Qeera dipaksa menikah dengan Axzel pria yang tak dikenal oleh ayahnya setelah mendapat fitnahan dari ibu dan saudari tirinya. Kedekatan Axzel dengan Bella yang disebut sebagai sepupu membuat Qeera sering cemburu, apalagi Bella sering mengirin foto dan video kedekatan mereka. Dalam kondisi hamil, Qeera bertahan demi sang anak karena tak ingin anaknya mengalami nasib yang sama dengan dirinya. Namun, naas Qeera jatuh dari tangga membuatnya mengalami benturan keras dan menyebabkan keguguran. Bukannya mendapat dukungan Qeera mendapat makian dari Axzel, bahkan suaminya memilih pergi bersama Bella setiap ada acara bukan dirinya sebagai istri sahnya. Setiap kali Qeera bertanya sebuah jawaban menyakitkan Axzel lontarkan. "Seorang pembunuh tak pantas saya ajak ke pesta yang berisi orang-orang berhebat!" Bagaimana nasib Qeera, haruskah ia bertahan setelah kehilangan alasannya untuk bertahan? Atau memilih pergi dari suami kejam dan dingin seperti Axzel?
View MoreTing.
Suara notifikasi mengejutkan Qeera. Tangannya sontak bergetar setiap kali membuka notifikasi karena selalu mendapat kiriman gambar dan pesan yang hampir mirip.Video atau foto suaminya Axzel bersama sekertarisnya. Meski bukan foto atau video bermesraan, tetapi setiap foto membuat Qeera selalu bertanya-tanya. Benarkan mereka sepupu? "Kamu terlalu cemburu pada Bella, dia sepupuku. Jika saya memiliki hubungan kekasih dengannya, bukan kamu yang saya nikahi, tetapi Bella!"Begitu jawaban Axzel setiap kali Qeera menyatakan protes dan memintanya mencari asisten atau sekertaris pria. Senyum puas Bella yang muncul setiap kali Axzel membelanya dari protes Qeera membuatnya kian terpuruk. Apalagi sekarang Qeera tengah mengandung.Di kamar, Qeera mengamati Axzel yang tengah bersiap keluar kota selama tiga hari. Begitu yang dia katakan. Tak lama ART datang mengabarkan jika sekertarisnya sudah sampai. Qeera mendongak terkejut."Kamu pergi ke luar kota sama wanita itu?"Brak!Axzel membanting tutup koper setelah memasukkan keperluan terakhirnya. Axzel menatap Qeera dingin karena lagi-lagi mendapat tuduhan darinya."Ya, karena saya butuh dia membantu proyek baru," sahutnya dingin."Kenapa harus sama dia?!" teriak Qeera marah tak terima. Jika harus pergi ke luar kota kenapa tidak dengan yang lain, kenapa harus wanita itu. Tak sadarkah Axzel apa, pandangan orang tentang kepergian mereka bersama?"Kamu tuli, hah! Dia yang mengerti proyek karena sejak awal Bella lah yang menangani." Axzel menarik koper keluar dari kamar mereka. "Bahkan sebelum menikah denganmu, saya selalu pergi dengannya," lanjutnya dengan kata-kata dinginnya. Qeera menahan tangan Axzel membuat langkahnya terhenti. Matanya memancarkan kemarahan."Aku ikut, Kak. Tak mungkin aku membiarkan kalian berduaan pergi ke luar kota," tahannya.Rahang Axzel mengeras karena lagi-lagi Qeera menyiratkan rasa tak percaya kepadanya, matanya berkilat membuat Qeera mundur dan melepas pegangannya.Brak!Koper terlempar. Axzel berbalik dan mengikuti langkah mundur Qeera yang ketakutan menjadi sasaran kemarahan suaminya. Tangan pria itu menggenggam dengan cengkeraman yang menyakitkan."Pertama, ini perjalanan dinas. Kedua, kamu hamil muda dan tak bisa bepergian jauh. Jika kamu memaksakan diri itu bisa membahayakan anak di kandunganmu," ucapnya tegas. "Satu lagi, untuk kesekian kalinya, Bella hanya sepupu