Share

Bagian 3

Author: SILAN
last update Last Updated: 2024-09-21 15:19:50

Pagi hari Liora bangun karena Kevin mual tidak karuan di dalam kamar mandi, momen seperti ini seolah kebalikan dari kehamilan Liora yang pertama, Liora mendekati Kevin, mengusap punggung suaminya agar perasaannya lebih baik.

Sarapan pagi sudah dihidangkan, sebelum sarapan Kevin minum obat dan itu berhasil meredakan mualnya sehingga ia bisa sarapan dengan tenang tanpa takut mual lagi, Kevin makan dengan lahap sementara Liora sibuk mengupas kulit kentang rebus karena itu makanan yang bisa masuk ke perutnya beberapa hari ini.

"Karin sama Altar lagi dimana sekarang, beberapa hari ini mereka gak pernah kelihatan datang ke rumah." ucap Liora.

"Karin sama Altar lagi di Bogor, mereka ada kegiatan di sana gak tau kapan pulang." jawab Kevin.

Setelah sarapan, Kevin lanjut makan buah.

"Kamu gak ke kantor hari ini?" tanya Liora.

Kevin menggeleng, "Aku pantau dari rumah sementara waktu, kalau di kantor bawaannya pusing terus, sekalian kalau aku di rumah kan bisa jagain kamu. Dokter bilang kandungan kamu gak begitu kuat, jadi aku harus waspada jangan sampai terjadi sesuatu buat calon anak kedua kita."

Vitamin dan segala kebutuhan Liora sudah Kevin siapkan, setelah tujuh belas tahun berlalu sekarang dia diberi kesempatan untuk memiliki anak kembali, Jadi baik Kevin maupun Liora harus sangat berhati-hati sampai bayi itu lahir sehat.

Penantian untuk memberikan adik Varka tidaklah mudah, meski harus melewati mual tidak karuan selama trimester pertama, Kevin harus bisa tahan meski tubuhnya kerap tidak bertenaga.

Selesai makan, rasanya masih belum puas Kevin rasakan.

"Mbak!" panggilnya pada asisten rumah tangga.

Tidak lama seorang wanita berlari mendekat, "Iya, Tuan."

"Mbak, tolong buatin sambel rujak dong, nanti kalau sudah bawa ke belakang ya. Aku tunggu, tapi jangan pedes buatinnya." pesen Kevin.

"Iya, Tuan."

Liora mengernyitkan kening, "Buat apaan, ini masih jam delapan pagi loh. Kamu juga baru makan banyak masa mau langsung makan mangga."

"Lidahku pait gak makan mangga."

"Loh, harusnya makan manis-manis, masa ini makan yang asam." sahut Liora.

"Namanya juga ngidam, sayang. Kamu selesain aja makan kamu ya, aku mau ke belakang petik mangga yang udah pas buat ngerujak." Kevin melangkah menuju halaman belakang.

Dua pohon mangga yang sudah Kevin tanam tumbuh subur dan berbuah banyak, kalau seperti ini kan enak gak perlu jauh-jauh keliling buat nyari mangga muda, Kevin memetik beberapa buah lalu membawa ke gazebo yang tak jauh dari pohon mangga itu.

"Mbak, sambel rujaknya udah jadi belum!" panggil Kevin.

"Bentar, Tuan! Ini saya bawain!" asisten rumah tangga Kevin sampai harus berlari lari untuk membawakan sambel rujaknya.

"Makasih mbak, mbak gak mau ikut makan rujak bareng saya?" tanya Kevin menawarkan.

Asisten rumah tangganya menggeleng, "Masih terlalu pagi buat ngerujak, Tuan. Nanti kalau saya pengen bakalan petik dan bikin sendiri kok."

"Oh ya udah, jangan sungkan mau petik mangga di sini, buahnya banyak banget soalnya musim sekarang." kata Kevin, asisten rumah tangganya pun pergi sementara Kevin sibuk mengupas kulit mangga dengan hati-hati.

Mencocolkan potongan mangga ke dalam sambelnya, sangking nikmatnya, Kevin sampai memejamkan mata. Ternyata seperti ini rasanya ketika kemauan dituruti, rasanya sangat nikmat.

Kevin anteng duduk sambil makan rujak mangga, Varka dari balkon kamarnya hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Gak sekalian sama buah nanasnya!" seru remaja itu.

Kevin melihat Varka, "Gak ada buah nanas, Ka. Adanya cuman mangga!" sahut Kevin.

