Share

Part 12

“Jangan!” jerit Alea dengan air mata yang mulai merebak. Wajahnya pucat dan matanya menatap ngeri ke arah Alec yang ada di atas tubuhnya. “Kumohon, jangan lakukan ini padaku.”

“Apa yang membuatmu berhak memerintahku, Alea?”

“Aku ... aku akan menikah denganmu. Maafkan aku.”

“Semua sudah terlambat. Kau sudah mengacaukan pernikahan kita dan mempermalukan keluargaku dengan cara paling hina. Aku tak pernah merasa sehina ini seumur hidupku.”

“Aku mohon ... aku minta maaf. Aku bersalah padamu dan aku menyesal.”

“Permohonan, permintamaafan, rasa bersalah, dan penyesalanmu. Sepertinya semua masih tak sebanding dengan penghinaan

“Kali ini saja, tolong ampuni aku, Alec. Aku akan memberikan tubuhku untukmu dengan sukarela. Tapi ...”

“Aku harus menikahimu lebih dulu?” cemooh Alec dengan dengusan sinisnya.

Alea mengangguk putus asa. Arsen benar, pernikahan satu-satunya jalan ia menjaga harga dirinya meski harus menjadi pelacur bagi Alec. Sedikit harga diri yang akan ia pertahankan dalam pernikahan mereka nantinya.

“Kenapa kau berpikir aku akan menikahi wanita pemberontak dan pengacau sepertimu? Kenapa aku harus repot-repot melakukan itu semua di detik aku bisa menghancurkan hidupmu dalam satu cengkeraman, saat ini juga?” Alec mengencangkan cekalannya di kedua pergelangan tangan Alea yang tertaut di atas kepala. Alea meringis kesakitan, tapi wanita itu menahan untuk tidak mengaduh.

“Kumohon, beri aku satu kesempatan. Aku ... tadi aku tidak berpikir dengan jernih. Aku tidak siap dengan pernikahan ini.” Alea tak bisa memikirkan kalimat apalagi yang harus keluar dari bibirnya jika permohonannya kali ini ditolak kembali oleh Alec. Meski hatinya mengingkari semua janji dan bujukannya, insting bertahan hidupnya yang terancam tentu memilih untuk berbuat licik.

Alec menyeringai. “Dan sekarang kau sudah siap menikah denganku?”

Alea menggangguk keras dengan hati penuh pengingkaran. Meski kebohongan tampak jelas tersirat di wajahnya, ia tak peduli.

“Pembohong,” kekeh Alec. “Tapi setidaknya kau sudah mencoba.”

Mata Alea terpejam, air mata mengalir diam-diam membasahi di kasur yang menempel di belakang kepalanya. Putus asa, tubuhnya meluruh penuh kepasrahan di ranjang. Wajahnya menoleh ke samping, tak tahan bertatapan dengan mata Alec saat pria itu mulai menjamah tubuhnya sebentar lagi.

Namun, detik-detik menegangkan yang ditunggunya tak juga datang. Alec masih membeku di atas tubuhnya. Napas berat dan panas pria itu masih berhembus di samping wajahnya. Hingga kemudian cengkeraman di kedua pergelangan tangganya terurai dan tubuh Alec menjauh.

Mata Alea terbuka dan melihat Alec yang bangkit dari ranjang dan berdiri menjulang di ujung ranjang. Tetapi Alea tak berani menggerakkan tubuhnya. Takut jika hal itu akan kembali mengusik kemurkaan Alec atau jarak itu disengajakan oleh Alec untuk menikmati ketakutannya.

“Aku tak peduli apa pun yang ada di hatimu, Alea. Tapi selama kau bisa meredakan kemarahanku dengan tubuhmu dan merendahkan diri di ranjangku. Aku pria yang loyal saat membayar kebaikan seseorang.” Alec melempar jas putih miliknya yang tergeletak di pinggir ranjang ke dada Alea. “Pakai itu dan keluarlah dalam satu menit. Aku tak suka membuang waktu meskipun hanya satu detik. Dan sebelum kebaikan di hatiku lenyap.” Alec mengakhiri kalimatnya dan berbalik menuju pintu.