saya dan kamu sudah mengetahui dari kakek nekek siapa dia sebenarnya. Berhenti cemburu buta, Qeera! Saya kerja untuk kamu dan anak kita. Mengerti!"Setelah itu dia berbalik dan meninggalkan Qeera yang diam dengan mata berkaca-kaca tak menyusulnya. Qeera memilih diam di kamar tak mengantarkan Axzel karena ia tak mau melihat senyum kemenangan Bella mengetahui dirinya kalah dari jalang itu.Di kamar mereka, lagi-lagi Qeera ditinggalkan sendirian, sedangkan sang suami pergi ke luar kota dengan wanita yang Qeera benci. Kesendirian di rumah besar ini yang membuat Qeera kesepian dan tertekan."Kenapa aku yang dijadikan istri jika kamu menghabiskan waktu dengannya setiap saat," rintihnya terduduk di tempat tidur. Tangannya meremas seprai putih erat-erat. Marah, kesal, dan juga kecewa dengan sikap Axzel. Ini yang selalu Qeera rasakan jika Axzel meninggalkannya untuk alasan pekerjaan.Qeera dan Axzel menikah atas perjodohan orang tua mereka. Ayah Qeera memanggilnya pulang setelah sekian lama tak pernah peduli akan keberadaannya. Pada saat Qeera sampai di rumah, ia dikejutkan berita pernikahannya dengan seorang pria bernama Axzel Candra Mahardika. Pria yang tak pernah Qeera kenal.Pertemuan pertama mereka terjadi tepat di hari pernikahan. Axzel adalah sosok pria tampan, berhidung mancung, mata tajam, dengan rahang kokoh menunjang ketampanannya. Apalagi dengan postur tubuhnya yang tinggi, jauh dengan Qeera yang hanya sebatas bahu pria itu. Sayangnya, Axzel sangat minim ekspresi dan tatapannya dingin sehingga membuatnya mudah merasa terintimidasi. Kejam. Persis dengan Ibu dan adik tirinya. Ada perjanjian yang tak Qeera ketahui antara ayahnya dengan kakek dan nenek Axzel. Pada intinya, hari itu Qeera tak bisa menolak perjodohan tersebut. “Turuti Ayah kali ini, setidaknya itu bentuk balas budimu karena sudah membesarkanmu!”“Benar perkataan ayahmu, Qeera. Kami mengeluarkan uang untuk hidupmu dan sekolahmu,” sambung ibu tirinya kala itu.Tangannya mengusap perutnya pelan. Jika bukan karena hal ini, Qeera sudah lama pergi dari Axzel. Jika dirinya berkeras pergi dari Axzel, maka akan ada anak yang menjadi korban. Cukup Qeera saja yang merasakan kejamnya ibu tiri dan ketidakpedulian ayahnya. Jangan sampai anaknya merasakan apa yang dirinya rasakan.Qeera tak ingin anaknya mengalami hal itu. Sejak kecil Qeera diabaikan ayahnya karena sang ayah tidak pernah ikhlas atas pernikahan dia dengan Ibu yang dilakukan atas dasar perjodohan. Sedangkan adik tirinya Berlian, mendapatkan cinta dan kasih sayang yang berlebih dari ayah dan ibu tirinya. Puncak kemarahan Qeera pada ayahnya adalah saat ayahnya menjodohkannya dengan Axzel atas paksaan ibu tirinya yang kembali dengan sengaja memfitnah Qeera.Hal lain yang menjadi pertimbangan dirinya bertahan adalah karena ia tak tahu harus ke mana lagi jika memang harus pergi. Ia juga tak bekerja karena begitu menikah Axzel serta kakek nenek pria itu melarangnya bekerja. Alasannya sepele, istri dan cucu dari seorang Mahardika tak boleh bekerja.Qeera selalu menduga Axzel memiliki hubungan lain dengan Bella karena saat bersama wanita itu dia tersenyum dan tertawa, sedangkan saat bersamanya Axzel tak pernah menunjukkan ekspresi apapun. Selain itu, Axzel juga seorang workaholic. Entah benar memang begitu atau karena Bella, sampai sekarang Qeera hanya menebak-nebak.
