Share

5. Rencana Baru

Author: Disi77
last update Last Updated: 2024-01-12 09:03:23

“Ah, aku kesiangan!”

Bunyi alarm jam dari ponsel Yuna berbunyi. Gadis itu membuka matanya dengan panik. Setelahnya, ia langsung bergegas menuju kamar mandi.

Untunglah Ryan sudah pulang. Dulu, lelaki itu menemaninya siang dan malam selagi ia masih bersedih. Ia bahkan disuapi bubur yang lelaki itu buat sendiri.

Ya, kulit yang ditampilkannya memang benar-benar mulus hingga berhasil mengelabui Yuna. Hati gadis mana yang tak akan luluh dengan perhatian seperti itu.

Setelah selesai dengan mandi pagi, juga memoles wajahnya dengan make up tipis, Yuna bercermin sebentar untuk melihat penampilannya. Ia tersenyum penuh percaya diri.

Hari ini adalah awal perubahan hidupnya dimulai.

“Let’s go, Yuna Azalea!” teriaknya penuh semangat.

Yuna langsung menyambar tas tangannya dan memasukkan ponselnya, lalu bergegas keluar. Langkahnya cepat, tetapi hati-hati saat menuruni tangga. Ia tak sabar untuk menjalani harinya menjadi dokter kembali.

“Yuna!” Panggilan suara menghentikan langkah kakinya.

Gadis itu tertegun dan menoleh ke arah sumber suara. Kedua bola matanya berbinar menyadari pemilik suara, seorang lelaki yang berdiri di depan meja pantry dapur.

Cepat-cepat gadis itu berlari dan memeluk lelaki itu. “Paman Dimas,” ucap Yuna terharu.

Lelaki paruh baya bernama Dimas itu sedikit terkejut, tetapi ia membalas pelukan Yuna yang merupakan keponakan satu-satunya.

Yuna hampir melupakan lelaki itu. Pamannya yang sangat perhatian dan menyayanginya, pengganti Damar—ayahnya setelah meninggal.

Di kehidupannya yang lalu, lelaki itu difitnah oleh ibu mertuanya. Ia dituduh menggelapkan keuangan rumah makan Damar yang Yuna percayakan pengurusannya pada Dimas usai ayahnya meninggal.

Bodohnya, saat itu Yuna percaya ucapan mertuanya. Itulah sebabnya ia terharu dan merasa bersalah. Gadis itu berjanji akan mempercayai Dimas, apalagi lelaki itu adalah pengganti ayahnya.

“Sudah, sudah. Kamu harus bisa mengikhlaskan ayahmu, Yuna! Ayahmu pasti akan sedih kalau melihatmu terus bersedih,” ucap Dimas seraya melepaskan pelukannya.

“Maafkan aku, Paman kalau aku menyusahkanmu,” sahut Yuna seraya menghapus air matanya.

Dimas tersenyum simpul. “Kamu memang selalu menyusahkanku, tetapi aku tak pernah keberatan.” Pamannya lantas tertawa kecil.

Tentu saja Yuna ikut tertawa. Pamannya memang humoris. Kemudian gadis itu memilih langsung berpamitan saat Dimas menawarinya sarapan.

“Tunggu sebentar, aku bungkuskan roti ... kamu selalu melewatkan sarapan, padahal kamu seorang dokter sibuk,” ucap Dimas segera berlalu ke arah kabinet dapur. “Kamu bisa mengunyahnya sembari menyetir mobil ke rumah sakit!”

Yuna hanya mengangguk. Beruntungnya ia memiliki paman yang perhatian. Mungkin karena lelaki itu terpisah dengan anak-anaknya setelah bercerai, sehingga perhatiannya pada keponakan terasa seperti perhatian ayah pada anaknya.

Saat keduanya sama-sama melangkah ke depan pintu, gadis itu tersentak, lelaki yang paling ia hindari sudah muncul di depan rumahnya.

“R—ryan?” ucap Yuna gagap. “Sedang apa kamu di sini?”

Lagi-lagi Yuna lupa. Tentulah Ryan tengah menjalankan aksinya untuk bersikap perhatian, menjadi sosok kekasih idaman seperti dulu.

Ryan yang berada di hadapannya melongo menatap pakaiannya yang tampak rapi. “Kamu mau ke mana?” tanya Ryan curiga, tetapi ditutupinya dengan tatapan cemas.

“A—aku mau berangkat kerja. Bosan kalau terus di rumah.” Ryan hendak membuka mulutnya untuk melayangkan protes, tetapi Yuna langsung memotongnya. “Aku akan terus kepikiran ayahku jika terus berdiam di rumah. Setidaknya … kalau aku bekerja, aku bisa menghilangkan rasa sedihku.”

Bibir Ryan yang sudah akan menyahut itu kembali tertutup. Terlebih, kala Yuna memberikan tatapan memohonnya.

Ya, dengan cara inilah ia membujuk Ryan, memberikan tatapan permohonan. Lelaki itu lantas menatap Dimas yang masih berdiri di samping Yuna. Ada tatapan tak suka yang diarahkan pamannya pada Ryan.