Varka berbalik masuk ke dalam kamar, tak lama remaja itu muncul dari pintu belakang menghampiri Kevin, duduk di gazebo sambil mencoba mangga dan sambel rujaknya karena penasaran ketika melihat Kevin makan dengan lahap.

Satu gigitan, Varka langsung menyipitkan matanya merasa keasaman, "Ini mah papi metiknya yang terlalu muda, metik itu yang agak tua biar asamnya gak ada." Varka menghampiri pohon mangga dan memilih mana yang menurutnya sudah tua baru dia petik.

Tak perlu memanjat karena pohonnya pendek, dua buah Varka bawa, remaja itu mengupas mangga lalu menyantapnya tanpa harus mengernyit merasakan asamnya mangga muda.

"Nah ini enak gak asam kayak punya papi."

"Namanya juga lidahnya orang ngidam, Ka. Jelas beda lah rasanya, papi kalau normal juga gak suka yang kayak gini."

Varka menikmati rujakan mangga dengan Kevin, "Menurut papi kayak gitu enak?" tanyanya penasaran.

"Oh ya jelas, bahkan yang kamu bilang asam tadi gak terasa tuh di lidah papi."

"Oh emang dasar orang ngidam itu lidahnya mati rasa kali ya?" celetuknya, remaja itu berhasil mendapatkan jitakan dari Kevin.

"Aw, sakit loh."

Kevin menatap putranya, "Nanti kalau kamu udah nikah terus istri kamu hamil dan yang ngalamin morning sicknessnya adalah kamu, nah di situ baru tau rasa kamu."

Dengan tenang Varka makan mangga, lalu bersandar di salah satu tiang gazebo, "Aku aja masih tujuh belas tahun loh, kalau mikirin nikah terus punya anak itu mah masih lama, emang papi mau kalau Varka nikah muda, apa jangan-jangan papi ngebet banget ya pengen punya cucu?"

"Emang kamu udah punya pacar?" Kevin bertanya balik.

Varka menggeleng.

"Dih, jomblo aja udah pengen nikah." canda Kevin.

"Lah papi yang mancing kok, lagian yang bilang aku pengen nikah siapa. Bukannya doain anaknya biar punya pacar malah diledekin, gimana sih." gerutu Varka sampai membuat Kevin tertawa geli.

Kedua lelaki itu asik memakan mangga sampai Liora mendekat, "Astaga bapak sama anak jam segini udah sepaket makan mangga, Varka nanti kamu sakit perut belum makan nasi tapi udah makan rujak." protes Liora.

"Varka udah sarapan kok, Mam. Tadi makan roti, belum selera makan nasi soalnya."

"Kok bisa sih yang hamil maminya tapi yang ngidam anak sama bapaknya." ucap Liora terheran heran melihat putra dan suaminya makan mangga selahap itu.

Mereka menoleh melihat kedatangan Saga, "Selamat pagi tante cantik dan paman Kevin ku yang paling ganteng!" seru Saga sambil menenteng sesuatu.

Remaja itu mendekat sambil meletakkan barang bawaannya di gazebo dekat Varka duduk, "Ini oleh-oleh dari mama, katanya tante Liora suka sama nanas Bogor." ucap Saga.

Mendengar bawaan Saga, Kevin langsung menarik buah nanas yang remaja itu maksud, ternyata benar kalau di dalam tas yang Saga bawa berisi nanas.

"Saga, tante kamu gak boleh makan nanas, orang hamil itu bahaya loh makan nanas." ucap Kevin waspada.

"Loh, aku gak tau paman, emang mama belum tahu ya kalau tante Liora hamil?"

Kevin menggeleng karena memang kehamilan Liora baru diketahui belum lama ini, Karin dan Altar juga sibuk kerja sana sini dan tak sempat untuk Kevin beritahu.

"Astaga maaf, Tante. Aku gak tau kalau orang hamil itu dilarang makan nanas."

Liora mengusap kepala Saga, "Udah gak apa-apa, tante juga belum sempet makan kok. Oh ya, Saga udah sarapan belum?"

"Udah tante, tenang. Tadi Saga mampir beli bubur ayam di depan." jawabnya.

Saga menoleh melihat Kevin dan Varka sangat menikmati rujak yang mereka makan, mendadak air liur Saga banjir di dalam mulutnya setiap kali melihat suapan demi suapan yang Kevin dan Varka lakukan.

