Share

Wanita Licik

Setelah dua hari selama di Semarang, Axzel sama sekali tak memberi kabar. Qeera kembali mendapat kiriman foto dan video berisi kebersamaan sang suami dan Bella yang pergi ke klub malam.

Qeera membanting ponselnya untuk kesekian kali. Bahkan, Axzel tak pernah mengangkat telponnya saat dihubungi, seolah dia sengaja menghindarinya. Apa karena pertengkaran mereka sebelum berangkat? 

"Kalian tega!" 

Qeera mencoba mencari kesibukan supaya pikirannya tak selalu tertuju pada Axzel dan Bella, apalagi wanita itu terus memberikan video saat mereka tengah dinner berdua, lalu pergi ke klub malam di sana. 

“Kamu tak akan menang, Jalang!” maki Qeera marah.

Dari setiap Bella sengaja mengirim kebersamaan mereka, terlihat wanita itu sengaja memprovokasi. Entah tujuannya apa, yang pasti untuk memisahkan Axzel darinya.

Rasanya lelah menjadi istri Axzel apalagi jika sang suami selalu membela sepupunya. Axzel tak tahu jika Bella terus mengirim gambar yang membuat Qeera semakin mencurigai hubungan mereka. Apalagi di tengah kondisinya yang tengah mengandung dengan perasaan yang lebih sensitif. 

*****

“Zel, kamu sejak tadi minum-minum aja. Ayo dong, turun,” ajak Bella.

Axzel menggeleng, dia ke sini juga karena diajak rekan bisnisnya bukan untuk menikmati klub malam. Sejak dulu dia tak senang pergi ke tempat seperti ini.

“Ajak Tuan Andromeda saja, Bel.”

Meski bersungut, Bella mengajak Andromeda turun ke arena dansa. Ia mengamati bagaimana Bella tampak luwes berdansa dengan Andromeda seperti telah terbiasa pergi ke tempat seperti ini. Di luar pekerjaan, Axzel tak banyak mencampuri hidup Bella.

Dirinya tersenyum miris memikirkan kecemburuan Qeera kepada Bella. 

Shit! Sudah jauh dan sengaja tak menghubungi Qeera saja kepalaku penuh dengannya. Brengsek!” makinya sambil memukul kepalanya. 

Entah kenapa Qeera selalu tak mempercayainya. Tepukan pada bahunya membuat Axzel menoleh.

“Tidak ikut turun? Wanita tadi sangat seksi, Zel.”

“Dia sepupuku. Lagi pula, aku sudah punya istri di rumah. Dia sedang mengandung, aku jadi tak bisa membawanya,” balasnya bangga.

“Selamat, Bro.” Betrand menepuk bahunya. Dia teman Axzel saat masih kuliah dulu yang kebetulan juga pemilik klub ini. Jika Axzel tetap di Jakarta karena kakek neneknya di sana, Betrand kembali ke Semarang. Dia mendirikan hotel dan klub ini salah satu miliknya.

Axzel diam mengamati orang menikmati musik, ia masih berusaha mengerti kenapa Qeera tidak bisa mempercayainya. Axzel bukan pria yang gemar bersama wanita, apalagi pandai merayu mereka. Hubungan Axzel di bidang percintaan hanya sebatas cinta satu malam bersama para wanita panggilan. Singkat, padat, dan sama-sama puas. Tanpa ada ikatan, tanpa melibatkan emosi dalam hubungan.

Shit!” 

“Kenapa?” Axzel menggelang tidak menjawab pertanyaan Betrand. “Aku pergi ada urusan. Hei, gratiskan minuman untuk dia!” seru Betrand pada bartender. 

Axzel kembali sendiri dan memikirkan kesulitannya memahami wanita terutama sang istri. Jelas ia tak ingin bernasib seperti kedua orang tuanya. Ia ingin menikah hanya sekali, makanya ketika kakek neneknya meminta Axzel menikah, ia setuju karena ingin menyenangkan mereka yang telah merawatnya sejak kecil. 

Memiliki istrinya yang cantik dan lembut membuat Axzel seolah mendapatkan bonus saja. Namun, untuk lebih dekat dan terbuka kepada Qeera, dirinya masih kesulitan. Hanya Bella wanita yang bisa dekat dengan Axzel sejak dulu.

Tuduhan dan tuntutan Qeera membuat hubungan mereka kian menjauh dan semakin berjarak. Axzel berharap Qeera mengerti dan memahami dirinya, ternyata istrinya tak mau melakukan itu.

"Kita pulang Zel sudah malam," ajak Bella yang kembali ke sisinya setelah berdansa bersama Andromeda dan pria pengunjung klub.

"Kamu saja, aku masih mau di sini." Axzel kembali mengambil gelas dan mengabaikan Bella.

"Kalau begitu kita menikmati musik saja. Ayo, kita belum pernah berdansa bersama.” Bella terus menarik Axzel dari kursi duduknya. “Sejak tadi aku perhatikan kamu hanya diam dan terlihat tak menikmati tempat ini."

Axzel tetap saja menolak, tetapi tarikan kuat Bella membuat Axzel mengikutinya. Bella memeluk Axzel dan berdansa dengan saling berpelukan. Axzel yang sudah terbiasa dengan sikap Bella yang seperti ini sejak dulu hanya diam dan tak menganggap ada yang berbeda. 

Pria itu tak sadar, jika semua yang dia lakukan bersama Bella sampai langsung ke istrinya sehingga dia memiliki pemahaman lain dengan hubungan Axzel dan Bella. Kelicikan Bella tak bisa Axzel sadari karea tertutupi sikap riang Bella. 

Qeera yang tengah hamil muda hanya menangis semalaman setelah mendapat notifikasi baru. Menghubungi Axzel merupakan hal yang sia-sia karena sang suami tetap tak mau menerima telepon darinya. 

"Mama harus bagaimana, Nak," rintihnya mengusap perutnya. 

Sesungguhnya Qeera semakin tak kuat, jika menerima video yang semakin memperlihatkan kedekatan hubungan suami dan Bella. Apa karena pernikahan mereka akibat perjodohan, makanya Axzel tak pernah mau mengerti ketakutan serta perasaan Qeera yang terluka?

Jika tahu akan begini akhirnya hidup bersama Axzel, Qeera akan menunda kehamilannya. Jika tanpa adanya anak, akan memudahkan Qeera mengambil keputusan seperti meninggalkan Axzel.

"Mama bertahan demi kamu, kita harus kuat bersama."

Qeera hanya bisa mengalihkan perhatiannya ke sang anak yang masih ada dalam kandungannya.

***

Hari ini adalah hari kepulangan Axzel. Jika biasanya Qeera akan menyambut dengan bahagia, sekarang ia tampak tak peduli. Menurutnya tak ada gunanya menyambut Axzel, suaminya saja tak peduli dengannya. Bahkan suaminya malah bersenang-senang di sana, meninggalkan Qeera kesepian sendirian di rumah besar ini. 

Hanya pada buku hariannya Qeera mencurahkan segala kesakitannya. 

Axzel yang merasa diabaikan Qeera ikut diam, tak ada permintaan maaf padahal pria itu sadar selama pergi tak pernah mau menerima panggilan istrinya atau menghubungi balik sang istri.

"Tak perlu berpura-pura seolah saya belum pulang.”

Qeera tak menyahut  tetap dengan kesibukannya melukis. Merasa terabaikan, Axzel justru menggebrak meja tempat istrinya meletakkan kuas serta peralatan lukisnya. 

“Kenapa? Marah sama saya yang tak menghubungimu? Di sana saya sibuk bekerja, jadi tak sempat telepon."

"Hm, aku tau kamu di sana sibuk. Hanya tak yakin, sibuk karena pekerjaan," balasnya acuh matanya menatap ikan-ikan yang tengah ia lukis.

Prang. 

Kaleng minuman kemasan yang sedang Axzel minum dia lemparkan membuat suara menjadi ramai. Meja berisi cat lukis dan yang lain ikut berserakan akibat pukulan Axzel. Dia marah karena kembali dituduh tidak benar oleh sang istri.

"Terus saja menuduh suami seperti itu. Harusnya kamu sadar, kebiasaanmu itu membuat saya muak!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status