“Biarkan Yuna menjalani hidupnya!” ujar Paman Dimas tegas, tetapi pandangannya langsung melembut saat lelaki itu membelai lembut rambut keponakannya. “Dia adalah gadis yang ceria dan penuh semangat. Jadi, biarkan Yuna menghibur hatinya dengan hal yang dia suka.”

Merasa didukung, Yuna tersenyum lega. “Terima kasih, Paman.”

Tergambar jelas garis kekesalan pada wajah Ryan, tetapi cepat-cepat lelaki itu memberikan senyuman tipis. “Kalau begitu aku biar aku yang anter, ya! Aku juga sudah bawakan sarapan untukmu.”

“Maaf, Ryan. Paman Dimas sudah membawakanku bekal dan ...,” ucap Yuna terhenti. Gadis cantik itu menatap jam tangannya. “..., sepertinya aku sudah terlambat.”

Tanpa menunggu jawaban dari kedua lelaki tersebut, Yuna langsung bergegas menuju garasi mobilnya. Dimas tak tinggal diam, lelaki itu berjalan menuju gerbang depan untuk membukanya lebar-lebar.

Sementara Ryan tengah berusaha menahan kekesalannya. “Kenapa aku merasa Yuna seperti gadis yang berbeda. Biasanya dia akan girang jika kuantar kerja, apalagi ketika kubawakan makanan,” geramnya.

Yuna menoleh sebentar pada Ryan yang masih mematung di depan pintu rumahnya. Gadis itu tersenyum lega bisa terhindar dari Ryan. Kemudian ia langsung bergegas memasuki mobil dan meninggalkan rumah.

Gadis itu menancap gas secepatnya sebelum Ryan kembali mendekat. Setelah yakin lelaki itu tak mengejarnya, Yuna langsung mengikuti saran pamannya–mengunyah bekalnya sembari menyetir.

Dimas benar, ia butuh tenaga sebelum memulai tugasnya menjadi seorang dokter dan juga memulihkan rasa was-wasnya setelah berhadapan dengan (mantan) suami pengkhianatnya.

Tak membutuhkan waktu lama, gadis itu sudah tiba di parkiran rumah sakit dan bekalnya pun sudah habis. Yuna menatap wajahnya sebentar pada cermin, memastikan tak ada sisa makanan, kemudian keluar dan melangkah dengan penuh percaya diri.

dr. Yuna Azalea Sp.RM.

Papan nama itu tertera di pintu ruangannya. Yuna masuk dan langsung memakai jas kebanggaannya yang menggantung. Senyumnya begitu lebar, kerinduannya mengenakan jas putih ini begitu besar. Lama berhenti menjadi dokter kala ia menikah dengan Ryan, membuat Yuna begitu tak sabar menunggu pasien pertamanya hari ini.

Tak lama, pintu ruang kerjanya diketuk dan langsung terbuka. “Selamat pagi, Dokter Yuna,” sapa seseorang yang masuk itu dengan nada ramah.

“Selamat pagi, Rina,” balas Yuna santun dan semangat.

Rina, asisten perawatnya, memberikan map padanya. “Ini pasien VIP pertama, Dokter Yuna.”

“Terima kasih, Rina.”

Setelahnya, Rina langsung keluar dan Yuna langsung membuka berkas tersebut. Kedua bola mata gadis itu berbinar kala menatap identitas pasien pertamanya itu.

“Jason Abraham.” Tak lama kemudian, senyumnya mengembang. Lelaki itu adalah CEO yang menawari Yuna bekerja sebagai dokter pribadinya, tetapi … dulu ia menolak karena Ryan sudah lebih dulu melamarnya. “Bagaimana kalau kali ini aku menerima tawarannya?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Gendut: Kesempatan Kedua Dengan CEO Lumpuh   200. Pernikahan Merubah Masa Depan

    Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu

  • Istri Gendut: Kesempatan Kedua Dengan CEO Lumpuh   199. Jason dan Adam

    “Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.

  • Istri Gendut: Kesempatan Kedua Dengan CEO Lumpuh   198. Masa Depan Berubah

    Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya

  • Istri Gendut: Kesempatan Kedua Dengan CEO Lumpuh   197. Bukti Terkumpul

    “E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme

  • Istri Gendut: Kesempatan Kedua Dengan CEO Lumpuh   196. Jalan Terbuka Jelas

    “Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo

  • Istri Gendut: Kesempatan Kedua Dengan CEO Lumpuh   195. Berkumpul Menyusun Rencana

    Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep

  • Istri Gendut: Kesempatan Kedua Dengan CEO Lumpuh   194. Selamatkan Adam

    “Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te

  • Istri Gendut: Kesempatan Kedua Dengan CEO Lumpuh   193. Adam Cemas

    “Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s

  • Istri Gendut: Kesempatan Kedua Dengan CEO Lumpuh   193. Adam dan Tamara

    “Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status