Share

Lupa Mantra

Penulis: LuCIE
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-22 10:37:06

Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan akibat kemacetan lalu lintas yang  luar biasa, aldo akhirnya tiba di kediaman mbah dukun yang sebelumnya sudah berjanji akan bertemu mereka malam ini. Pria berkemeja navy  itu disambut sang dukun dengan wajah datar dengan kedua sorot mata menyipit. 

Rio yang baru pertama kali bertemu Mbah dukun terlihat sedikit takut, raut wajahnya mulai cemas dan sesekali menghindari tatapan langsung sang dukun. 

Sang dukun yang selama ini hanya melihat Rio melalui foto foto yang ada di handphone jadul milik Anjani, kini menatap langsung bocah berperawakan kurus tinggi itu. Satu hal yang membuat sang dukun tiba tiba kesal, wajah Rio dan Ayahnya mirip sekali, bagai pinang dibelah dua. 

"Semoga kepribadianmu beda ya, Nak," ujar sang dukun dengan lembut. 

Aldo yang tengah berupaya membopong tubuh ramping istrinya segera menuju tempat ruang praktek sang dukun dan membaringkannya. 

"Mbah, Ada apa sebenarnya degan istri saya? " tanya Aldo gugup. 

Mbah Dukun yang tadinya masih fokus memperhatikan Rio, kini melempar pandang pada tubuh keponakannya yang terbaring. 

'Betah juga pura pura pingsannya,' pikir sang dukun kemudian. 

Cukup lama sang dukun terdiam, menatap keponakannya yang makin hari terlihat makin  tua dan kerempeng, padahal ia telah menyarankan untuk lebih banyak perawatan dan liburan guna mengurangi tanda tanda penuaan akibat makan hati memiliki suami pelit seperti Aldo. Apalagi keriput dan berbagai masalah kecantikan tidak bisa disembuhkan dengan mantra apapun, termasuk mantra-mantra palsu miliknya. 

"Ah ...." gumam sang dukun lemah, selalu saja  ada rasa sesak di hatinya tatkala dihadapkan dengan situasi penuh kepura puraan seperti ini. Lama terdiam memandangi keponakannya yang terlihat mengkhawatirkan, sang dukun lantas memandang Aldo, pria dengan perawakan tinggi besar dengan jambang tipis yang amat  menggoda namun kadang kala membuat perut sang dukun mual dan ingin muntah. 

sang dukun lantas menyatukan kedua telapak tangan dan komat kamit membaca matra yang Aldo sendiri tak mengerti bahasa apa yang tengah digunakan dukun itu. 

Setelah merapal matra cukup lama, sang dukun terdiam sejenak lalu kemudian meneguk segelas air putih. 

"Sudah, Mbah?" tanya Aldo tak sabar. 

"Ya belumlah, masih loading!" ketus sang dukun sembari melotot ke arah Aldo. 

Tak lama kemudian, sang dukun kembali merapal mantra sembari memercikan air ke arah Anjani. 

Aldo yang menyaksikan kelakuan aneh dari sang dukun hanya berdecak kesal, kesal lantaran sang istri belum juga siuman. 

"Apa sudah selesai, Mbah?" tanya Aldo kemudian. 

Sang dukun menggeleng lemah,"Mbah lupa sebagian mantranya," ujar sang dukun yang kemudian mengulang kegiatan komat kamitnya lagi. Aldo menarik nafas berat, seberat beban hidupnya malam ini. 

Setelah merapal matra cukup lama, Sang Dukun kembali terdiam, menatap Aldo dengan netra membulat. 

"Ada apa,Mbah?" Aldo yang sudah penasaran lantas menyerang Mbah Dukun dengan banyak pertanyaan. 

"Kita diserang balik, tampaknya pria yang mengguna guna istrimu tak rela kalau istrimu kembali kepangkuanmu!" terang sang dukun berapi api kemudian kembali mengelus janggutnya yang mulai menipis. 

"Saya tidak terima, Mbah!" Aldo marah dan menggebrak meja, hingga menumpahkan beragam kembang yang susah payah dikumpulkan sang dukun. 

"Kita harus membalasnya, Mbah!" teriak Aldo dengan nafas naik turun berusaha menguasi emosinya. 

Mbah dukun yang menyaksikan kemarahan Aldo langsung menyodorkan segelas minuman ke arah pria itu, Aldo segera meraihnya dan meneguk minuman itu sampai tak tersisa. 

Glek  Glek  Glek! 

"Sudah lega?" Tanya Mbah dukun setelahnya. 

Aldo mengangguk, kemudian menatap sang Istri yang tengah terbaring. Ia benar-benar tak menyangka bahwa ada pria lain yang mati matian menginginkan istri kucelnya. 

"Masalah membalas itu gampang," ujar sang dukun kemudian." Hanya saja, resikonya berat. Jika sampai kita kalah maka istrimu bisa gila dan akan membunuhmu," lanjut sang dukun menerangkan. 

"Apa? Bisa gila dan membunuhku?" Aldo seketika bergidik tatkala teringan pisau pemotong daging yang barusaja dimainkan istrinya. 

Mbah Dukun mengangguk, kemudian kembali  mengelus janggut panjangnya. 

"Mbah," Aldo mulai mengutarakan keingintahuannya. 

"Siapa sebenarnya yang menginginkan Istri saya?" tanya Aldo. 

Mbah Dukun tampak berfikir sejenak, memejamkan mata dan membuka kedua netranya lalu menguap. Maklum, jam segitu si dukun biasanya sudah terlelap ke alam mimpi. 

"Atasan di tempat kerjamu, pria bertubuh kekar yang gajinya lebih besar dari gajimu," terang sang dukun asal. 

Aldo terhenyak, mulai menerka nerka pria mana yang sang dukun maksud. 

"Apa mungkin pria itu yang membiayai perawatan istrinya hari ini?" tanya Aldo kemudian. 

Sang dukun mengangguk. 

"Jadi bukan memangkas uang jatah bulanan dariku, Mbah?" tanya Aldo kemudian. 

"Tentu saja bukan, uang jatah bulanan yang kau berikan tidak seberapa," sahut sang dukun pendek. 

Aldo mengusap dada, terlihat lega kemudian sedikit salah tingkah di depan sang dukun yang menatapnya tajam. 

Anjani yang merasa obrolan kedua orang itu terlalu panjang, langsung bereaksi dengan duduk menghadap mereka berdua kemudian memunguti kembang tujuh rupa yang berjatuhan lalu mengunyahnya. 

Matanya melotot dan giginya terdengar gemeretak. 

Sang dukun yang merasa ini diluar skenario mereka, lantas kaget dan menatap Anjani dengan seksama. Ia berfikir sungguh musibah apabila ternyata Anjani kesurupan sungguhan. Ia bahkan tak tau bagaimana cara mengobati orang yang terkena gangguan jin. 

Sang Dukun mengerjab ke arah keponakannya itu, meminta kode apakah semua yang dilakukan Anjani masih berada dalam rencana mereka. Anjani  yang langsung mengerti  maksud Sang paman membalas kontak mata pamannya dengan cepat. 

"Paman, Apa Anjani kesurupan lagi?" tanya Aldo dengan sedikit menggeser tubuhnya. 

"Benar, Ia harus segera diobati," ujar sang dukun. 

"Mari kita mulai saja, Mbah," sahut Aldo pendek. 

"Tidak bisa, Mbah butuh beberapa syarat dan ritual agar jin di dalam tubuh istrimu segera pergi!" terang sang dukun. 

"Apa saja syaratnya, Mbah. Akan saya penuhi!" jawab Aldo tegas. 

"Masalah syaratnya, biar Mbah yang mencarikan, kamu hanya perlu menyiapkan Maharnya!" jawab sang dukun pendek sembari memperhatikan raut muka pria di depannya. 

"Uang bukan masalah bagi saya," sahut Aldo kemudian. Ia mulai berfikir akan menjual rumah yang sekarang ini di tempati Sania. Mengingat kekasihnya itu sudah tidak setia, maka Aldo juga berniat akan menagih semua biaya yang dikeluarkannya selama ini demi mempercantik wanita idamannya itu. 

"Syarat yang kedua, kamu harus mandi di kali yang ada di belakang sana," terang sang dukun kemudian. 

"Kenapa harus saya yang mandi, Mbah?" tanya Aldo kebingungan. 

"Bau keringatmu asem!" celetuk sang dukun acuh. 

Aldo yang menyadari sudah hampir jam 10 malam belum juga mandi, sedikit mengangkat tangan lalu mengendus kedua ketiaknya secara bergantian. Pria berkemeja navy itu lantas senyum malu-malu dan segera beranjak mengikuti sang dukun yang telah lebih dulu melangkah. Dengan perginya kedua orang itu berarti akting Anjani sementara di cutt. 

"Alhamdulillah."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Bertemu calon madu

    " Sudah Ibu bilang kamu cuma salah lihat!" Anjani menarik lengan putranya dengan cepat memasuki pintu. Sekitar 5 menit yang lalu mereka baru saja tiba di rumah besar itu. " Enggak, Bu. Rio yakin itu ayah!" anak itu menolak apa yang coba sang Ibu yakinkan. Anjani lantas melotot. " Masuk kamar dan tidur!" perintah Anjani kemudian. Jono menarik nafas dalam-dalam kemudian melangkah pergi menuju kamar tidurnya mengikuti perintah Sang Ibu. " Haduh, nyaris saja ketahuan!" lirih Anjani sembari melirik Arloji sejenak. Azan isya' telah berkumandang sekitar 10 menit yang lalu sadang belum ada tanda tanda bahwa sang suami akan pulang ke rumah. Sebuah Klakson motor terdengar cukup nyaring hingga membuat Anjani harus kembali membuka pintu depan untuk memeriksa. Seorang Pria dalam balutan baju hitam tampak bermain kode dengannya. Namun Anjani masih mengisyaratkan untuk menunggu hingga pukul 10 malam. Selain karena suasana akan semakin sepi juga untuk memastikan apakah Aldo akan pulang atau tidak

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Nyaris ketahuan!

    " Suara apa itu, Mbah?" Rianti yang baru hendak menyuap nasi seketika menghentikan aktivitasnya kemudian menoleh ke arah sumber suara. Mbah Rejo menatap arah sumber suara dengan jantung berdebar debar. " Mungkin kucing," sahut Mbah Rejo kemudian.'Apa yang tengah dikerjakan dua orang itu?' batin Mbah Rejo sembari mengunyah sesendok nasi yang terasa amat serat di tenggorokannya. Keseringan berbohong ternyata bisa membuat Pria tua itu kesulitan menelan nasi." Mbah memelihara kucing? Anggora atau Persia, Mbah?" tanya Rianti di sela sela makan malam mereka." Ciliwung, orang nemunya dari kali belakang," sahut Mbah Rejo acuh.Rianti lantas terkekeh, ia menatap Aldo yang sejak tadi hanya diam saja sembari menyantap makan malamnya yang terasa begitu nikmat." Pindangnya enak, sepertinya dulu pernah makan masakan yang seperti ini?" puji Aldo. " Dimana?" tanya Rianti." Hm ... Kalau tidak salah mirip seperti masakan Anjani," balas Aldo. Rianti lantas membuang muka dan enggan membahas lebi

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Gara gara pindang

    Anjani dan Rio yang masih bersembunyi di dapur mulai cemas lantaran Mbah Rejo tak kunjung muncul dan memberi informasi. Suara percakapan ketiganya terdengar samar-samar dari balik dinding dapur, Anjani bahkan harus menempelkan telinga agar bisa mendengar pembicaraan ketiganya." Apa sih yang tengah mereka bicarakan? Kenapa lama sekali?" Anjani menggerutu sembari mondar mandir tidak jelas. Putranya yang tengah memunguti pecahan gelas hanya sesekali menatap dan kembali meneruskan pekerjaannya.Di depan meja praktek Sang Dukun, Aldo dan Rianti masih bercerita panjang lebar mengenai susuk yang akan digunakan Mbah Rejo untuk mempercantik Rianti." Mbah biasanya apa saja pantangan yang tidak boleh dilanggar jika saya nantinya memasang susuk?" Rianti masih mengajukan berbagai macam pertanyaan seputar susuk yang nantinya akan ia pasang." Hm, mengenai pantangan saat memakai susuk biasanya lain jenis susuk maka beda pula jenis pantangannya," sahut Mbah Rejo sembari mencuri curi pandang ke bel

