point.

Damian merasa senang, karena akhirnya Freya sudah mulai mau menghubungi dia.

"Iya, katakan saja. Apa yang ingin nona tanyakan tidak usah sungkan," Balas Damian yang masih setia menunggu.

Freya menarik nafas dalam-dalam, Lalu ia menceritakan tentang dirinya yang tiba-tiba saja mendapatkan sebuah email dari sebuah perusahaan besar multinasional bernama Alexander Grup, yang mengundangnya secara resmi untuk hadir ke perusahaan itu.

Damian hanya tersenyum kecil, ketika mendengar semua yang di ceritakan oleh sang istri.

"Katakan padaku Damian, apa kamu yang memberikan desain ku kemarin pada perusahaan besar itu?" Tanya Freya dengan penuh selidik.

"Tentu saja tidak nona, aku hanya mencoba untuk merekomendasikan pada Klien ku saja, mungkin karya mu terlihat bagus dan menarik sehingga membuat mereka tertarik, dan ingin menjadikan anda untuk menjadi bagian dari perusahaan mereka," Jawab Damian dengan santai.

Hati Freya berbunga-bunga, saat Damian tak henti-henti menyanjung dan selalu mensupport dirinya.

"Terima kasih, karena kamu selalu menyemangati ku. Kalau begitu aku tidak mau mengganggu pekerjaan mu sampai ketemu di rumah nanti," Freya segera menutup panggilan.

Entah kenapa ia merasa sangat gugup tadi, begitu juga dengan Damian. Rasanya lelaki tampan itu sangat bahagia, setelah menerima telpon dari istrinya.  "Hm, Freya...Freya..." Gumam Damian mengelengkan kepala sembari tersenyum kecil.

***

Freya masih ingin memastikan keakuratan email yang ke dalam ponselnya, kini ia pun mengambil inisiatif untuk membalas email perusahaan tersebut, lalu menceritakan semua tentang skandal yang baru saja ia alami.

"Aku tidak yakin, jika mereka tahu tentang masalah ku kemarin. Apa masih berlaku undangan ini?" Freya bertanya-tanya sendiri karena merasa ragu, setelah ia menceritakan tentang rumor negatif tentangnya dan Damian.

Belum sepuluh menit, Freya membalas email. Namun tiba-tiba balasan email dari perusahaan itu kembali masuk lagi, yang mengatas nama kan tuan Dave Alexander (CEO Alexander Grup).

Kedua bola mata Freya membulat sempurna, saat membaca kan balasan email. Yang mengatakan bahwa perusahaan hanya menilai berdasarkan objektif saja.

Hal itu pun membuat Freya, terhenyak kaget bercampur haru. Karena mendapatkan peluang besar untuk kembali dan meraih nama baiknya di dunia fashion lagi. 

"Ya tuhan, aku senang sekali. Jika ini benar dan resmi. Itu artinya aku tidak boleh melewatkan kesempatan emas  ini. Lebih baik aku segera ke sana,"  seketika Freya meneteskan tangis bahagianya, bahkan ia terlihat begitu bersemangat, dan memutuskan untuk mendatangi undangan perusahaan tersebut.

Akan tetapi baru saja ia mengambil kimono handuknya untuk mandi, tiba-tiba saja Freya baru ingat jika  pakaiannya masih berada di rumah lama.

"Heh, aku lupa bagaimana bisa aku pergi ke sana dengan penampilan berantakan seperti ini?" Freya bingung.

Ketika Freya tengah larut dalam kebingungan, tiba-tiba saja ia tak sengaja melihat sebuah paperbag berwarna hitam yang berada di atas meja.

"Apa ini?" Freya penasaran, lalu membuka apa yang ada di dalamnya, hal itu pun membuat ia terkejut saat melihat satu stel kemeja putih, rok span hitam beserta sebuah blazer putih baru yang sengaja di siapkan oleh suaminya.

Freya merasa tersentuh, saat Damian begitu memperhatikan dirinya. Walaupun ia tidak suka memakai baju produk milik orang lagi, tapi Freya yang sudah tidak punya banyak waktu lagi, akhirnya ia memakai baju itu.

****

Beberapa jam kemudian, setelah berpakaian rapih dan modis. Freya akhirnya pergi ke perusahaan Multinasional Fashion Grup itu seorang diri, karena ia tidak mau mengganggu dan merepotkan suaminya yang sedang bekerja di toko, perusahaan itu juga di kenal perusahaan yang sangat besar bahkan  terdengar memiliki beberapa anak perusahaan lainnya di seluruh kota.

Freya merasa sedikit gugup, ketika berjalan memasuki perusahaan yang berlantaikan dua puluh itu, setelah kejadian beberapa hari yang lalu, sebenarnya ia juga masih takut dan malu mengingat skandal yang ia alami.

Namun sesampainya di dalam, karyawan di bagian resepsionis pun menyambutnya dengan senyuman ramah.

"Selamat siang nona, apa ada yang bisa kami bantu?" Tanya kedua wanita berseragam hitam putih yang senada.

"S-saya ingin bertemu dengan pemilik perusahaan ini, dan kebetulan saya mempunyai email undangan dari beliau," Jelas Freya seraya memperlihatkan bukti emailnya.

Melihat dan memastikan bahwa email itu resmi dari perusahaan mereka, kini kedua resepsionis itu pun mempersilahkan Freya untuk menunggu terlebih dahulu.

"Nona, silahkan duduk di ruang tunggu. Nanti kami akan segera menginformasikan lagi pada CEO."

"Baik terima kasih."

Freya akhirnya pergi ke ruangan tunggu, sesuai perintah yang di arahkan tangannya terasa dingin. Bahkan tubuhnya sangat gemetar membayangkan sosok seperti apa pemilik perusahaan besar ini.

"Aku harap, desainku ini bisa di terima dengan baik," ucap Freya dalam hati, sembari memeluk beberapa file di tangannya.

Belum lama Freya duduk di sana, tiba-tiba saja dua orang menyusul masuk.

"Ck, sayangku. Lihatlah bukankah itu Freya? Sedang apa dia di sini?" Kathrine sengaja bertanya pada Hellian, dan mengarahkan jari telunjuknya tepat ke arah Freya.

Freya tersontak, ketika melihat dua orang yang ada di depannya itu ternyata mantan bos dan teman yang sudah mengkhianatinya.

"Hm, Freya ternyata kau. Kami kira siapa tadi. Oh iya, untuk apa kamu di sini? Ingin melamar pekerjaan ya? Apa urat malu mu sudah putus? sebaiknya kamu jangan bermimpi bisa di terima di perusahaan ini, apa lagi dengan reputasi jelek mu yang sudah tidur dengan si tukang kain itu. Sungguh sangat memalukan hanya akan merusak reputasi perusahaan saja," Ledek Hellian sembari menatap remeh.

"Kau benar sayang, perusahaan mana yang akan mau menampungnya. Lebih baik kamu pergi Freya sebelum di seret oleh para security." Timpal Kathrine bernada manja, sembari mendaratkan kepala di bahu Hellian.

Kedua bola mata Freya berkaca-kaca, saat mereka merundung dan menghina dirinya habis-habisan. Sungguh Ia merasa malu dan kesal   ketika dua orang itu terus mencibir tentang skandalnya bersama Damian.

"Mereka berdua sungguh sangat menyebalkan." geram Freya dalam hati, seraya mengepalkan kedua tangan dan menatap tajam ke arah mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status