Tidak ada ciuman hangat, tidak ada sentuhan, pria itu kembali cepat didorong keluar dari ruangan setelah pernikahan terjadi. Lia merasa seperti orang bodoh yang berdiri sendiri di sana, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan.
Hanya saja, tatapan Reza yang menghanyutkan dari kejauhan padanya begitu berkesan, hingga membuatnya merasa begitu tenang dalam sekejap.Dari balik selayar pada kepala yang penuh, Zylva mengintip sekali lagi suami yang sedang dibawa pergi. Sepertinya sang suami benar-benar lemah dan bodoh, tangannya saja terkulai begitu. Dan wujudnya juga tidak pernah bisa dilihat oleh banyak orang.Saat yang bersamaan, Zylva melirik pada Cya yang tersenyum licik padanya dari kejauhan, seperti meledeknya dengan tatapan kehinaan."Mengapa nasibku semalang ini? Aku harus lari. Aku harus lari dari pernikahan ini. Ya, benar. Setelah turun di rumahnya, aku akan kabur dan pergi. Tidak peduli ibu dan ayah akan marah. Cya bisa bebas, mengapa aku tidak bisa?” batinnya. Zylva mengepal erat tangannya hingga tubuhnya merasa begitu lemah.Tapi, akankah Zylva benar-benar bisa melarikan diri dari rumah suaminya nanti?Sekali lagi Zylva menundukkan kepalanya untuk menciptakan keanggunan yang berlebih. Ini seperti ikatan takdir yang tidak bisa terputus dengan mudah. Setelah melewati malam yang dingin dan panjang penuh tawa, ia harus melepaskan masa mudanya dalam sekejap mata.Bisik-bisik penuh hina semakin menjadi-jadi, setelah semua orang melihat sosok tersembunyi itu meski ditutupi topeng yang mengerikan. Dia tidak bisa menahan diri untuk terus berdiri di sana lama-lama."Mari, Nyonya."Suara seorang pelayan terdengar dari sisi kanan telinga. Lia mengikuti langkah itu dengan berat, tapi tiba-tiba seseorang menarik tangan Lia untuk memeluknya.Nyonya Fryda berdiri di depan putrinya, meletakkan tangannya pada pipi yang tertutup selayar putih. "Putriku, boleh aku titip sebuah pesan untukmu?”Zylva tidak bisa menahan ini. Bibirnya bergetar sekali karena menahan tangis yang sejak tadi hampir saja tumpah.Di depan banyak orang, Nyonya Fryda memeluk putrinya yang hebat. Dengan tawa dan tangis bersamaan di telinga putrinya dia berbisik, "Putriku adalah wanita yang hebat. Jadilah istri yang baik untuk suamimu. Jika pada suatu hari nanti, seseorang berlutut di kakimu agar kau meninggalkannya, ingatlah janjimu pada Tuhan."Nyonya Fryda melepaskan pelukannya kemudian. Sekali lagi dia mengusap pipi putrinya yang sembab dan basah."Jangan berpikir bahwa Cya lebih beruntung darimu. Suatu hari, tanganmu mungkin saja akan ditarik pergi. Namun, saat itu terjadi, ingatlah kata-kata Ibumu ini, jadilah bunga untuk kupu-kupu, jadilah cahaya untuk gelap, jadilah bintang pada malam yang pelik, dan jadilah tawa untuk tangis. Tidak selamanya ditusuk pedang itu membunuhmu.”Belakangan ini, Nyonya Fryda terdengar sangat puitis. Mungkin ini adalah perasaan tulus dari seorang ibu yang harus melepaskan putrinya pergi karena sudah menikah.Tidak terlalu lama perbincangan itu, Zylva mengintip ayahnya yang sedang asyik berbincang dengan para petinggi, persis seperti penjilat yang ulung. Zylva merasa begitu kesal dan marah, dia masuk ke dalam mobil, membuang muka begitu cepat setelah melihat Cya yang berdiri di belakang ibunya.Dia sangat ingat, selama di prosesi pernikahan tadi, dia hanya terus sendirian. Lelaki yang telah menjadi suaminya itu dibawa pergi begitu cepat, karena takut akan jadi bahan cemooh orang-orang. Dia tidak tahu wajah suaminya, dan sepertinya pria