"Gak mau nyoba kamu?" Varka menawarkan, tapi Saga langsung menggeleng.

"Takut sakit perut, aku kan gak bisa makan pedes." jawabnya, saga sampai meringis melihat Kevin dan Varka makan mangga, melihat mereka yang makan namun Saga ikut merasakan keasaman mangga tersebut.

"Mama sama papa kamu dimana sekarang?" tanya Kevin.

Saga mencoba mengingat, "Tadi kalau gak salah mama itu mau pergi ke butik, kalau papa lagi jagain adek di rumah. Nanti papa mau ke sini kok, tapi lagi ngurusin adek yang lagi demam abis pulang dari Bogor."

Liora meraih pisau dan mangga yang Varka pegang, tidak baik makan rujak di pagi hari sebelum makan nasi lebih dulu karena itu menaikkan kadar asam dalam tubuh.

"Udah dulu, Ka. Nanti perut kamu sakit kalau makan banyak mangga, lanjut nanti lagi, itu buah mangga juga gak bakalan habis dalam sehari kok."

"Gak seru, Mam. Ini mumpung lagi enak-enaknya makan tau, saingan sama papi." sahut Varka.

Tiba-tiba Saga tertawa, "Ikut ngidam kamu, Ka." ledeknya.

"Kalau gak diem aku lempar mangga tau rasa kamu." ancam Varka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Imutku (Season #2)   TAMAT

    Proses prewedding sebisa mungkin selesai satu hari karena akan ada proses calon pengantin dilarang keluar rumah selama satu minggu sebelum hari pernikahan, dan sehari setelah prewedding, Varka bersama Rania menyelesaikan dokumen pernikahan secepat yang mampu mereka lakukan dalam waktu satu hari dan itu berhasil.Selesai dua hal itu di persiapkan, kini Varka dan Rania juga memilih dekorasi seperti apa yang akan mereka gunakan untuk pesta resepsi, dan beruntungnya WO yang bekerja sama adalah kenalan dekat keluarga, pemilihan juga tidak membutuhkan waktu lama, setidaknya hanya butuh waktu kurang dari dua jam.Mengenai pemilihan gedung, itu sudah diurus oleh para orang tua karena harus memesan beberapa bulan sebelumnya sementara Varka dan Rania saat itu masih di negara orang.Dan voila, dalam waktu lima hari yang bisa dimanfaatkan Varka dan Rania untuk pesta pernikahan sudah lengkap, selebihnya di urus oleh orang tua mereka diawal. Lalu hari ini, hari dimana Varka dan Rania dilarang bertem

  • Istri Imutku (Season #2)   Bagian 60

    Lima tahun berlalu.Tepat hari ini usia Rania berusia dua puluh enam tahun dan menjadi Dosen muda di negara Singapura di bidang Artificial Intelligence yang mulai ditekuni sejak lulus pendidikan S2 di Sydney. Pembawaan saat mengajarkan materi di kelas banyak dipuji oleh mahasiswa. dan semua ini sudah berlangsung sejak satu tahun terakhir.Rania melihat jam tangannya saat keluar dari kelas, beberapa mahasiswa menyapanya dengan ramah dan dibalas tak kalah ramah juga oleh Rania.Sekarang sudah pukul tiga sore dan tunangannya mengatakan akan mendarat di bandara Soetta pada pukul empat sore. Ini adalah pertemuan pertama sejak mereka berpisah lima tahun lalu.Rania merindukan Varka, lelaki itu juga pasti demikian. Ada perasaan gak sabar untuk bertemu calon suaminya karena kedatangan Varka ke Indonesia adalah untuk membahas pernikahan yang akan dilakukan dalam waktu dekat.Sayangnya Rania belum bisa bertemu dengan Varka hari ini di Indonesia karena posisinya masih di negara lain, ia baru men

  • Istri Imutku (Season #2)   Bagian 59

    Dari Bandung ke Jakarta setidaknya memakan waktu beberapa jam, dan Varka bersama Rania duduk sebelahan. Sebenarnya perjalanan mereka baru besok sore, sengaja berangkat sekarang karena ingin menghabiskan waktu berdua sebelum menjalani hubungan jarak jauh yang tidak sebentar."Kamu jangan lupa buat hubungin aku ya, setidaknya itu sekali setiap hari, tapi kalau kamu sibuk banget, hubungi aku seminggu sekali juga gak apa-apa." ucap Rania.Varka menoleh, meraih tangan Rania dan menggenggamnya, "Pasti, aku bakalan sempatkan kirim pesan atau menghubungi kamu. Saling jaga diri baik-baik ya sampai kita dipertemukan kembali suatu hari nanti."Rania mengangguk, ia menyandarkan kepalanya ke lengan Varka menantikan kereta tiba di stasiun tujuan.Beberapa jam berlalu dengan cepat, mereka tiba saat jam makan siang. Sebelum melanjutkan perjalanan ke penginapan, keduanya memilih makan lebih dulu dan Varka memperhatikan setiap kali makan bakso, Rania selalu menyisihkan daun bawang ke pinggirnya."Gak s

