Malam harinya Rachel tidak bisa tidur. Entah mengapa ia sangat gugup sekaligus bersemangat menantikan hari esok.
Rachel lantas ke dapur dan membuat segelas coklat panas. Ia berharap dengan meminum hot chocolate itu, kegugupan dalam benaknya dapat berangsur reda.Saat tengah asyik mengaduk-aduk gelas, tiba-tiba saja Rachel mendengar sebuah suara dari pintu kamar Dave yang perlahan terbuka.Dave keluar dari balik sana dengan mengenakan piyama berwarna ungu kebiruan. Wajahnya tampak sayu dengan sedikit lingkaran hitam di sekitar matanya.
"Rachel."Cetrek...Dave meraih steker, membuat lampu-lampu yang ada di dapur seketika menyala terang. Wajahnya nampak terkejut melihat Rachel yang duduk di tengah kegelapan."Kau belum tidur?" tanya Rachel saat melihat Dave berjalan ke arahnya."Kau sendiri kenapa tidak tidur dan malah duduk di sini?""Nanti
Terima kasih telah stay membaca. Dukung terus cerita "istri dadakan" ya, dengan cara vote sebanyak-banyaknya.
Rachel mengejapkan mata berulang kali, memastikan penglihatannya tidak salah. Ia tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya. "Halo. Mrs. Rachel," sapa lelaki itu dengan sangat ramah. "Alex. Kenapa kamu disini?" tanyanya bingung. Rachel tercengang melihat Alex yang duduk di kursi. Alex lantas berdiri. Ia tersenyum cerah sambil merentangkan kedua tangannya. "Selamat datang di kantorku, Baby. Sekarang kamu resmi diangkat jadi karyawan disini," ujar Alex sembari berjalan mendekat. "Ini kantormu? Sejak kapan?" ucap Rachel bingung. "Kamu pasti kaget dan bingung. Sebenarnya aku ingin memberitahumu kemarin. Berhubung kita tidak jadi bertemu, sekalian saja ku jadikan kejutan buatmu." "Jadi kau pemilik perusahan ini, Lex?" "Tidak bisa di bilang begitu juga sih. Tapi yang jelas aku seorang CEO disini," ujar Alex dengan bangga. "Enggak apa-apa. Kamu tetap terlihat hebat dimataku,"
Di tengah teriknya sinar mentari yang menyengat kulit, Dave malah sibuk di luar kantor. Pergi kesana-kemari meeting dengan berbagai klien. "Ini meeting yang terakhir 'kan?" tanya Dave ke sekertarisnya. "Iya, Pak." "Oke. Berhubung hari ini kita berhasil mengaet investor-investor itu dan kebetulan sekali kita ada di restoran yang bagus... Saya akan mentraktirmu. Kau boleh pesan makanan sepuasnya." Sekertarisnya itu terpana, matanya berbinar menatap Dave penuh haru. Wanita muda yang telah lama bekerja sebagai seketaris Dave itu tidak menyangka bosnya akan memberi kemurahan hati yang jarang di perlihatkannya. Bertahun-tahun bekerja untuk Dave, wanita itu sudah sangat hapal kebiasaan bosnya yang biasanya akan langsung kembali ke kantor setelah tidak ada meeting lagi dengan client. Namun entah mengapa hari ini Dave memilih makan siang dulu di restorant. "Beneran, Pak? Saya boleh pesan apa saja?" tanyanya m
Dave membawa Rachel ke pojok restoran dekat gudang yang sangat sepi dan tidak ada orang yang berlalu-lalang. Ia menyudutkan wanita hazel ini ke tembok. "Kau..." Dave menatap tajam Rachel. Matanya berkilat bagaikan kobaran api. Saat itu juga Rachel menyadari kemarahan Dave yang sebenarnya sudah di tahan olehnya. "Berani sekali kau berduaan dengan lelaki lain di belakang saya. Lupa kalau statusmu sekarang sudah bersuami?" Rachel terdiam dengan wajah tertunduk. Ia tidak berani menatap mata Dave. Baginya, tatapan mata lelaki itu kini benar-benar menakutkan. Terlihat seperti ingin memakannya hidup-hidup. "Jadi ini rupanya alasanmu ingin bekerja. Agar bisa bebas mengoda para lelaki. Atau mungkin tanpa sepengetahuanku kau telah jadi wanita simpanan lelaki itu," tuduh Dave sembari mengeleng tidak percaya. PLAK... Sebuah tamparan keras mendarat di p