itu juga tidak tahu wajahnya. Aneh, bukannya diantar lebih dekat dengan pusat kota, mobil yang mengantar Zylva membawanya pergi begitu jauh dari keramaian. Jalanan yang terjal, dihiasi oleh pohon-pohon yang besar dan tinggi pada sisi jalanan yang sepi dan suram.Desiran ombak terdengar sangat dekat. Orang-orang itu membawanya begitu jauh, jauh hingga kesepian seperti sedang menghantui.Tidak ada seorang pun yang berada di jalanan. Bahkan mobil saja tidak ada yang lewat di sana. Anehnya, perjalanan itu ternyata lebih jauh dari apa yang ia pikirkan."Kita mau kemana?"Meski sebenarnya sangat enggan untuk mengeluarkan suara, Zylva akhirnya memberanikan diri bertanya karena takut."Tentu saja, ke kediaman suami Anda, Nyonya."Zylva tidak bisa berpikir jernih. Padahal dia sudah merencanakan pelarian, tetapi dia bahkan tidak punya sinyal pada ponselnya. Mereka membawa Zylva menuju hutan belantara, memberikan penampakan yang seram dan tidak manusiawi.Benar-benar persis seperti yang orang-orang bicarakan. Tuan Muda Zack dikurung pada sebuah bangunan mirip kastil di tengah hutan. Pria itu dikurung, dan bahkan dijauhkan dari kehidupan yang berisik.Mobil mengantar tubuhnya menuju sebuah lokasi yang semakin jauh. Mereka melewati sore berkabut menuju pegunungan, tempat di mana keramaian jarang sekali atau bahkan tidak pernah ditemukan.Zylva mengintip keluar, menyaksikan mobilnya masuk mengarah lebih dalam menuju hutan. Ia merasa tidak tenang, mulai menguatkan tangannya yang basah oleh keringat."Kita sebenarnya ke mana? Ini serius, kan?" Zylva memberanikan diri untuk bertanya sekali lagi. Supir dan orang yang duduk di sebelah tampak enggan memberikan jawaban untuk yang kedua kali.Di sebuah lokasi sangat jauh dari keramaian, Zylva melihat lebih banyak orang tengah berdiri di depan sebuah bangunan mirip kastil atau bahkan rumah mewah bak mansion yang megahnya membelalakkan mata.Dengan mata yang seharusnya berbinar, Zylva turun malah dengan perasaan takut dan kalut yang membuat matanya berkaca-kaca hingga jantungnya kian memompa."Kita di mana, sih?" Berkali-kali ia menanyakan hal yang sama. Berkali-kali pula mereka tidak bersuara.Seorang wanita berumur mendekati mobil setelah berhenti, membukakan pintu untuk Zylva selagi tersenyum ramah padanya."Selamat datang, Nyonya Muda."Tiga orang pelayan berseragam hitam putih hanya terus menundukkan kepala pada Zylva. Dengan keramahan mengulurkan tangan, membantu Zylva berjalan menyisir karpet merah yang terbentang begitu panjang untuknya.Aneh, apa Tuan Muda itu benar-benar dikurung di tengah hutan yang seram seperti ini?Zylva ragu-ragu berjalan mengikuti wanita yang memimpin di depan, mengarahkan pada kamar utama yang tampaknya paling besar di mansion itu. "Sebelah sini, Nyonya." Mereka mengulurkan tangan ke pintu utama kamar guna menyambut Zylva."Anda tunggulah di sini, kami akan segera kembali."Zylva tak mau banyak bergerak. Untungnya, sejak tadi ia tidak melihat suaminya ada di sana. Bahkan mobil yang dikendarai suaminya juga tidak ada di halaman utama mansion.Zylva lupa, tubuhnya sedang ada di atas kemewahan yang indah. Ranjang yang begitu empuk, juga besar dan lebar, membuatnya sedikit takjub. Hanya saja, bangunan itu tidak berseri sama sekali. Gelap, bahkan auranya sangat tidak baik. Tidak ada bunga, tidak warna, bahkan tidak punya cahaya yang cukup untuk malam gelap yang mengerikan.Namun, bukankah ini kesempatan yang bagus untuk lari?Zylva yang semakin kalut karena takut tidak bisa lari, menemukan situasi yang sangat menguntungkan untuknya. Tidak peduli malam ini dia harus bermalam di man
