Share

Istri Hasil Fitnah
Istri Hasil Fitnah
Penulis: UTTERA

Istri Pajangan

Ting.

Suara notifikasi mengejutkan Qeera. Tangannya sontak bergetar setiap kali membuka notifikasi karena selalu mendapat kiriman gambar dan pesan yang hampir mirip.

Video atau foto suaminya Axzel bersama sekertarisnya. Meski bukan foto atau video bermesraan, tetapi setiap foto membuat Qeera selalu bertanya-tanya. 

Benarkan mereka sepupu? 

"Kamu terlalu cemburu pada Bella, dia sepupuku. Jika saya memiliki hubungan kekasih dengannya, bukan kamu yang saya nikahi, tetapi Bella!"

Begitu jawaban Axzel setiap kali Qeera menyatakan protes dan memintanya mencari asisten atau sekertaris pria. Senyum puas Bella yang muncul setiap kali Axzel membelanya dari protes Qeera membuatnya kian terpuruk. Apalagi  sekarang Qeera tengah mengandung.

Di kamar, Qeera mengamati Axzel yang tengah bersiap keluar kota selama tiga hari. Begitu yang dia katakan. 

Tak lama ART datang mengabarkan jika sekertarisnya sudah sampai. Qeera mendongak terkejut.

"Kamu pergi ke luar kota sama wanita itu?"

Brak!

Axzel membanting tutup koper setelah memasukkan keperluan terakhirnya. Axzel menatap Qeera dingin karena lagi-lagi mendapat tuduhan darinya.

"Ya, karena saya butuh dia membantu proyek baru," sahutnya dingin.

"Kenapa harus sama dia?!" teriak Qeera marah tak terima. Jika harus pergi ke luar kota kenapa tidak dengan yang lain, kenapa harus wanita itu. Tak sadarkah Axzel apa, pandangan orang tentang kepergian mereka bersama?

"Kamu tuli, hah! Dia yang mengerti proyek karena sejak awal Bella lah yang menangani." Axzel menarik koper keluar dari kamar mereka. "Bahkan sebelum menikah denganmu, saya selalu pergi dengannya," lanjutnya dengan kata-kata dinginnya. 

Qeera menahan tangan Axzel membuat langkahnya terhenti. Matanya memancarkan kemarahan.

"Aku ikut, Kak. Tak mungkin aku membiarkan kalian berduaan pergi ke luar kota," tahannya.

Rahang Axzel mengeras karena lagi-lagi Qeera menyiratkan rasa tak percaya kepadanya, matanya berkilat membuat Qeera mundur dan melepas pegangannya.

Brak!

Koper terlempar. Axzel berbalik dan mengikuti langkah mundur Qeera yang ketakutan menjadi sasaran kemarahan suaminya. Tangan pria itu menggenggam dengan cengkeraman yang menyakitkan.

"Pertama, ini perjalanan dinas. Kedua, kamu hamil muda dan tak bisa bepergian jauh. Jika kamu memaksakan diri itu bisa membahayakan anak di kandunganmu," ucapnya tegas. "Satu lagi, untuk kesekian kalinya, Bella hanya sepupu saya dan kamu sudah mengetahui dari kakek nekek siapa dia sebenarnya. Berhenti cemburu buta, Qeera! Saya kerja untuk kamu dan anak kita. Mengerti!"

Setelah itu dia berbalik dan meninggalkan Qeera yang diam dengan mata berkaca-kaca tak menyusulnya. Qeera memilih diam di kamar tak mengantarkan Axzel karena ia tak mau melihat senyum kemenangan Bella mengetahui dirinya kalah dari jalang itu.

Di kamar mereka, lagi-lagi Qeera ditinggalkan sendirian, sedangkan sang suami pergi ke luar kota dengan wanita yang Qeera benci. Kesendirian di rumah besar ini yang membuat Qeera kesepian dan tertekan.

"Kenapa aku yang dijadikan istri jika kamu menghabiskan waktu dengannya setiap saat," rintihnya terduduk di tempat tidur. 

Tangannya meremas seprai putih erat-erat. Marah, kesal, dan juga kecewa dengan sikap Axzel. Ini yang selalu Qeera rasakan jika Axzel meninggalkannya untuk alasan pekerjaan.

Qeera dan Axzel menikah atas perjodohan orang tua mereka. Ayah Qeera memanggilnya pulang setelah sekian lama tak pernah peduli akan keberadaannya. Pada saat Qeera sampai di rumah, ia dikejutkan berita pernikahannya dengan seorang pria bernama Axzel Candra Mahardika. Pria yang tak pernah Qeera kenal.

