“Tanganku kenapa jadi kecil?”
Yuna terheran, ia lantas lantas mengangkat kedua tangannya. Ukurannya yang berbeda dari terakhir kali ia ingat, membuatnya semakin bingung. Kemudian wanita itu meraba wajahnya lalu turun menuju perut. Pipinya tirus dan juga perutnya tak menggelambir karena timbunan lemak.“Tubuhku kurus?” Yuna terus bergumam seraya membawa tubuhnya bangkit dari pembaringan.Benar, tubuhnya berubah menjadi kurus seperti sebelum ia menikah. Wajah wanita itu tampak linglung, otaknya dipaksa untuk mengingat mundur kejadian yang mungkin ia lewatkan sebelumnya.Mungkinkah, setelah perseteruannya dengan Ryan dan Vina, ia tak sadarkan diri lalu menjalani operasi pengangkatan lemak?“Itu tidak mungkin!” Yuna menjawab dugaannya sendiri.Tentu saja tak akan mungkin dilakukan pengangkatan lemak di saat dirinya sedang kritis. Lalu, bagaimana bisa ia berubah kurus dalam waktu singkat?Wanita itu tiba-tiba menoleh pada Vina yang berada di samping ranjang rawatnya.“Yuna, kamu tidak apa-apa?” tanya Vina hati-hati dengan tatapan cemas.“Apa yang terjadi? Kenapa kamu berada di sini ... mana Ryan?” Yuna mencecar curiga pada Vina.Kedua bola mata Vina refleks membulat sempurna. Ia semakin menatap cemas dan bingung pada Yuna. Tampaknya ia pun sama bingungnya dengan Yuna.“Ryan baru saja pulang. Aku memaksanya untuk pulang dulu dan menggantikannya menungguimu,” jelas Vina lembut, tetapi tatapan Yuna membuatnya cemas.“Tunggu sebentar, aku panggilkan dokter! Sepertinya kamu syok karena baru saja sadar dari pingsan selama dua hari setelah pemakaman ayahmu,” ucap Vina seraya bergegas keluar dari ruangan tersebut dengan langkah terburu, juga wajah kesal.“Pemakaman ayahku?” Yuna tersentak. Indera pendengarannya masih menangkap jelas ucapan Yuna, walaupun berkata dengan nada cepat. Wajah wanita itu semakin bertambah bingung. “Itu ‘kan lima tahun yang lalu?”Indera penglihatan Yuna kembali mengedar pada bangsal tempatnya dirawat. Ada yang berbeda dengan ruangan tersebut, pikirnya. Tiba-tiba, fokus matanya langsung tertuju pada kalender dinding yang berada di samping pintu.Masih dengan selang infus yang menempel di tangan, wanita itu langsung meraih kalender dinding di sana dan menatapnya sejelas mungkin.“2019?” ucap Yuna terkejut, bahkan kedua bola matanya hampir terlepas dari tempatnya.Wanita itu kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling bangsal rawat untuk memastikan rasa bingungnya. Kemudian ia bergegas menuju jendela dan membukanya lebar.Bangunan di luar sana tampak seperti berbeda.Kedua bola mata wanita itu langsung membulat sempurna saat menangkap di ujung jalan raya, terlihat sebuah baliho besar. “Pemilihan presiden 2019,” ucap Yuna membaca kalimat besar di sana.Tiba-tiba wajahnya merona. Ia refleks menutup mulutnya, mencoba mengartikan semua penglihatannya. Otaknya terus mencerna, sebelum menyimpulkan praduganya.Yuna lantas menatap kertas informasi pasien yang menempel pada papan depan ranjang. Fokusnya langsung tertuju pada tanggal yang tertera, hanya untuk memastikan dugaannya.Masih belum puas, ia pun menyalakan televisi dan membuka saluran berita. Saat semua bukti yang dilihatnya mengarah pada satu kesimpulan, wanita itu terpaku dengan wajah kosong. “Aku kembali ke masa lalu?”Tak lama, wajah itu berubah menjadi girang. Jika ia kembali ke masa lalu, itu berarti ia mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki hidupnya yang lalu, kan? “Benar, aku akan mengubah nasibku!”Namun, untuk bisa mengubah kesialannya menjadi keberuntungan, Yuna terlebih dahulu harus mengingat semua rangkaian kejadian. Kemudian, rangkaian kejadian di masa depan–di kehidupannya yang penuh dengan ketidakberuntungan, terlintas seperti putaran film.2019 … itu berarti tahun di mana ia berusia 25 tahun, dan masih menjadi dokter spesialis rehabilitasi medik. Yuna terus mengingat kejadian di hari tersebut.