"Siapa kau?"Sebuah belati yang agak tajam terulur tepat di depan mata Zylva. Sekilas dia melihat wajah itu, wajah yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, tapi sang pemilik wajah menutupnya cepat dengan lengan kemeja yang terbuka."Siapa kau yang berani masuk kemari?"TesTesTesHujan tiba-tiba turun dengan lebat. Zylva tidak bisa berkata-kata pada pemandangan yang baru saja dia saksikan. Meski pencahayaan yang remang-remang, dia yakin dia tidak salah lihat. Persis seperti adegan kolosal, kamera seperti berputar saat menyorot pertemuan keduanya, waktu terasa berjalan lebih lambat.Pria itu bertubuh tinggi, dengan celana panjang dan kemeja putih yang baru saja dia kenakan saat Zylva menerobos masuk ke dalam. Tubuhnya dipenuhi otot-otot yang seksi, juga mata setajam elang yang sangat indah dan menawan, rahang yang tegas, juga suara yang berat dan khas."Siapa kau yang bisa masuk kemari?"Pria itu menodongnya dengan belati lebih dekat. Namun, Zylva hanya bisa terdiam."Bukankah itu pot
"Anda tidak perlu takut pada suami Anda sendiri.""Siapa yang tidak akan takut pada orang yang mengerikan, dengan perawakan yang begitu buruk?" pikir Zylva.Setelah para pelayan selesai mengobati luka Zylva, mereka semua keluar satu per satu."Nyonya, malam ini akan jadi yang pertama untuk Tuan Muda. Mohon sambutan yang baik untuk beliau. Mandilah, dan pakailah pakaian yang wangi dan rapi. Tuan Muda suka kerapian dan wewangian. "Saat Bi An keluar dari kamar, saat itulah Zylva semakin kalut dan ketakutan.TikTikTikDetik jam terus berputar, waktu demi waktu terus berganti, hingga tengah malam gadis itu tidak pernah menyingkir dari ranjang bahkan untuk mandi. Dia ketakutan. Dia ingin pergi tetapi pengawal ada banyak di luar sana. Dia terus saja menatap gagang pintu yang dingin, hingga akhirnya,..Tok!Tok!Tok!Pintu diketuk oleh seseorang."Apa ini benar-benar akan jadi malam pertamaku yang menyedihkan?"Zylva meremuk alas ranjang semakin erat. Dia tidak ingin bermalam dengan pria i
Zylva tercengang saat gadis muda yang sudah resmi menjadi pelayan untuknya itu begitu memohon padanya hingga menangis seperti itu. Padahal dia hanya bertanya, mengapa gadis itu masih berdiri di kamarnya saat Bi An keluar dari sana.Zylva yang merasa bersalah turun dari ranjang. Masih dengan gaun pengantin dia bersimpuh di depan gadis lucu yang sedang memohon padanya. "Hei, jangan begini. Aku hanya bertanya, aku tidak mengusirmu." Sebenarnya Zylva bingung, semua orang di sini sepertinya diancam mati jika tidak melaksanakan tugas. Tapi, apakah itu benar? Rasanya di era modern ini, ada hak asasi yang mengatur hidup semua orang. Riri mengangkat wajahnya, lalu meraih tangan Zylva dan menciumnya dengan bibir yang pucat. "Terima kasih, Nyonya Muda. Terima kasih, aku berjanji akan jadi pelayan yang baik, yang akan selalu setia kepada Anda." Gadis ini sepertinya begitu polos, terlihat jelas dari matanya.Ragu-ragu Zylva menyentuh kepala gadis itu dan tersenyum, “Hm, sama-sama." Rasanya begit