Pertemuan pertama mereka terjadi tepat di hari pernikahan. Axzel adalah sosok pria tampan, berhidung mancung, mata tajam, dengan rahang kokoh menunjang ketampanannya. Apalagi dengan postur tubuhnya yang tinggi, jauh dengan Qeera yang hanya sebatas bahu pria itu. 

Sayangnya, Axzel sangat minim ekspresi dan tatapannya dingin sehingga membuatnya mudah merasa terintimidasi. Kejam. Persis dengan Ibu dan adik tirinya. 

Ada perjanjian yang tak Qeera ketahui antara ayahnya dengan kakek dan nenek Axzel. Pada intinya, hari itu Qeera tak bisa menolak perjodohan tersebut. 

“Turuti Ayah kali ini, setidaknya itu bentuk balas budimu karena sudah membesarkanmu!”

“Benar perkataan ayahmu, Qeera. Kami mengeluarkan uang untuk hidupmu dan sekolahmu,” sambung ibu tirinya kala itu.

Tangannya mengusap perutnya pelan. Jika bukan karena hal ini, Qeera sudah lama pergi dari Axzel. Jika dirinya berkeras pergi dari Axzel, maka akan ada anak yang menjadi korban. Cukup Qeera saja yang merasakan kejamnya ibu tiri dan ketidakpedulian ayahnya. Jangan sampai anaknya merasakan apa yang dirinya rasakan.

Qeera tak ingin anaknya mengalami hal itu. Sejak kecil Qeera diabaikan ayahnya karena sang ayah tidak pernah ikhlas atas pernikahan dia dengan Ibu yang dilakukan atas dasar perjodohan. Sedangkan adik tirinya Berlian, mendapatkan cinta dan kasih sayang yang berlebih dari ayah dan ibu tirinya. Puncak kemarahan Qeera pada ayahnya adalah saat ayahnya menjodohkannya dengan Axzel atas paksaan ibu tirinya yang kembali dengan sengaja memfitnah Qeera.

Hal lain yang menjadi pertimbangan dirinya bertahan adalah karena ia tak tahu harus ke mana lagi jika memang harus pergi. Ia juga tak bekerja karena begitu menikah Axzel serta kakek nenek pria itu melarangnya bekerja.  Alasannya sepele, istri dan cucu dari seorang Mahardika tak boleh bekerja. 

Qeera selalu menduga Axzel memiliki hubungan lain dengan Bella karena saat bersama wanita itu dia tersenyum dan tertawa, sedangkan saat bersamanya Axzel tak pernah menunjukkan ekspresi apapun. Selain itu, Axzel juga seorang workaholic. Entah benar memang begitu atau karena Bella, sampai sekarang Qeera hanya menebak-nebak.  

Jika bersama dirinya yang sebagai istrinya, Axzel selalu dingin dan serius, tetapi dari kiriman  foto yang Qeera terima dari Bella terlihat Axzel sedang tersenyum atau tertawa bersamanya. 

Mereka terlihat menghabiskan banyak waktu bersama bukan untuk bekerja. Ada foto saat Bella memijat bahu Axzel dengan mata terpejam seolah menikmatinya, padahal Qeera tak pernah memijatnya. 

Ada juga saat Axzel tiduran di paha Bella dengan tangan Bella membelai rambut suaminya. Namun, setiap Qeera menanyakan kecurigaannya, Axzel akan langsung marah kepadanya.

Sudah sepantasnya jika Qeera mencurigai hubungan mereka. Tidak salah kah?

“Demi kamu, Nak. Mama bertahan, kuat di dalam biar Mama juga kuat menghadapi papamu,” bisiknya terus menguatkan diri dan calon anaknya. 

Kesendirian membuat Qeera mudah putus asa. Hanya berbicara dengan calon anaknya membuat Qeera kembali bersemangat.

Kembali bunyi notifikasi masuk. Di sana foto suaminya dan Bella tidur dengan kepala saling menempel di kursi pesawat. Melihat pakaian Axzel yang sama dengan saat keberangkatan suaminya, hati Qeera bergemuruh. Apa maksud Bella dengan selalu mengirimi gambar tersebut?

[Bagaimana rasanya mengetahui suamimu lebih senang pergi berdua bersamaku daripada denganmu?]

Dengan jari bergetar karena marah, Qeera membalas. 

[Apa maumu, Jalang?]

Tak lama notifikasi masuk dengan gambar Bella mencium pipi Axzel membuat dada Qeera kian bergemuruh apalagi dengan tulisan pesan di bawahnya. 

[Bagaimana rasanya Qeera yang hanya dijadikan istri pajangan?]

UTTERA

Hallo ketemu dengan UTTERA di cerita pertama di GoodNovel, semoga suka ya dengan ceritali yang satu ini. Salam Cinta dari UTTE.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status