Alea tak punya kesempatan untuk menyerap kalimat Alec lebih dalam lagi, sebelum kebaikan hati pria itu benar-benar lenyap dan berpikir untuk memperkosanya di ruangan ini. Alea pun melompat dari ranjang. Gaun pengantinnya yang sudah robek dan menggantung menggenaskan di sekeliling pinggangnya sudah tak bisa diselamatkan. Segera ia menarik jas Alec dan mengenakannya untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Setidaknya gaun pengantin itu masih bisa digunakan untuk menutupi pinggang hingga ke tubuh bagian bawah.

Alec berdecak ketika menyadari bahwa Alea tak mengenakan alas kaki apa pun ketika muncul dari pintu di belakangnya dalam hitungan detik. Rambut wanita itu yang sudah tersanggul rapi oleh tangan penata rambut ternama yang secara eksklusif meluangkan waktu di hari pernikahannya yang mendadak, kini tampak mencuat ke segala arah. Air mata yang masih membekas dan berbaur dengan make up yang terpoles di wajah Alea membuat wanita itu sempurna kacau. Alec menyumpah dalam hati atas rasa iba bercampur kesal yang muncul dan menguasai hatinya. Ia tak ingin melakukannya, tapi tubuhnya bergerak mendekati wanita itu lalu membungkuk dan membawa tubuh Alea dalam gendongannya.

Alea terkesiap kaget dan tak siap ketika tubuhnya tiba-tiba melayang. Tatapan Alec yang menusuk ketika ia keluar menyusul pria itu, sesaat membuat Alea berpikir bahwa pria itu marah karena mungkin ia terlambat keluar meski hanya sedetik. Tetapi kemudian tiba-tiba Alec mendekat ke arahnya, menjulurkan kedua lengan pria itu mengeliling tubuhnya. Satu di belakang punggung dan tangan lainnya di belakang lutut dan mengangkat tubuhnya dengan mudah.

“Demi keselamatanmu, sebaiknya kau melingkarkan lenganmu di leherku. Atau tulang-tulangmu akan patah karena tergelincir ke lantai,” desis Alec di antara bibirnya yang menipis tajam.

Dengan gerakan kaku, Alea mengikuti kata-kata Alec. Jantungnya berdebar keras ketika Alec semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuh pria itu. Wajah mereka yang hanya berjarak beberapa senti pun membuat Alea menahan napas dan segera menunduk dalam-dalam. Takut jika desah napasnya pun akan menyulut kemarahan pria itu lagi.

Seringai tersamar di sudut bibir Alec dengan tubuh Alea yang gemetar dan kaku karena rasa takut. Seperti itulah posisinya bagi wanita itu. Sebagai penguasa dan pemilik.

***

Hanya butuh beberapa menit bagi penata rias handal itu untuk memperbaiki riasan wajah Alea yang hancur karena air mata dan mengubah gulungan rambutnya yang sekarang dibiarkan tergerai. Dan karena gaun rancangan khusus yang dikenakan Alea sudah tak layak disebut pakaian, Alea mengenakan gaun pengantin lain yang tentu tak sebagus gaun pertamanya. Yang entah dari mana asalnya, Alea tak akan bertanya atau memikirkannya. Gaun pengantin itu berbahan ringan dan tak memiliki lengan dengan potongan empire line di bawah lutut. Hiasan berbentuk kelopak bunga mawar putih menebar di sepanjang gaun bagian bawah. Di balik suasana hatinya yang mendung, setidaknya gaun itu terlihat cantik dan indah di matanya.

Setelah Alea sudah siap, tanpa menunggu sedetik pun perias untuk bergegas memintanya untuk berdiri dan keluar dari kamar. Mengatakan bahwa kakaknya sudah menunggu di luar.

“Ini terakhir kalinya kau berbuat ceroboh, Alea. Lain kali aku tak menjamin bisa menyelamatkanmu.” Itulah ucapan selamat yang diucapkan Arsen begitu pintu kamarnya  terbuka.

Alea tak berkata apa pun.

“Aku bahkan mengorbankan harga diriku di bawah kesombongan Cage agar dia tak membatalkan pernikahan kalian. Pikirkan itu jika kau kembali membuat masalah dengannya. Karena ini kesempatan terakhirku membantumu.”

