Home / Romansa / Istri Jelekku Ternyata Komandan Polisi / Bab 4. Pernikahan Tanpa Cinta

Share

Bab 4. Pernikahan Tanpa Cinta

Author: Andrea_Wu
last update Last Updated: 2025-11-06 15:26:32

Suara bising beberapa menit yang lalu kembali menjadi hening saat dentingan piano menggema memenuhi gereja katedral yang berada di kota Shane.

Semua orang berpakaian mahal berdiri dengan khidmat. Berpuluh mata memandang pada pintu masuk gereja—di sana berdiri seorang wanita dengan gaun putih pengantin membalut tubuhnya, ditemani seorang pria paruh baya yang ikut berdiri di sampingnya.

Langkah-langkah kecil mulai bergema dari enam pasang sepatu di belakang mereka berdua membawa buket bunga mawar dan beberapa bunga tulip yang merupakan bunga favorit mempelai wanita.

Saat alunan musik klasik mulai dilantukan, wanita bergaun putih beserta pria paruh baya—yang adalah ayahnya melangkah menyusuri altar dengan hiasan bermacam bunga di sampingnya, dengan karpet merah membentang di depannya hingga menuju singgahsana di mana calon mempelainya telah menunggu kedatangannya.

Raut wajah itu terpancar datar, tanpa senyum khas seorang pengantin, tak berbeda dengan calon mempelainya yang saat ini menatap tak suka ke arahnya dari atas altar. Suara bisikan mulai terdengar samar, dengan langkah anggun bak seorang puteri. Wanita itu terus melangkah mengabaikan tatapan penuh ejeka ndari orang-orang yang masih kerabat dekat pengantin pria karena wajahnya yang buruk rupa.

Tangan berbalut sarung tangan putih menjulur, disambut jemari kokoh berkulit putih namun tak seputih pria berjas putih tersebut, yang siap menggenggamnya. Kedua mempelai berdiri tegap menghadap sosok pendeta di depannya membacakan janji pernikahan.

Suasana mulai hening, menikmati saat kedua bibir berbeda bentuk mengucap janji di depan altar secara bergantian walau terkesan dingin .

Janji pernikahan telah terucap, saatnya acara sakral bagi pasangan pengantin baru. Pendeta berambut putih itu menutup alkitab miliknya, mata tuanya menyorot teduh ke arah mereka berdua.

"Silakan mencium pasanganmu." Akhirnya waktu yang paling menyenangkan bagi sepasang pengantin—namun ini adalah neraka bagi seorang Alaric Deveraux Smitt.

Alaric bergeming di tempatnya, enggan untuk sekedar mendekat ke arah pasangannya, yang adalah Axelia Aruna itu.

Wanita buruk rupa beraut datar tersebut berinisiatif mendekat, menempelkan bibir keduanya walaupun teramat singkat. Membuahkan sumpah serapah dari pasangannya walaupun hanya di dalam hati.

Semua orang bertepuk tangan usai pemberkatan, bahkan kedua ibu tampak menangis terharu, melihat putra putri mereka telah sah dalam ikatan suci pernikahan.

"Setelah ini, akan kucuci bibirku," desis Alaric, dan mendapat tatapan datar dari Aruna.

"Cuci saja, pakai deterjen sana, sekalian cuci di samudra Hindia." Aruna mencibir.

Alaric memalingkan wajah karena kesal. Ada saja kalimat sanggahan yang keluar dari bibir Aruna.

Wanita ini benar-benar sialan karena berani melawannya.

Aruna sendiri tak ingin menciptakan hidupnya seperti drama murahan yang menjual air mata karena menangis hanya akan membuatnya terlihat lemah.

"Kau pikir bisa menyingkirkanku begitu saja, jangan mimpi."

***

Ruang kamar pengantin dipenuhi wangi mawar. Kelopak merah bertebaran di atas ranjang besar, lilin-lilin kecil berpendar lembut di sekitar ruangan.

Alaric menatapnya dengan muak, ketika kakinya melangkah masuk ke dalam kamar hotel.

"Siapa yang menyiapkan semua ini? Aku muak dengan dekorasi norak seperti ini."

"Entahlah," jawab Aruna acuh. Ia menaruh kopernya di pojok ruangan. "Mungkin ibumu ingin malam pertamamu terasa romantis."

"Romantis?" Alaric menatapnya sinis. "Tidak ada yang romantis dari menikah denganmu."

Aruna terkekeh pendek, lalu duduk di sofa panjang di sudut kamar.

"Kalau begitu, kau bebas menganggap malam ini sebagai mimpi burukmu."