“Dan… aku belum menikah dengan Ryan,” ucap Yuna disusul senyuman lega.Klek!Suara pintu terbuka dan hampir membuat Yuna tersentak. Yuna yang tengah menatap jalanan itu langsung memutar tubuhnya menuju arah pintu. Tangannya refleks mengepal keras saat menangkap wajah Vina.Wajah wanita itu tampak lugu dan menatapnya cemas. ‘Sayangnya itu adalah tatapan munafik,’ batin Yuna. Cepat-cepat, ia menoleh pada lelaki yang datang bersama Vina.“Dokter Hendra!” panggil Yuna yang masih mengenali lelaki yang memakai jas putih tersebut.“Sepertinya kamu sudah pulih, Yuna,” ucap dokter tersebut ramah, lalu memberikan senyuman santun.Yuna pun membalas senyuman dokter tersebut. Kemudian dokter Hendra memintanya untuk kembali ke atas ranjang guna memastikan keadaan dirinya.“Aku baik-baik saja ‘kan, Dok?” tanya Yuna langsung, setelah dokter Hendra selesai memeriksa seluruh tubuhnya.“Iya, kamu memang baik-baik saja. Tapi, tetap jaga kesehatanmu! Apalagi kamu pingsan selama dua hari,” jawab dokter Hendra ramah, kemudian ia menepuk pundak Yuna lembut. “Aku turut berduka atas kehilangan ayahmu, Yuna. Aku harap kamu juga memperhatikan kesehatanmu! Ayahmu pasti akan sedih jika tahu kamu sampai seperti ini,” sambung dokter Hendra.Yuna langsung tertegun. Ia lupa, jika saat ini dirinya tengah berduka dan hampir tak memiliki semangat hidup.Air mata Yuna menetes tanpa diundang, merasa bersalah karena melupakan tentang ayahnya. Namun, cepat-cepat ia menghapus air mata itu lalu tersenyum pada dokter yang tak lain adalah seniornya. “Terima kasih, Dokter Hendra.”“Nah, gitu dong, Yuna! Kamu juga jangan lupa, ada aku yang akan selalu ada untukmu,” ucap Vina dari balik tubuh dokter Hendra.Kemudian wanita itu menghampirinya dan membelai lembut tangannya. Hampir saja Yuna memekik kesal, tetapi ia harus tenang. Saat ini, Vina belum menunjukkan kebusukannya.“Dokter Hendra, aku boleh pulang ‘kan?” tanya Yuna mencoba mengalihkan perhatian Vina. “Aku bosan, ingin istirahat di rumah saja.”“Tenang saja, Dokter Hendra! Aku akan menjaga dan memastikan Yuna menjaga kesehatannya,” seru Vina mendukung ucapan Yuna.Yuna tersentak. Ingin rasanya ia menentang ucapan Vina dan mengatakan dirinya tak butuh perhatian darinya. Akan tetapi, tatapan dokter Hendra tampaknya lebih percaya dengan ucapan Vina.Ya, Yuna tak boleh melupakan kejadian tersebut. Akan terlalu mencurigakan jika sikapnya tiba-tiba berubah.Bukankah saat itu semua orang tahu kalau Yuna Azalea dan Vina sahabat dekat yang tak terpisahkan. Mau tak mau dia harus bisa menahan dirinya, lalu perlahan menjaga jarak dengan wanita itu dan juga Ryan.‘Tunggu saja! Setelah ini aku akan membongkar kebusukan kalian berdua.’Yuna Azalea benar-benar bersyukur bisa kembali ke kehidupan sekarang. Walaupun dengan perasaan sakit hati, tetapi ia yakin bisa mengubah masa depannya. Setelah pulang rumah sakit dan berhasil mengusir Vina, ia mengurung diri di dalam kamar.Di depan meja belajarnya, ia membuat rangkaian catatan urutan kejadian hingga momentum apa saja yang harus dihindari agar dirinya tidak terjebak lagi dalam pernikahan dengan Ryan dan persahabatan munafik bersama Vina. Akan tetapi saat catatannya belum usai, ia kembali ingat jika saat ini ia masih berduka setelah kehilangan ayahnya. “Maafkan aku, Ayah.”Ia menangis, tetapi kali ini Yuna merasa bersalah sebab tidak merasakan kehilangan mendalam seperti pertama kalinya ia kehilangan sang ayah. Namun, ia yakin … ayahnya pasti mengerti. Dan jikalau ayahnya bisa melihat dari langit sana, Yuna jamin … ayahnya akan tersenyum bangga dengan pilihannya.Dulu, Yuna begitu sembrono dan mudah percaya hanya modal cinta palsu Ryan, hingga ia kehilangan seluruh p