Jika bersama dirinya yang sebagai istrinya, Axzel selalu dingin dan serius, tetapi dari kiriman foto yang Qeera terima dari Bella terlihat Axzel sedang tersenyum atau tertawa bersamanya. Mereka terlihat menghabiskan banyak waktu bersama bukan untuk bekerja. Ada foto saat Bella memijat bahu Axzel dengan mata terpejam seolah menikmatinya, padahal Qeera tak pernah memijatnya. Ada juga saat Axzel tiduran di paha Bella dengan tangan Bella membelai rambut suaminya. Namun, setiap Qeera menanyakan kecurigaannya, Axzel akan langsung marah kepadanya.Sudah sepantasnya jika Qeera mencurigai hubungan mereka. Tidak salah kah?“Demi kamu, Nak. Mama bertahan, kuat di dalam biar Mama juga kuat menghadapi papamu,” bisiknya terus menguatkan diri dan calon anaknya. Kesendirian membuat Qeera mudah putus asa. Hanya berbicara dengan calon anaknya membuat Qeera kembali bersemangat.Kembali bunyi notifikasi masuk. Di sana foto suaminya dan Bella tidur dengan kepala saling menempel di kursi pesawat. Melihat pakaian Axzel yang sama dengan saat keberangkatan suaminya, hati Qeera bergemuruh. Apa maksud Bella dengan selalu mengirimi gambar tersebut?[Bagaimana rasanya mengetahui suamimu lebih senang pergi berdua bersamaku daripada denganmu?]Dengan jari bergetar karena marah, Qeera membalas. [Apa maumu, Jalang?]Tak lama notifikasi masuk dengan gambar Bella mencium pipi Axzel membuat dada Qeera kian bergemuruh apalagi dengan tulisan pesan di bawahnya. [Bagaimana rasanya Qeera yang hanya dijadikan istri pajangan?]"Maaf untuk semuanya." Qeera diam tak menjawab ataupun membalas pelukan Axzel. Lama mereka dalam posisi tersebut sampai pintu ada yang mengetuk membuat Axzel mengurai pelukannya."Tuan, maaf, kita ada jadwal meeting setengah jam lagi.""Hm." Axzel tak langsung pergi. Pria itu masih diam dan tetap mengamati wajahnya. "Kamu masih di sini? Pulang meeting Kakak jemput kamu."Tanpa bisa di tahan kepala Qeera mengangguk dan hal itu membuat Axzel tersenyum dan menepuk kepala Qeera pelan."Kakak pergi dulu, jam tujuh Kakak datang."***Brak!Bella melempar gelas penuh dengan anggur merah yang langsung menodai karpet. Bella marah mendengar laporan dari orang kepercayaannya, jika Axzel menemani istrinya belanja di sebuah pusat pembelanjaan bahan kain, bahkan dengan sengaja makan bersama di tempat umum.Bahkan beberapa hari lalu Axzel dengan sengaja datang ke acara pameran desainer muda dan pendatang baru untuk memamerkan karya mereka. Berita kedatangan Axzel mendukung acara tersebut demi mend
"Jangan membantah, Qeera."Dengan geraman kesal Qeera mengikuti langkah Axzel, apalagi suaminya itu sudah menarik tangannya, meski dengan lembut. "Itu---"Axzel tak peduli dengan protes Qeera. Sesungguhnya Qeera tak nyaman saat telah memutuskan menjauh dari suaminya. Apalagi sikap Axzel saat ini sangat berbeda dengan sikap pria itu selama ini.Mereka berkendera dalam diam, baik Axzel maupun Qeera tak ada yang bicara. Qeera memilih abai dan menatap kendaraan yang sama-sama melewati jalanan padat ibu kota. "Kakak tak suka kamu terlalu dekat pria itu."Qeera mendengus dan memutar matanya kesal. Apa Axzel ingin Qeera menjadi gila setelah kehilangan anaknya? Apa karena itu Axzel tiba-tiba berubah?"Abaikan saja, seperti aku mengabaikan kedekatan-MU dengan Bella."Axzel kalah. Jika Qeera mengungkit hubungannya dengan Bella, serta pengabaian keberatan-keberatan istrinya atas kedekatan mereka, Axzel tak berkutik."Jadi kamu sudah yakin dengan membuat brand sendiri?" tanya Axzel mencari aman