  • Istri Imutku (Season #2)   Bagian 58  

    Hari yang ditunggu akhirnya tiba di mana pertunangan Varka dan Rania dilakukan hari ini. Dihadiri oleh beberapa kerabat dekat untuk memeriahkan acara tersebut dengan baik. Pesta keluarga itu berlangsung dengan bahagia, terlebih ketika Rania memamerkan cincin pertunangannya yang tampak cantik di jari manisnya.Cincin tersebut sebagai lambang kalau ia telah memiliki calon pasangan hidup, saling memegang teguh komitmen hingga pernikahan itu tiba."Kalian cocok banget," puji Airin yang berdiri bersama Liora melihat anak-anak mereka dengan bangga."Jadi harapan kita buat satuin mereka gak cuman omong kosong belaka, kan." sahut Gim.Kedua wanita di depannya menoleh, Airin dan Liora terkekeh, mereka ingat kalau orang yang paling bersemangat untuk menjodohkan Rania dan Varka adalah Gim, sekarang terlihat wajah puas melihat anaknya dan Varka sudah membuat perjanjian awal pernikahan.Kevin mendadak datang merangkul Gim dengan akrab, "Semoga dilancarkan sampai hari pernikahan ya, calon besan." k

  • Istri Imutku (Season #2)   Bagian 57

    Dua hari setelahnya, kini keluarga Varka dan Rania berkumpul bersama sambil menikmati makan malam sekaligus membahas mengenai acara pertunangan yang akan dilakukan dalam waktu dekat, di kedua keluarga sudah sepakat jika pesta dilakukan sederhana karena Varka dan Rania akan melanjutkan pendidikan kembali."Jadi kesimpulannya, baik Varka maupun Rania udah sepakat untuk pertunangan dilakukan dalam waktu dekat kan?" tanya Gim.Rania dan Varka mengangguk."Baguslah, kalau begitu ini berlangsung dengan lancar. Besok kita mulai penyusunan acaranya, pesta dilakukan dalam tiga hari lagi karena jadwal cuti kalian yang sangat sedikit." tambah Kevin.Rania menoleh sekilas ke arah Varka sebelum ke ayahnya, "Sebaiknya acaranya gak perlu mewah, ini cuman pertunangan.""Aku juga setuju, nanti aja pas acara nikahan baru dibuat mewah gak apa-apa." tambah Varka.Kevin dan Gim tertawa pelan, "Ternyata anakmu gak sabar juga buat segera bikin acara nikahan." canda Gim.Rania sendiri tersenyum malu-malu mes

  • Istri Imutku (Season #2)   Bagian 56

    Keesokan harinya, Varka turun ke ruang meja makan dimana orang tua dan adiknya ada di sana. Dengan santai Varka menarik kursi di sebelah Zaline, bahkan Varka mengusap sekilas rambut adiknya."Ka, kita bahas yang semalam. Kamu beneran serius mengenai pertunangan kamu sama Rania?" tanya Kevin.Varka menoleh, "Iya.""Gak coba kamu pikirkan lagi?" tanya Liora.Varka menggeleng, "Gak, Mam. Aku udah bilang setuju sama Rania, masa aku tarik lagi ucapan itu. Memang kalian mau bahas lebih lanjut lagi mengenai kapan acaranya ke keluarga Rania?""Kalau kalian berdua udah setuju, pertunangan secepatnya dilakukan, baik itu kamu sama Rania bakalan balik untuk melanjutkan pendidikan, waktu kalian terbatas." ucap Kevin."Terserah papi aja deh." Varka meraih roti bakar dan mengolesnya dengan selai coklat.Selesai sarapan, Varka menghampiri motor hitamnya, membersihkan dari debu yang sekiranya menempel. Bagaimanapun motor ini yang menemani masa remajanya, jadi tidak akan Varka jual."Bro!"Varka menol

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status