“Ah, aku kesiangan!”Bunyi alarm jam dari ponsel Yuna berbunyi. Gadis itu membuka matanya dengan panik. Setelahnya, ia langsung bergegas menuju kamar mandi. Untunglah Ryan sudah pulang. Dulu, lelaki itu menemaninya siang dan malam selagi ia masih bersedih. Ia bahkan disuapi bubur yang lelaki itu buat sendiri.Ya, kulit yang ditampilkannya memang benar-benar mulus hingga berhasil mengelabui Yuna. Hati gadis mana yang tak akan luluh dengan perhatian seperti itu. Setelah selesai dengan mandi pagi, juga memoles wajahnya dengan make up tipis, Yuna bercermin sebentar untuk melihat penampilannya. Ia tersenyum penuh percaya diri. Hari ini adalah awal perubahan hidupnya dimulai.“Let’s go, Yuna Azalea!” teriaknya penuh semangat.Yuna langsung menyambar tas tangannya dan memasukkan ponselnya, lalu bergegas keluar. Langkahnya cepat, tetapi hati-hati saat menuruni tangga. Ia tak sabar untuk menjalani harinya menjadi dokter kembali.“Yuna!” Panggilan suara menghentikan langkah kakinya.Gadis itu
“Selamat pagi, Tuan Jason Abraham. Perkenalkan saya dokter Yuna Azalea, spesialis rehabitasi medik yang akan menangani kondisi, Tuan.” Yuna memperkenalkan dirinya dengan sangat sopan.Dokter muda nan cantik itu bahkan membungkukkan kepalanya beberapa derajat. CEO muda tampan di hadapannya tampak tak acuh dan terkesan memasang wajah datar, hingga Yuna sedikit menggerundel dalam hati. Akan tetapi demi misinya, dokter cantik itu mempertahankan wajah ramah dan sopannya.Tak berapa lama, Jason berdeham pelan. Isyarat bahwa ia menerima sapaan Yuna. Asisten pribadi CEO muda lumpuh itu langsung memberikan isyarat pada Yuna untuk menceritakan kondisi atasannya.“Setelah menjalani pemeriksaan, saya menyimpulkan jika Tuan Jason mengalami kelumpuhan Paraplegik ... Kelumpuhan pada kedua kaki, karena cedera pada sumsum tulang belakang di bagian bawah yang disebabkan kecelakaan mobil. Untungnya tingkat keparahan cederanya termasuk dalam kategori kelumpuhan parsial—“ “Bisa langsung ke intinya! Saya
Setelah memastikan tak ada lagi pasien yang menjalani terapi di rumah sakit, Yuna terkadang mendapatkan panggilan untuk melakukan terapi dan latihan fisik dari beberapa pasien VIP. Dokter cantik itu bergegas menuju kantor Jason dengan hati yang berdebar. Ia menatap gedung yang menjulang tinggi di antara bangunan pencakar langit di sampingnya. ABR Group Company … nama yang terukir di paling atas gedung di hadapan Yuna. Ia menghela napas panjang sebelum membawa masuk kendaraannya dalam parkiran basement gedung tersebut. Hatinya tiba-tiba terasa panas, mengingat parkiran yang tengah ia tuju sekarang adalah tempat dirinya mengetahui kebusukan mantan suami dan mantan sahabatnya. “Sial, kenapa parkiran di luar gedung penuh dan aku harus melewati tempat paling menyakitkan dalam sejarah hidupku,” umpat Yuna kesal, seraya mencengkram erat stir mobilnya. Sebisa mungkin Yuna menghindari lantai dua ... tempat kejadian tersebut. Akan tetapi lantai dasar basement tempat parkir itu sudah penuh, te