Alea mengangguk. Sudut matanya mencari keberadaan seseorang, yang lagi-lagi dihadapkan pada kekecewaan.

Arsen menyodorkan ponsel milik Alea. “Cage menemukan ponselmu. Panggilan terakhirmu hampir saja menyeret Arza dalam masalah.”

Mata Alea melebar terkejut. “Bagaimana keadaan Arza?”

“Dia baik.” Arsen berhenti sesaat. “Dan itu bukan urusanmu mulai sekarang,” imbuhnya lagi.

“Aku akan menyimpannya.” Arsen menyelipkan ponsel Alea ke saku celananya saat Alea menurunkan pandangan ke arah ponsel dalam genggaman Arsen. “Ayo, aku yang akan membawamu menuju altar.”

Alea menyangkutkan tangannya di lengan yang disodorkan Arsen. Suara musik menyambutnya begitu ia muncul di halaman. Pernikahan memang hanya diperuntukkan keluarga terdekat. Meski acara tertunda selama dua jam, sepertinya tamu undangan tidak ada yang meninggalkan tempat melihat kursi yang disediakan tak ada yang kosong.

Sumpah suci pernikahan yang mereka ucapkan tak sesuci hati Alea menerima pernikahan mereka dengan sukarela. Bahkan tatapan gelap Alec seolah menambah kehampaan di hati Alea. Setelah janji suci diakhiri dengan lumatan bibir Alec di bibir Alea yang terkesan berlebihan di hadapan umum seperti ini, sedikit pun Alea tak berniat menolak. Alec seolah menuntaskan dendam yang telah dipendamnya sejak di hotel, dan Alea tak berani membantah.

Ciuman itu belum ada apa-apanya. Mengingat kebuasan Alec ketika membantingnya di ranjang hotel, Alea harus belajar terbiasa dengan sentuhan-sentuhan Alec meskipun dia tak menginginkannya.

“Aku tak peduli apa pun yang ada di hatimu, Alea. Tapi selama kau bisa meredakan kemarahanku dengan tubuhmu dan merendahkan diri di ranjangku.”Kalimat Alec yang membuat bulu kuduk Alea berdiri kembali terngiang. Dengan cara yang sah, kini ia telah menjadi pelacur Alec.

“Apa kau bahagia?” tanya Alea yang tak bisa menahan lidahnya melihat senyum memenuhi seluruh wajah Alec ketika semua orang telah mengucapkan selamat untuk mereka dan sekarang sibuk menyantap hidangan-hidangan di meja masing-masing. Begitu pun dengan dirinya dan Alec yang duduk di meja mereka.

“Kau tidak?” Alec menoleh. Tatapannya menyipit tajam seolah itu adalah pertanyaan jebakan.

Alea membeku. Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan bahwa dia memang tidak bahagia dengan pernikahan mereka. Senyum yang bertengger di bibir Alec saat meluncurkan pertanyaan itu hanyalah sebuah bentuk sarkasme yang ditujukan untuk membuatnya gugup. Pria itu suka bermain-main dengan emosi. Mempermainkan mangsanya sebelum menelannya bulat-bulat.

“Lebih baik berbohong, Alea. Setidaknya kau perlu menjaga ketenangan hati suamimu,” kekeh Alec. Benar-benar gadis yang polos. Alec mengulurkan tangan menyentuh dagu Alea, lalu ibu jarinya menyentuh sudut bibirnya dan menelusuri bibir bagian bawahnya hingga ke sudut yang lain. Alea membeku, seringai itu muncul lagi dan Alec menarik wajahnya untuk menempel di wajah pria itu.

Saat Alec menyelesaikan lumatannya dan Alea menarik wajahnya mundur demi mengisi paru-parunya dengan udara. Tanpa sengaja, tatapan menangkap sosok Arza yang berdiri tak jauh dari meja mereka dan memandang tepat ke arahnya. Hati Alea mencelos. Baru saja udara menyentuh paru-parunya, kini dadanya kembali sesak. Dan hancur lebur melihat kepedihan yang begitu nyata tersirat di manik Arza. Mereka berdua hancur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status