Selamat pagi, Tuan Muda." Semua orang yang mengantar Zylva memberikan penghormatan mereka untuk Zack Tsalburg, Tuan Muda yang selama ini tidak pernah begitu jelas Zya lihat. Bahkan malam tadi, dia hanya selintas melihat Zack yang baru saja lewat."Selamat pagi, Tu ... maksudku, Suamiku." Zya sangat jijik mengatakan ini, tapi dia harus melakukannya demi rencananya untuk membuat semua orang percaya padanya, lalu kabur dari sana setelah mendapatkan sinyal telepon untuk menghubungi Maya.Para pelayan yang awalnya ketakutan, akhirnya menghela napas.Dalam hidupnya, Zylva memang tidak pernah mengenal pria bernama Zack Tsalburg. Bahkan ia sangat tidak tertarik mendengar cerita tentangnya apapun yang orang-orang bicarakan tentang dia Zya tidak mau tahu. Dia tahu soal cerita putra kedua Tuan Dony yang mengerikan dari gosip banyak orang, tapi dia tidak pernah tahu nama asli pria yang saat ini sudah menjadi suaminya ternyata cukup bagus dan kekinian. Orang-orang memanggilnya dengan sebutan 'Tuan
Sementara itu, di sisi lain."Nyonya, apa yang sedang Anda pikirkan? Anda masih memikirkan Tuan Muda?" Riri mencoba mengajak Zylva berbicara. Dia pelan-pelan mendekati Zylva, dan ikut duduk di atas ranjang.Zylva coba menepis semua itu. Setelah melihat suaminya yang mengerikan di pagi hari, dia tidak bisa tenang sampai sore. Otaknya semakin kalut dan rambutnya kusut seperti sangkar burung."Aku ingin jalan-jalan di sekitar rumah ini." Zylva mencoba menenangkan dirinya sebentar dengan mengajak Riri jalan-jalan dengannya.Riri memperlebar senyuman, "Tentu, Nyonya. Anda juga belum melihat seluruh bagian bangunan mewah suami Anda ini, Anda tentu harus melihatnya."Riri meraih sebuah selendang berwarna putih kebiruan untuk menutupi kepala Zylva. Dengan penuh keheranan, Zylva memicingkan sebelah mata dan bertanya gundah, "Kenapa kau memakaikan aku benda ini?" Dia tidak mengerti. Terlalu banyak properti dan aturan di rumah suaminya ini."Tuan Muda tentu tidak akan sudi wajah istrinya dilihat
Setelah jawaban itu keluar dari mulut Bibi An, Zylva merasa begitu frustasi pada takdir yang harus dia terima. Keyakinannya untuk kabur dari pernikahan ini semakin besar. Dia tidak bisa terus menangisi takdir orang lain yang malah menyeretnya lebih dalam.Cya adalah orang yang harusnya bertanggung jawab, tapi pada waktu yang sama dia malah sedang duduk santai, mengecat kukunya, dan tersenyum."Apa dia benar-benar menggantikanmu menikah?" tanya salah seorang teman Cya yang bekerja di butiknya."Jika itu Reza Tsalburg, maka aku akan melepaskan semuanya untuk menikah dengannya. Tapi itu untuk seorang monster, mana mungkin aku sudi," jawab Cya mempertahankan senyuman licik."Kau benar-benar membuat Zylva menggantikanmu? Apa dia tidak melawan?""Gadis bodoh itu hanya lebih kuat fisiknya saja. Hatinya lemah dan rapuh. Dia bodoh, tentu saja dia akan menerima pernikahan itu karena ibunya yang lebih bodoh memintanya menggantikan aku."Naya masih terus mengecat kukunya
Suara jantan yang terdengar menggelegar. Zack menohok Zylva dengan pertanyaan yang menakutkan. Dia bertanya pada istri yang sebenarnya bahkan berhak menyentuhnya, adalah sesuatu yang membuat semua orang bergidik ngeri."Apa? Apa yang kau katakan?"Zylva mulutnya terus saja angkat suara, padahal dia sudah berusaha keras untuk tidak membantah Tuan Muda yang mengerikan itu.Riri tidak lagi tahan. Tak peduli dia akan dipenggal karena melanggar aturan ini, demi Nyonya Muda dan janjinya untuk setia, ia berlari masuk ke lapangan, lalu bersujud dengan cepat di kaki Tuan Muda."Tuan Muda, ampuni Nyonya. Nyonya Muda tidak tahu semua orang dilarang masuk ke lapangan ini." Riri memohon seperti orang bodoh di kaki Zack."Aku yang bersalah. Aku tidak mengatakan pada Nyonya dengan cepat kalau tempat ini dilarang." Riri mengusap-usap kedua telapak tangannya. Memohon seraya mengiba.Setelah beberapa detik, keheningan yang horor membuat semua oran