"Tentu saja," balas Alaric dingin. "Aku bahkan tidak ingin berbagi ranjang denganmu."

"Syukurlah," sahut Aruna cepat. "Aku juga tidak ingin kau menempeliku malam ini."

Alaric mendengus, melempar jasnya ke kursi, lalu merebahkan diri di ranjang, tepat di antara kelopak mawar yang tampak ironis.

"Terlalu percaya diri. Memang siapa yang au dekat-dekat denganmu. Kau hanya wanita jelek yang tidak pantas bersanding denganku, Aruna."

"Aku tahu," ucap Aruna ringan, tanpa menatapnya. "Kau tidur di ranjangmu, aku di sofa. Dunia aman, reputasimu selamat, dan aku bisa tidur tanpa harus mencium aroma parfum mahalmu yang membuatku mual."

Pria itu membuka mata, meliriknya dari sudut pandang dengan sengit.

"Berani sekali kau bicara seperti itu padaku!"

Aruna membuka matanya perlahan, menatapnya balik tanpa ekspresi.

"Karena aku bukan wanita yang bisa kau injak, Tuan Smitt."

"Kau!"

"Apa? Aku mau tidur, jangan mengangguku."

Keheningan kembali menyelimuti kamar itu.

Keduanya akhirnya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

Aruna sendiri melirik ke arah Alaric ketika memastikan pria itu berbaring membelakangi dirinya.

"Sepuluh tahun yang lalu, kau menghancurkan harga diriku. Maka hari ini aku menuntut tanggung jawabmu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Jelekku Ternyata Komandan Polisi   Bab 8. Penyiksaan Batin

    "Kau ini kenapa? Baru menikah tapi wajahmu kusut begitu?" Alaric mendongakkan kepala. Ia bahkan tidak mendengar suara ketukan pintu tadi. Tiba-tiba saja Dean Dimitri—sahabat sekaligus manajer perencanaan di perusahaannya—sudah berdiri di ambang pintu, lalu masuk tanpa menunggu jawaban. "Kau rupanya? Sejak kapan kau masuk?" Alaric buru-buru memperbaiki posisi duduknya dan berpura-pura sibuk dengan tumpukan berkas di atas meja agar tak terlihat seperti orang tengah frustasi. Dean mendecak sambil melangkah masuk. "Sejak dinosaurus masih berkeliaran, Mr. Smitt." "Jangan bercanda. Ada apa?" Alih-alih menjawab, Dean mengangkat bahu dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa cokelat mewah di sudut ruangan itu. "Harusnya aku yang bertanya. Baru beberapa hari menikah tapi kau terlihat seperti orang yang kehilangan separuh hidupmu saja. Bukankah seharusnya kau pergi bulan madu dengan istrimu, huh? Ayolah, Ric. Nikmati hidupmu, jangan berkencan dengan tumpukan berkas bodohmu itu." Alaric

  • Istri Jelekku Ternyata Komandan Polisi   Bab 7. Aruna Yang Sebenarnya

    Suasana pagi itu ramai menyelimuti kantor polisi pusat kota Shane. Aktivitas rutin yang memang rutin terjadi di tempat ini. Laporan kasus, dan berkas olah tkp bertebaran di tempat ini. Beberapa polisi yang sedang lalu-lalang spontan menegakkan badan mereka, menundukkan kepala hormat ketika seorang wanita berparas menawan melangkah masuk dengan seragam kebanggaan kepolisian negara itu. Dia adalah Inspektur Axelia Aruna Weird — kepala divisi kriminal di kepolisian pusat kota Shane. Enam tahun sudah ia mengabdi di institusi itu sejak menamatkan pendidikannya di akademi kepolisian. Hanya sedikit orang yang tahu, bahkan suaminya sendiri—Alaric Deveraux—tak pernah menyadari bahwa wanita yang dinikahinya adalah seorang kepala divisi di markas besar kepolisian. Dulu, saat pertama kali Aruna menapaki dunia kepolisian, banyak rekan-rekannya yang meremehkan. Mereka menganggapnya hanya wanita lemah yang tak akan tahan dengan kerasnya dunia hukum. Ejekan dan hinaan menjadi makanan sehari