“Saya menerimanya, Tuan Jason.”Yuna menerima tawaran itu dengan yakin, pada akhirnya. Bagaimana pun, ia tak boleh menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Di luar ruangan itu ada Ryan dan Vina yang menjadi pasangan munafik. Gadis itu harus berada di atas mereka untuk menunjukkan jika kali ini ia bukan lagi Yuna yang lemah dan bisa dengan mudah dikelabui mereka. Alis Jason naik, lelaki itu terlihat kebingungan dengan penerimaan Yuna yang terkesan terburu-buru.“Tolong jangan salah paham, Tuan. Saya adalah anak perempuan tunggal yang tinggal dengan ayah dan paman. Minggu lalu ayah saya baru saja meninggal.” Yuna mencoba memberikan alasan yang menurutnya masuk akal. “Jadi, saya memikirkan, apakah paman saya bisa memberikan izin untuk saya tinggal di rumah Tuan Jason?” Jason mengubah ekspresinya menjadi lebih lembut. Lelaki itu memandang Yuna dengan tatapan sendunya kali ini. “Saya turut berduka atas meninggalnya ayahmu. Maafkan saya,” ucapnya hati-hati.“Tidak apa-apa, Tuan. Saya sudah te
"Kenapa aku merasa Tuan Jason seolah memaksa?" tanya Yuna dalam hatinya.Pikiran Yuna seolah bercabang. Ocehan Vina dan Ryan tentang keburukan Jason saat dulu terngiang. Akan tetapi, segera ditepisnya.Yuna harus ingat, tujuannya saat ini merubah nasibnya di masa lalu. Ia harus mengambil keputusan yang berlawan dengan dulu. Perlahan Yuna mengukir senyuman pada Jason yang masih menunggu tanggapannya.“Terima kasih atas perhatiannya, Tuan Jason. Saya akan berusaha agar diberikan izin oleh paman saya,” ucap Yuna lugas mempertahankan senyumannya.“Baiklah kalau begitu. Tapi, jika kamu kesulitan jangan sungkan menghubungi saya,” sahut Jason lugas.Sorot matanya memancarkan ketulusan. Yuna semakin melebarkan senyumannya, lalu mengangguk dan mengatakan terima kasih kembali. Hatinya tiba-tiba saja terasa teduh.“Aku yakin Tuan Jason tak seburuk yang dikatakan Vina dan Ryan. Dia memang terlihat dingin dan angkuh, tetapi senyuman serta tatapannya tampak tulus,” batin Yuna, ikuti suara sorakan d
Belum selesai Yuna dengan rasa terkejutnya, Ryan sudah menarik tangannya kasar. Yuna bahkan tak diberi kesempatan untuk berontak. Ingin teriak, tetapi ia tak ingin membuat malu.“Ryan, lepasin! Tangan aku sakit,” pinta Yuna memohon.Sepertinya Ryan tuli. Lelaki itu terus menarik tangan Yuna berbelok melewati lorong menuju lift. Akan tetapi, Ryan masih membawa Yuna berbelok ke arah lain. Kakinya melangkah lebih cepat mengimbangi langkah Ryan agar dirinya tak terjatuh.“Mau ke mana, Ryan? Lepasin tangan aku, sakit!” Yuna merintih.Cengkraman tangan Ryan benar-benar kuat. Semakin Yuna berontak, semakin kencang mencengkeram. Hingga akhirnya Yuna Ryan membuka pintu tangga darurat, barulah ia melepaskan tangan kekasihnya sembari memberikan sedikit dorongan pada tubuhnya.“Argh!” pekik Yuna kesakitan.Hampir saja Yuna terhuyung ke belakang, jika ia tak pandai menjaga keseimbangan tubuhnya. Untungnya juga, ia mengenakan heels yang tak terlalu tinggi. Dokter cantik itu mengusap-usap tangannya
“Apa yang dilakukan pak Ryan pada Dokter?” tanya Adam menyadarkan pemikiran Yuna. “Ah, Ryan? Tidak ada, Pak Adam. Jangan pedulikan itu! Aku dan dia kebetulan dekat ... hanya perbincangan kecil saja, tapi tadi aku dapat pesan dari rumah sakit. Makanya aku langsung meninggalkannya,” jawab Yuna berbohong. Ya, dia tak ingin melibatkan orang lain dengan urusan pribadinya. Tadi, Yuna hanya syok dan terkejut hingga tak berani melawan. Akan tetapi, Adam tampaknya tak percaya dengan jawaban Yuna. “Dokter Yuna yakin? Sepertinya Dokter tadi ketakutan,” selidik Adam dengan tatapan tegas. “Tentu, Pak Adam. Sebenarnya tadi aku sedang buru-buru bukan ketakutan,” jawab Yuna cepat disusul senyuman ragu-ragu. Yuna kembali berbohong. Otaknya terus bekerja keras mencari jawaban yang menurutnya masuk akal. Akan tetapi, tatapan Adam masih tak percaya. “Tadi liftnya sedang penuh, jadi aku lewat tangga. Karena buru-buru aku hampir terjatuh dan pak Ryan yang menolongku, itulah sebabnya aku seperti orang