Share

Sambaran petir

Sumi sedang menggendong putranya saat ini. “Kakang, mau ke mana?” tanyanya heran. Sepulang dari pasar, Prapto langsung mandi, bahkan saat ini sedang mencukur kumis itu agar lebih tipis.

Prapto yang melihat Sumi dari pantulan cermin, tersenyum, “Tidak. Aku hanya gatal. Setelah makan siang nanti aku mau istirahat, kan tidak ada pekerjaan di ladang.” Prapto berbalik ke Sumi, “Biar dia bersamaku, siapkan saja makan siangnya.”

Sumi mengangguk. Dia ke dapur untuk melihat para pelayan. “Apa ada kelapa muda? Aku tidak mau putraku merengek karena tidak ada buah itu.” tanya Sumi. Memang putranya sangat menggemari air kelapa muda dan dia pun selalu memberikannya di siang hari jika terus rewel.

“Masih di kandang, Ndoro Sumi. Mungkin masih dikupas.” Jawab salah satu pelayan.

Sumi langsung ke kandang, sebentar lagi makan siang, dia tak ingin menunggu lama. Di kandang, dia hanya melihat satu pekerja, mungkin karena yang lain sedang merumput, “Kamu sakit?”

Pekerja pria itu menjingkat, “Ngapunten, Ndo
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status