  • Istri Jelekku Ternyata Komandan Polisi   Bab 6. Hinaan

    Aruna menata beberapa helai pakaian ke dalam lemari besar di kamar bernuansa putih itu. Ruangan tersebut tampak hangat dan elegan, dengan dinding berhias lukisan-lukisan pemandangan dan beberapa karya abstrak yang ia bawa dari rumah keluarganya. Senyum lembut sesekali tersungging di sudut bibirnya yang merah alami, terutama ketika pandangannya jatuh pada lukisan taman bunga magnolia—hasil tangannya sendiri—yang kini menghiasi dinding kamar pribadinya. Kamar itu bukan kamar utama, sebab Alaric memutuskan mereka tidur di ruangan terpisah. Mereka kini tinggal di sebuah apartemen mewah di pusat kota Shane—hadiah pernikahan dari Tuan Smitt. Letaknya tidak jauh dari kantor ADS Group, perusahaan besar milik keluarga Smitt yang kini dipimpin oleh Alaric Deveraux, putra sulung keluarga itu. Sejak ayahnya memilih untuk bekerja di balik layar, Alaric menjadi presiden direktur di usia muda, meski sifatnya jauh dari kata hangat. "Senang dengan kamar barumu, wanita aneh?" Belum apa-apa, tapi Al

  • Istri Jelekku Ternyata Komandan Polisi   Bab 5. Malam Pertama Yang Tak Diharapkan

    Suara kicau burung gereja membuat kedua mata sipit itu terbuka. Meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, dan terasa pegal menjalar di seluruh persendiannya. Pandangannya mengedar ke seluruh kamar besar yang terasa dingin. Dilihatnya sosok Alaric yang masih bergelung di dalam selimut tebal dengan mulut terbuka. Kakinya beranjak turun dari atas sofa menghampiri sosok yang kemarin resmi menjadi pasangan hidupnya."Tidurnya nyenyak sekali, huh! Pria berkarisma, tetapi tidurnya seperti itu," gumamnya seorang diri seraya melirik jam weker di atas nakas yang sudah menunjuk pukul 8 pagi. Tanpa mau repot membangunkan suaminya, sosok berkacamata itu telah menghilang di balik pintu kaca transparan, setelah dirinya menyambar bathtrobe yang disediakan oleh pihak hotel di dalam lemari.Lima belas menit, waktu yang teramat singkat—karena biasanya ia menghabiskan lebih dari 30 menit di dalam kamar mandi—tetapi karena dia tak sendirian dikamar ini, secepat mungkin ia menyelesaikan acara mandinya, t

  • Istri Jelekku Ternyata Komandan Polisi   Bab 4. Pernikahan Tanpa Cinta

    Suara bising beberapa menit yang lalu kembali menjadi hening saat dentingan piano menggema memenuhi gereja katedral yang berada di kota Shane. Semua orang berpakaian mahal berdiri dengan khidmat. Berpuluh mata memandang pada pintu masuk gereja—di sana berdiri seorang wanita dengan gaun putih pengantin membalut tubuhnya, ditemani seorang pria paruh baya yang ikut berdiri di sampingnya. Langkah-langkah kecil mulai bergema dari enam pasang sepatu di belakang mereka berdua membawa buket bunga mawar dan beberapa bunga tulip yang merupakan bunga favorit mempelai wanita. Saat alunan musik klasik mulai dilantukan, wanita bergaun putih beserta pria paruh baya—yang adalah ayahnya melangkah menyusuri altar dengan hiasan bermacam bunga di sampingnya, dengan karpet merah membentang di depannya hingga menuju singgahsana di mana calon mempelainya telah menunggu kedatangannya. Raut wajah itu terpancar datar, tanpa senyum khas seorang pengantin, tak berbeda dengan calon mempelainya yang saat

  • Istri Jelekku Ternyata Komandan Polisi   Bab 3. Pertemuan Pertama

    Hujan baru saja berhenti sore itu.Aroma tanah basah menyatu dengan dinginnya udara kota Shane, sementara langit yang kelabu perlahan memudar menjadi oranye pucat. Di pelataran rumah besar keluarga Smitt, beberapa pelayan berlalu-lalang menyiapkan meja dan hidangan. Tak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi sore ini, tapi suasana tegang terasa bahkan sejak di gerbang depan.Axelia Aruna turun dari mobil hitamnya dengan langkah perlahan.Gaun sederhana berwarna biru lembut membalut tubuhnya, rambut panjangnya diikat rapi ke belakang. Ia tampak sopan, namun tidak memperlihatkan kecantikan wajahnya yang justru dia tutupi dengan topeng penyamaran."Aku akan memperjuangkanmu, lihat saja pria itu harus bertanggung jawab," ujarnya.Seorang pelayan datang menyambut, menundukkan kepala dengan hormat. "Selamat datang, Nona Axelia. Tuan Besar sudah menunggu di ruang utama."Aruna tersenyum kecil. "Terima kasih," ucapnya lembut. Lalu ia berjalan mengikuti pelayan itu menyusuri lorong panjan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status