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Susuk

    " Mbah baik banget deh," puji Rianti pada sosok pria tua yang kini tengah duduk di hadapannya. Pria itu tersenyum malu malu persis seperti remaja pria yang tengah mengalami cinta monyet dengan teman sebayanya. Aldo yang menyaksikan kejadian itu hanya mampu menarik nafas berat. Walau katanya sudah tua tapi tetap saja Mbah Rejo juga laki laki normal dan jelas ia menangkap sinyal sinyal ketertarikan dari pria yang sudah berumur tidak muda lagi itu terhadap Rianti. " Oya, Apa sebenarnya tujuan kalian datang ke rumahku sore hari begini?" tanya Mbah Rejo setelah cukup lama menatap belahan dada Rianti yang begitu menggoda. " Ah, syukur akhirnya sadar juga," Gumam Aldo setelah terdiam cukup lama dan hanya menjadi penonton di antara Rianti dan Mbah Rejo. " Begini Mbah, kedatangan kami kemarin sebenarnya ingin membahas mengenai syarat-syarat yang pernah Mbah ajukan dulu serta saya juga ingin mengatakan bahwa suamiku Himawan sudah kembali kepadaku dan memenuhi kewajibannya seperti sedia kala

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Suamiku Genit Pamanku Lebih Genit

    Kedatangan Aldo yang secara tiba tiba sore itu sontak membuat Mbah Rejo, Anjani dan putranya kalang kabut. Terlebih saat pecahan gelas tampak berserakan di lantai. Di luar sana, Aldo dan Rianti terlihat mulai meninggalkan mobil dan memasuki pekarangan rumah Mbah Rejo. " Kenapa Si Mbah malah pergi ya, Mas?" tanya Rianti heran. Aldo menggeleng tak mengerti. Rasanya tak ada yang salah dengan kedatangan mereka tapi mengapa Mbah Rejo langsung pergi begitu saja tanpa memperdulikan kedatangan mereka. " Rasanya tidak ada yang aneh pada kita, tapi kenapa si mbah malah gak sama sekali peduli pada kita," Aldo menimpali. Lantaran Mbah Rejo tak kunjung muncul, Aldo dan Rianti memutuskan untuk menunggu di teras. Sesekali keduanya memanggil Mbah Rejo namun sang empunya rumah belum juga muncul. " Ada apa sama si Mbah, ya? gak biasanya begitu."ujar Aldo curiga. "Aku juga gak ngerti, Mas. Apa jangan jangan dia menyembunyikan sesuatu dari kita?" Rianti memijat pelipis perlahan, ada rasa cenat cenut

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Rencana Baru

    " Aku sudah letakkan sertifikatnya di atas meja di dalam kamar Mas Aldo, berhati hatilah, buatlah ini seolah olah seperti perampokan sungguhan," ujar Anjani pada sosok dalam balutan jaket kulit hitam serta memakai masker bergambar tengkorak yang hanya menutupi sebagian wajahnya. Pria itu mengangkat jempol seraya tersenyum penuh arti." Serahkan semuanya padaku, akan ku pastikan semua berjalan sesuai rencana," ujar Pria itu kemudian.Mbah Rejo melipat tangan di dada, ada lega di hatinya saat melihat keponakannya itu mendengarkan semua ide ide nya dan melaksanakan semuanya sesuai dengan rencana. Ia tak ingin menunggu lebih lama lagi, lebih cepat maka semua tentu akan lebih baik. Sangat menjijikan jika harus berdiam diri serta menyaksikan kebejatan perbuatan Aldo yang kian hari kian memalukan. Baginya, Anjani sudah lebih banyak bersabar dalam diamnya dan Rio entah mungkin anak itu sudah lupa bagaimana sosok seorang Ayah yang pernah dikenalnya dulu."Jangan sampai ketahuan, ya?" ujar M

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status