Bugh...Sebuah pukulan mendarat begitu saja di pipi Alex dengan begitu kerasnya.Rachel terkejut dan lantas membuka kedua matanya lebar-lebar. Ia tercengang melihat Dave tengah menghajar Alex hingga babak belur."DAVE... HENTIKAN," teriak Rachel menjerit-jerit.Dave tidak mendengar teriakan Rachel dan masih terus memukuli Alex."Apa-apaan sih lo? Datang-datang main pukul saja," geram Alex menatap nyalang Dave.Alex bergerak bangun seperti hendak menghajar balik Dave.Bugh...Namun Dave kembali memukul Alex lebih dulu. Lebih keras dari sebelumnya hingga lelaki itu jatuh terjengkang. Dave mencengkram erat kerah baju Alex dengan kedua tangannya.Entah mendapat dorongan dari mana, Rachel memeluk Dave dari belakang dengan erat."Hentikan Dave. Sudah. Jangan sakiti dia," lirih Rachel seraya menitihkan air mata.Dave masih menatap nyalang ke ara
Mau tak mau Rachel pasrah dan membuka mulutnya sedikit. Kesempatan itu tidak disia-siakan Dave untuk mengekplor lebih dalam."Bibir ini milikku. Selama kau masih terikat pernikahan denganku, tidak akan ada yang boleh menyentuh bibir ini selain diriku.Camkan itu," gumam Dave disela-sela cumbuannya.Ciumannya perlahan melembut. Rachel perlahan terbawa suasana. Ia mendesah pelan saat sapuan Dave turun ke lehernya.Dave menyedot kuat-kuat hingga meninggalkan bekas kemerahan di leher jenjang Rachel. Seakan memberi jejak tanda kepemilikan dirinya."Dave..."Suara Rachel terdengar sensual dan mengetarkan telinga Dave.Rachel menyadari tubuhnya menginginkan Dave bertindak lebih. Namun akal sehatnya seketika menyadarkan Rachel dari aksi gila Dave.Dengan kedua tangannya, Rachel mendorong dada Dave kuat-kuat."Hentikan, Dave."Dave terkejut hingga meng
Entah sudah berapa kali Rachel mengetuk pintu. Berharap Dave membukakannya dengan cepat. Ketukannya di pintu perlahan mulai melemah seiring dengan rasa dingin yang menjalar di tubuhnya. "Dave, ku mohon buka pintunya. Disini dingin sekali. Nanti kalau aku masuk angin, lalu sakit bagaimana? Pikirkanlah siapa nantinya yang akan memasakkanmu makanan," bujuk Rachel tanpa henti. Ceklek... Dave membuka pintu kamar mandi. Lalu menarik paksa Rachel keluar. Tubuhnya yang kedinginan seketika jatuh tersungkur di antara kaki Dave. Dave memegangi pundak Rachel dengan kedua tangannya. Rachel dapat berdiri kembali dengan tegak akibat cengkraman kuat di pundaknya. "Kau yang memaksaku untuk melakukan ini. Tidak seharusnya seorang wanita yang sudah menikah pulang berduaan dengan lelaki yang bukan suaminya, kecuali keluarganya. Tidak sepantasnya, wanita yang sudah menikah berciuman dengan lelaki selain suami dan anaknya. Tidak seha
Dave benar-benar menumpahkan semua perasaannya malam itu. Amarah, kekecewaan dan kekesalannya pada Rachel bercampur dengan kenikmatan merasakan tubuh bagian bawahnya yang menyatu sempurna dengan milik Rachel. "Selama kita masih terikat pernikahan. Kau hanya akan jadi milikku seorang. Mengerti?" tegas Dave terdengar mengintimidasi. Rachel tidak menjawab. Ia sendiri sibuk menyeimbangkan goyangan Dave yang semakin cepat. "Kau dengar itu 'kan, Rachel?" Dave menarik rambut Rachel, menuntut jawaban dari pertanyaannya. Rachel mengangguk saja sembari meringis kecil saat rambutnya di tarik. Helaian rambut Rachel seketika terkumpul jadi satu di tangan Dave. Rachel terpaksa mendongakkan kepalanya saat tangan Dave semakin kencang menarik rambutnya. "Jangan tarik rambutku, Dave. Iya. Maaf. Aku janji tidak akan mengulangi lagi," ucap Rachel terdengar bersungguh
"Aku ingin tetap bekerja bukan karena Alex, tapi untuk diriku sendiri. Kalaupun tidak ada Alex sekalipun di perusahaan itu, aku tetap ingin terus bekerja disana. Maaf untuk kali ini aku tidak bisa pergi begitu saja. Kalau ku lakukan hal itu, sama saja dengan mempertaruhkan kredibilitas ku dalam bekerja. Orang akan mencap diriku amatiran dan aku tidak ingin mendengar perkataan seperti itu." Walau kedua mata Dave tertutup rapat, lelaki itu tidak benar-benar tertidur. Ia memejamkan matanya hanya untuk menetralkan gejolak hatinya akibat gesekan kulit Rachel yang bersentuhan dengannya. Kedua telinganya mendengar sepenuhnya dengan jelas setiap perkataan yang terucap dari bibir Rachel. Ia mendesah pelan setelah Rachel selesai mengungkapkan alasan yang agar dirinya menarik perkataannya yang sebelumnya telah melarang Rachel bekerja. "Saya mengerti dan paham betul maksud perkatanmu. Itu pemikiran yang bagus sebagai seo