Share

6. Rencana Terarah

“Selamat pagi, Tuan Jason Abraham. Perkenalkan saya dokter Yuna Azalea, spesialis rehabitasi medik yang akan menangani kondisi, Tuan.” Yuna memperkenalkan dirinya dengan sangat sopan.

Dokter muda nan cantik itu bahkan membungkukkan kepalanya beberapa derajat. CEO muda tampan di hadapannya tampak tak acuh dan terkesan memasang wajah datar, hingga Yuna sedikit menggerundel dalam hati. Akan tetapi demi misinya, dokter cantik itu mempertahankan wajah ramah dan sopannya.

Tak berapa lama, Jason berdeham pelan. Isyarat bahwa ia menerima sapaan Yuna. Asisten pribadi CEO muda lumpuh itu langsung memberikan isyarat pada Yuna untuk menceritakan kondisi atasannya.

“Setelah menjalani pemeriksaan, saya menyimpulkan jika Tuan Jason mengalami kelumpuhan Paraplegik ... Kelumpuhan pada kedua kaki, karena cedera pada sumsum tulang belakang di bagian bawah yang disebabkan kecelakaan mobil. Untungnya tingkat keparahan cederanya termasuk dalam kategori kelumpuhan parsial—“ 

“Bisa langsung ke intinya! Saya tidak butuh penjelasanmu,” potong Jason tegas dan hampir mengejutkan Yuna.

Dalam hati Yuna mengumpat kesal. Ia menghela napas pendek membuang rasa kesalnya dan langsung mengukir senyuman manis, lalu mengangguk. “Maafkan saya, Tuan Jason."

Ya, Yuna bisa memahami beberapa pasien lebih sensitif saat berhadapan dengannya. Mereka terlalu syok dan takut dengan penyakit yang dideritanya. Sebagai seorang dokter yang menangani terapi, Yuna dituntut untuk banyak bersabar dan mencoba memahami rasa takut pasiennya.

Ketakutan-ketakutan itulah yang harus diredam, supaya semangat hidup, semangat untuk sembuh para pasien tumbuh.

“Dapat disimpulkan kelumpuhan yang diderita Tuan Jason bukanlah kelumpuhan permanen,” jelas Yuna selembut mungkin. “Tentunya, selama Tuan Jason rutin menjalani fisioterapi dan terapi latihan khusus untuk mempercepat proses penyembuhan serta pemulihan."

“Berapa lama, saya bisa sembuh dan berjalan dengan baik?” tanya Jason langsung.

Tatapannya penuh harap. Yuna terdiam sesaat. Pertanyaan yang sering didapatkannya dari beberapa pasien. Akan tetapi, pertanyaan itu jadi salah satu pertanyaan tersulit dan tidak bisa ia pastikan. Bagaimana pun, ia bukanlah Tuhan yang bisa menjawab pasti kapan pasiennya akan sembuh.

“Tergantung pada kondisi kesehatan dan semangat Tuan Jason untuk sembuh,” jawab Yuna mencoba menjabarkan.

"Aku berobat untuk mendapatkan kepastian." Pria itu terlihat mendengus, tatapannya menatap sinis pada Yuna. "Aku akan mencari dokter lain kalau--"

"Biasanya memakan waktu berbulan-bulan." Yuna langsung memotong kalimat pria itu. Meski dongkol setengah mati, ia harus mempertahankan dan berhasil menggaet Jason demi mengubah takdirnya di masa depan. "Tapi, saya pernah menangani kasus serupa yang sembuh dalam hitungan tahun. Untuk itu, seperti jawaban saya tadi, semua sangat tergantung kondisi kesehatan dan semangat sembuh yang dimiliki Tuan Jason."

Jason terdiam. Ia memandangi kedua tungkai kakinya di atas footstep kursi roda dengan tatapan berat. Yuna iba dan tak tega.

Lelaki muda dan tampan di hadapannya harus menerima takdir yang pahit saat ini. Walaupun Yuna tahu, di masa depan Jason bisa berjalan dengan baik.

Berbekal artikel yang pernah dibacanya, pria itu memang bisa sembuh setelah menjalani perawatan di luar negeri. Untuk itu, kali ini pun Yuna yakin sekali akan kesembuhan pria itu. Namun, kali ini ... pria itu tak akan melakukannya di luar, sebab ia harus memastikan Jason memilihnya.

Yuna melangkah maju sedikit mendekat pada tubuh Jason dan memberikan senyuman manis nan tulus. CEO muda di hadapannya refleks menaikkan pandangannya.

“Tuan Jason tenang saja! Saya akan mengerahkan segenap jiwa dan kemampuan untuk membantu serta mendampingi Tuan,” ucap Yuna yakin dan penuh semangat.