Sepanjang jalan tak ada yang berbicara. Axzel sepertinya sedang dalam kondisi marah. Qeera tak peduli Axzel marah kepadanya. Baginya sejak pagi itu saat Qeera menemukan Bella di kamar mereka, Axzel bukan siapa-siapanya lagi."Turunkan aku di halte bis, terima kasih."Axzel menatapnya tajam, hatinya bergemuruh marah dan juga kecewa atas permintaan Qeera. Namun, ia sadar jika sikap Qeera seperti ini akibat perlakuannya kepada istrinya selama ini."Kamu mau kemana?" Qeera tak menjawab dan hanya mengamati jalanan yang mereka lalui. "Qeera?!"Dengan terpaksa Qeera menyebutkan alamat tujuannya. Keduanya sama-sama diam selama di perjalanan. Axzel kecewa dengan sikap Qeera yang begitu dingin kepadanya, padahal Axzel mencoba mengubah sikap dan perlakuannya demi gadis itu. Apa sudah tak ada harapan hubungan mereka membaik."Qeera, maafkan sikap dan perkataan nenek tadi." Qeera tetap diam. "Bukan Kakak yang mengizinkan Bella datang ke rumah tetapi kakek nenekku. Bisakah kamu mengerti aku tak bi
Cukup lama Axzel duduk bersandar pada pintu. Berapa kali teriakannya memanggil Qeera tak membuat istrinya mau membukakan pintu. Ia mengetuk sekali setelah menyerah memaksa Qeera karena tahu saat ini sedang marah.“Tidurlah, besok kita bicara. Maaf jika selama menjadi suamimu telah banyak menyakitimu.”Axzel melangkah menuju kamarnya meninggalkan kamar yang belakangan di tempati istrinya. Sampai kamar tatapannya memindai isi kamar, melihat tatapan jijik Qeera membuat Axzel tak yakin istrinya akan kembali ke kamar ini. Tangannya meremas rambutnya melampiaskan kemarahannya karena perlakuan bodohnya selama ini kepada sang istri.“Bangsat!”Prang.Ia menendang tempat sampah melampiakan kemarahannya hingga membentur dinding dan membuat keributan di sana. Axzel sungguh-sungguh menyesali diri, ia mengingat semua perlakuan buruk serta sikap dinginnya kepada sang istri. Pantas saja hubungan mereka tak bisa dekat, karena selama ini dirinya sendiri yang membatasi Qeera untuk bisa dekat dengannya
“Saya suami Qeera ….. Tak pantas seorang istri berpelukan dengan pria lain di depan suaminya!”“Hah istri?” Juan menatap Qeera terkejut.Qeera hanya diam menikmati wajah marah Axzel.“Qeera!” bentak Axzel dengan cengkeraman pada lengannya membuatnya meringis.Qeera mengangguk meski menggeram kesal mendengar pengakuan Axzel. Juan berdiri di tempatnya masih tak percaya mendengar pengakuan dari Axzel.“Astaga Tuan Axzel, kami tak menyangka akan dihadiri Anda?”Qeera menoleh dan berbalik. Juan juga melakukan hal yang sama. Napas keduanya tersentak melihat siapa yang menyapa Axzel.Dia adalah pemilik dan membuat acara ini berlangsung. Suaminya mengenal ternyata Nyonya Briela. Hal yang mengejutkan Axzel mendekati wanita yang sangat di segani di kalangan desainer muda seperti dirinya. Juan mencolek dengan sikunya.“Itu benar suamimu?” tanya Juan masih tak percaya. Qeera mendengus. “Dan mereka saling mengenal.“Nyonya Briela senang bertemu Anda di sini.”Nyonya Briela tersipu malu. Qeera samp
"Axzel!" bentak kakeknya.Namun, Axzel sudah pada keputusanya tak akan menceraikan Qeera. Benar kata Sinan, jika saja dirinya lebih peduli dan lebih peka kepada istrinya, tak akan mungkin Qeera akan melawan."Apa kalian tahu, saat Qeera keguguran?” Axzel menatap kakek neneknya bergantian. Orang yang memaksakan pernikahan kepada mereka sekarang bahkan menginginkannya menceraikan gadis pilihannya. “Pagi hari sebelum aku berangkat, Qeera memintaku menemaninya ke Dokter karena perutnya sakit dan perasaannya tak enak. Tetapi, karena aku sudah ada janji meeting, aku lebih mementingkan meeting daripada istri dan anakku sendiri.”Axzel menatap kakek, nenek, dan Bella bergantian sambil menggeleng miris menyesali diri. Mereka tak mengerti perasaan kehilangan yang Axzel rasakan. Sejak kecil sudah kehilangan orang tua, beberapa bulan lalu anaknya, haruskah dirinya kembali meresakan kehilangan istri?“Sakit sekali saat mendengar anak kami tak terselamatkan. Demi melampiaskan kekecewaanku, aku mala
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments