Share

Bab 5. Tidak Sudi Dilayani

“Admiral, aku sudah memeriksa daftar itu dan semuanya asli. Sekarang, aku meminta putriku kembali!” ujar Yousef tanpa memulai sedikit basa basi dengan Shawn kala menghubunginya.

Shawn mendengus sambil menyandarkan punggung dan kepalanya ke sandaran kursi penumpang sambil menyengir sinis.

“Kamu pikir aku bodoh, Kanishka? Apa kamu pikir aku akan jatuh pada perangkapmu?” jawab Shawn dengan nada rendah dan dalam. Suara husky dan sedikit serak milik Shawn seakan membungkam Yousef yang sedikit terdiam.

“Kenapa diam? Jika daftar di tanganku ini palsu, aku akan membunuhmudengan tanganku sendiri!” geram Shawn dengan suara makin rendah.

“Hahahaha!” Yousef tertawa mengejek Shawn dan itu membuat Shawn jadi makin menggeram kesal.

“Admiral, aku salut dengan kepintaran ajudanmu mencari tahu soal aku. Katakan padaku, jika Mahkamah Militer mengetahui apa yang kamu lakukan selama ini, apa mereka akan melepaskanmu?” Yousef balik bertanya dengan nada mengejek. Shawn makin menggeram karena kartu truf-nya hilang untuk mengancam Yousef.

“Aku adalah Yousef Kanishka dan jika aku tak bisa mendapatkan daftar itu darimu maka aku bisa mendapatkannya dari orang lain. Kenapa kamu berpikir jika aku tidak bis amencari alternatif lain?” Shawn masih diam dan sedikit berpikir. Matanya lalu menatap Blue dan memintanya untuk mendekat.

“Suruh Golden Dragon membuat Josh seakan dibunuh oleh Kanishka, kita berikan dia sedikit kejutan!” bisik Shawn pada Blue dan ia pun mengangguk. Blue lalu mundur perlahan dan berjalan ke salah satu sudut pesawat untuk menghubungi Jayden melalui Han Kazuya.

“Mungkin kamu memang satu langkah lebih pintar dariku Kanishka. Tapi ingatlah, putrimu masih di tanganku. Jika kamu tidak melakukan yang aku inginkan, aku tak kan melepaskannya!” balas Shawn kemudian. Yousef kembali terdiam dan terdengar hanya dengusan napas kesalnya.

“Aku akan mengambil putriku kembali. Jangan pernah berpikir untuk melihatnya apalagi menyentuhnya. Sedikit saja ujung rambutnya disentuh olehmu, aku akan membakar kedua tanganmu!” ancam Yousef pada Shawn dengan nada geram.

“Kita lihat apa aku akan dapat daftarnya atau tidak. Kamu sudah menipuku, aku tak kan melepaskanmu!” Shawn langsung mematikan ponselnya dan matanya lalu menatap Blue. Blue hanya mengangguk dan kembali lagi ke kursinya yang berhadapan dengan Shawn.

“Tuan Lin akan mengurus semuanya!” Shawn hanya bisa mengangguk dan masih berpikir keras. Shawn mulai terpikir dengan wanita yang sudah ia nikahi dua minggu lalu. Rasa penasaran mulai masuk ke dalam hatinya.

“Mengapa Kanishka melarangku untuk melihat putrinya, Blue?” tanya Shawn tiba-tiba. Blue tertegun dan hanya mengatupkan bibirnya. Ia tak tahu harus menjawab apa.

“Kamu yakin pernah bertemu dengan wanita itu?” sambung Shawn lagi. Blue baru mengangguk dua kali setelah beberapa detik.

“Apa ada yang aneh padanya?” Blue menggeleng.

“Lalu kenapa dia melarangku?” Blue sedikit memalingkan wajah dan tersenyum tipis.

“Aku tidak tahu, Admiral. Mungkin dia hanya ingin melindungi putrinya,” jawab Blue sekedarnya. Shawn menggesekkan beberapa jemarinya sebelum kemudian menopang dagu dengan jemarinya itu. Shawn tak lagi bertanya dan membuang pandangannya ke arah lain. Sedangkan Blue hanya duduk diam menunggu sekitar dua jam perjalanan dari New York kembali ke Boston.

Berbekal rasa penasarannya yang agak sedikit surut, Shawn akhirnya memutuskan untuk pulang ke mansionnya. Praktis sudah dua minggu dia tak pulang.

“Tak usah mengantarku sampai ke dalam. Sampai besok, Blue,” ujar Shawn dari pintu mobilnya. Blue hanya mengangguk saja dan masuk kembali ke dalam mobil sementara Shawn sudah naik tangga dan beberapa prajurit memberikan hormat padanya. Rumahnya masih dijaga ketat agar Kanishka tak bisa masuk sama sekali.

Kiran belum tidur sama sekali. Ia masih harus mengerjakan analisa kasus Shawn Miller sebelum pemanggilan pengadilan militer dilakukan. Dengan pakaian tidur dan sebuah jubah, ia berjalan ke arah dapur hendak membuat susu hangat.

Tak butuh waktu lama untuk kemudian menuangkan susu hangat itu ke sebuah gelas yang sudah diletakkannya di atas meja konter dapur. Setelah menuang dan memindahkan wadah pemanasnya, Kiran berbalik kembali ke meja di belakangnya hendak meminum susunya.

Akan tetapi, mata Kiran membesar dan langsung duduk berjongkok bersembunyi di balik meja konter. Shawn dengan santai berjalan masuk ke dapur ingin mengambil segelas air. Langkahnya lalu berhenti di depan konter dapur dan melihat segelas susu di sana.

Wajahnya lalu menoleh ke kanan dan kiri. Matanya menyapu ke seluruh ruangan dan tak melihat siapa pun sama sekali.

“Kenapa ada susu di sini?” gumam Shawn bertanya sedikit heran. Shawn orang yang bersih dan paling tidak suka jika ada gelas yang tergelatak begitu saja di meja dan tak dibereskan.

Sedangkan Kiran terus meringkuk di bawah meja konter dapur itu bersembunyi dari Shawn. Shawn lalu mengambil susu tersebut dan makin mengernyitkan keningnya.

“Susunya masih hangat, siapa yang membuat susu? Jangan-jangan ini untukku,” gumamnya lagi lalu malah meminum susu tersebut.

“Hhhmm.” Shawn menjilati bibirnya dan melanjutkan meminum susu sampai habis. Setelah selesai, ia meletakkan gelas susu itu di atas meja dan berbalik berjalan ke arah kamarnya. Shawn naik ke lantai dua dan masuk ke kamar tanpa tahu bahwa susu yang ia minum sebenarnya milik Kiran.

Setelah Shawn pergi, Kiran mengintip dari balik dinding meja dan memastikan tak ada siapa pun. Setelah yakin, ia berdiri dan mengambil gelas susu yang sudah kosong tersebut.

“Dia meminum susuku!” gumam Kiran pelan sambil melihat pada gelas susu itu lalu matanya menatap tangga arah ke kamar Shawn.

Keesokan harinya, Blue tidak bisa lagi menahan diri tidak memberitahukan Shawn soal pemanggilan dari Jaksa dalam beberapa hari ke depan.

“Admiral, kita harus memberikan keterangan pada Jaksa. Kalau tidak mereka akan memanggilmu ke pengadilan militer!” ujar Blue mencoba membuat Shawn Miller kembali ke Boston akibat urusan tuntutan hukum pada Shawn.

Shawn mencebik kesal dan menoleh pada Blue. Daftar itu harusnya lebih penting daripada memberikan keterangan pada jaksa penuntut umum. Apalagi setelah ia mendapat konfirmasi jika daftar yang ia dapatkan sekarang juga palsu.

“Aku lebih butuh daftar itu, Blue. Aku tak perduli jika mereka memanggilku ke pengadilan sekalipun!” sahut Shawn mulai kesal. Blue mengernyitkan keningnya.  Ia tahu pentingnya daftar rahasia itu tapi reputasi Shawn juga penting. Ia baru saja diangkat menjadi Laksamana Utama dan karena prestasinya membawa pulang kembali rudal Tomahawk yang hilang tapi hal-hal kecil seperti tuntutan hukum bisa membuat namanya jadi jelek.

“Kita tetap harus memberikan keterangannya, Admiral!” Shawn mendengus dan berbalik sambil berkacak pinggang pada Blue.

“Lalu aku harus bagaimana!”

“Begini saja, kita buat saja surat pernyataan dan keterangan kesaksianmu. Tapi kamu harus menandatanganinya!” Shawn akhirnya mengangguk dan membuang wajahnya. Ia tak punya pilihan atau Blue akan terus mengganggunya dengan permintaan yang sama.

Bahkan pagi sebelum hari pemanggilan itu, Shawn terus diganggu oleh Blue. Surat dari pengadilan malah mampir ke meja Shawn Miller pasca Blue mengirimkan keterangan pada Jaksa Penuntut Umum. Masih berseragam dan akan pergi ke sebuah perayaan militer, ia melemparkan surat panggilan itu dengan kesal ke mejanya.

“Sekarang mereka tidak mau menerima kesaksian tertulis. Maafkan aku, Admiral!” ujar Blue dan Shawn hanya melipat kedua jemarinya dan wajahnya tertekuk.

“Siapa nama Jaksanya?” tanya Shawn ketus. Blue mengambil kertas yang dilemparkan Shawn lalu membacanya.

“Mereka tidak mencantumkan namanya. Aku rasa demi netralitas!” Shawn makin mendesis kesal. Daripada makin kesal, Shawn berencana sarapan pagi terlebih dahulu. Blue tak ingin terlalu mengganggu mood Shawn yang sedang jelek jadi ia mengikutinya saja ke meja makan.

Shawn lalu berhenti tak jauh dari meja makan dan mengernyitkan keningnya. Ia berbalik pada Blue yang ikut berhenti di belakangnya lalu menoleh lagi pada meja itu. Bibi Shimla yang berada di dekat meja lantas tersenyum menyambutnya.

Shawn pun mendekat dan duduk di kursi paling ujung dengan sarapan lengkap, enak dan bergizi.

“Siapa yang membuat ini?” tanya Shawn kemudian. Shimla mendekat dan tersenyum menjelaskan.

“Semua ini adalah buatan Nyonya Kiran, Admiral!” Shawn makin mengernyitkan keningnya.

“Siapa dia?” Blue hampir saja menepuk jidatnya sendiri. Sudah lebih dari tiga minggu dan Shawn masih tak hapal nama istrinya sama sekali.

“Uhm... Nyonya Kiran Kanishka, Admiral,” tambah Bibi Shimla lagi dengan air muka yang aneh. Shawn hanya menarik napas dan malah menjauhkan dirinya lalu berdiri.

“Katakan pada putri Yousef Kanishka, aku tidak akan makan makanan buatannya. Jika dia mau dia bisa menghabiskannya sendiri, aku tidak mau mengambil risiko diracun olehnya!” jawab Shawn dengan nada rendah dan kata-kata menyakitkan.

Shawn lalu keluar dari meja makan dan berjalan meninggalkan Shimla yang terperangah. Bibi Shimla lalu menoleh pada salah satu sudut dapur tempat Kiran bersembunyi dan mendengar semua kalimat menyakitkan yang diucapkan Shawn untuknya. Kiran menundukkan kepalanya dan menahan bulir air matanya yang akan jatuh

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status