Dalam hatinya ada rasa takut. Walaupun beberapa pasien yang mengalami kelumpuhan banyak yang sembuh, tetapi ada pula yang tak terjadi perubahan. Namun, cepat-cepat Yuna menyingkirkan rasa ragunya. Ia harus menunjukkan ekspresi meyakinkan.

‘Bukankah seharusnya Tuan Jason menawariku menjadi dokter pribadinya? Kenapa dia justru menatapku penuh selidik?' batin Yuna cemas.

Dokter cantik itu bahkan ragu dengan senyumannya kini. Jantungnya berdebar cemas. Haruskah ia menyudahi senyuman dukungannya? Apakah senyum juga semangatnya yang meletup-letup ini justru membuat pria itu curiga??

Waktu terasa terhenti bagi Yuna. Jason terus menatapnya hingga membuatnya canggung dan sedikit salah tingkah. Ingin rasanya ia menawarkan diri saja, agar rasa canggung dan cemasnya berakhir.

“Kamu bisa membantuku bisa berjalan kembali?” tanya Jason lugas.

“Tentu, Tuan,” jawab Yuna bersemangat.

Detik kedua, dokter cantik itu terdiam.  Seharusnya, ia bisa lebih hati-hati menjawab. Semangatnya bisa disalahartikan oleh pasien, entah itu membuat harapan mereka melambung tinggi yang mungkin berpotensi mengecewakan mereka, atau justru di kasus Jason, membuat pria itu semakin mencurigainya. 

Tidak! Untuk sekarang Yuna tak peduli. Ia tidak punya waktu untuk berbasa-basi.

“Kalau begitu, jadilah dokter pribadiku!" ujar Jason dengan tegas. Tatapannya kemudian menatap tajam dan serius ke arah Yuna. "Dan aku ingin semua perawatanku dilakukan di rumahku ... aku tak mau harus bolak balik ke rumah sakit dan kondisi kesehatanku tersebar keluar."

Hati Yuna bersorak. Ternyata alur takdirnya masih sama. Ia hanya perlu mengambil arah yang berbeda.

“Saya mengerti, Tuan.” Yuna menjawab dengan tatapan pasti.

“Baiklah kalau begitu, aku tunggu kehadiranmu di kantorku!” ucap Jason santai, lalu melirik pada asisten pribadinya.

Wajah Yuna melongo. Kenapa ia harus ke kantornya? Dokter cantik itu langsung tersadar saat tubuh Jason yang berada di atas kursi roda melewati tubuhnya.

“Tunggu, Tuan!” ucap Yuna seraya menahan lengan Jason.

CEO tampan itu melirik lengannya dan memberikan tatapan tak suka. Yuna refleks melepaskan tangannya. Tampaknya Jason tak suka disentuh oleh sembarangan orang.

“Maafkan saya, Tuan. Bukankah Tuan Jason harus menjalani terapi, kenapa pergi?” tanya Yuna hati-hati.

Jason mengerutkan dahinya. “Bukankah saya sudah memberi penjelasan pada Anda, Dokter ... Yuna." Jason membaca name tag di jas putih wanita itu. "Apa Anda masih tidak paham?"

Yuna terhenyak di tempatnya. 'Ah, dasar bodoh!' Ia merutuki dirinya sendiri yang terlalu bahagia hingga melupakan detail yang baru saja diminta oleh Jason.

“Apakah Anda mengira tawaran saya main-main?” sergah Jason menatap tajam pada dokter cantik di hadapannya. “Saya tidak suka mengulang penjelasan yang sudah diucapkan. Jika Anda hendak main-main ... saya akan memilih dokter lain yang jauh lebih baik daripada Anda!” tegasnya.

Yuna tersentak. Jason memiliki sifat yang keras dan jauh berbeda dengan dirinya. Akan tetapi, Yuna segera menundukkan kepalanya dan memasang wajah penuh sesal. 

“Maafkan saya, Tuan Jason. Saya akan mengingatnya dan saya akan segera menemui Tuan di kantor segera,” ucap Yuna santun.

Jason hanya berdeham. Ia lantas memberi isyarat pada asistennya untuk mendorong kursi rodanya keluar dari ruangan dokter Yuna. Setelah Jason keluar, Yuna mengacak rambutnya kasar.

“Kenapa tuan Jason memintaku menemuinya di kantornya? Perusahaannya ‘kan tempat Ryan dan Vina bekerja,” ucap Yuna sembari memajukan bibirnya.

Namun, detik ketiga kedua bola matanya berbinar. “Tunggu, bisa jadi perselingkuhan mereka dimulai dari tempat kerja. Terbiasa bertemu di tempat kerja lalu muncul benih-benih cinta ... kalau begitu, aku harus menyatukan dua orang munafik itu jadi satu!”

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status