Share

Terima kasih.

Bee menatap dengan senyum amplop yang diberikan Julio tadi. Rasanya seperti bermimpi jika sang suami memberinya kesempatan untuk melanjutkan kuliah.

"Tuan Suami, terima kasih."

Tubuh Bastian seketika menegang ketika wanita itu memeluk dirinya. Jujur saja dia terkejut dan seperti kehilangan kesadaran.

"Ck, jangan peluk-peluk." Bastian mendorong kening gadis itu menjauh. Bulan karena dia jijik tetapi tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

"Cih, dasar pelit," cibir Bee kesal.

Lalu gadis itu senyam-senyum tdiak jelas saat mengingat ternyata suaminya baik juga. Walau dingin dan kejam tetapi sesungguhnya lelaki ini tak sejahat yang dia pikirkan.

"Tuan Suami, sekali lagi terima kasih, ya. Kau sudah mengizinkan aku kuliah. Aku berjanji akan menjadi mahasiswa terbaik dan mendapatkan nilai tertinggi untuk menyenangkan hatimu," ucap Bee dengan senyuman sumringah dan bahagianya.

Bastian tak merespon dia masih menyibukkan dirinya dengan berkas di atas mejanya. Tanpa Bes sadari lelaki yang berstatus suaminya itu menyembunyikan senyum tipis sangat tipis sehingga Bee tak menyadari jika suaminya sedang tersenyum melihat tingkahnya.

'Dasar gadis bodoh, semudah itu membuat dia bahagia,' batin Bastian sambil menggelengkan kepalanya.

"Tuan Suami, karena aku sedang bahagia. Jadi aku ingin memberikan sesuatu untukmu," ucap Bee lagi.

Bastian melirik istrinya dengan kening mengerut heran.

"Sesuatu apa?" tanya lelaki itu.

"Kau ingin minta apa?" tanya gadis itu balik. Dia sebenarnya tidak tahu mau memberikan apa sebagai ucapan terima kasih pada suaminya. Intinya saat ini Bee bahagia karena bisa mengeyam bangku kuliah.

Bastian tersenyum smirk dengan tangan yang terlipat di dada.

"Layani aku di atas ranjang," pinta Bastian.

Mata Bee membulat sempurna. Pikirannya sudah berkelana di mana-mana. Tidak, tidak. Dalam surat perjanjian mereka tidak ada yang namanya saling melayani di atas ranjang.

"Maaf, Tuan. Permintaan itu tidak berlaku. Silahkan cari yang lain," jawab Bee dengan wajah merah merona.

"Heem, katanya mau berterima kasih sama suami?" sindir Bastian.

"Tetapi tidak harus melayanimu di atas ranjang. Jangan lupa, Tuan. Pernikahan kita hanya di atas kertas, kau juga sudah berjanji tidak akan menyentuhku selama surat perjanjian itu masih berlaku. Dan aku tidak mau menjadi janda kadung saat kita berpisah nanti."

Bagai terhampar oleh ucapan sang istri, Bastian songk terdiam. Dia benar-benar lupa dengan surat perjanjian tersebut, padahal dia sendiri yang membuat poin-poin penting itu.

Wajah Bastian langsung dingin dan dia kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Tuan Suami, apa kau marah padaku?" Bee mengintip wajah Bastian.

Namun, lelaki itu diam saja tanpa peduli dengan panggilan istrinya. Dia ingin memfokuskan diri pada pekerjaan tanpa memikirkan hal lain.

"Iya sudah, kalau begitu aku istirahat duluan, Tuan Suami. Sekalian mau persiapan ke kampus besok. Terima kasih, selamat malam."

Bee mengecup pipi lelaki itu secepat kilat lalu melenggang keluar dari ruang kerja Bastian sebelum suaminya itu mengamuk karena tingkah dirinya.

Julio yang kebetulan ada di sana memalingkan wajahnya ke sembarangan arah, dia salah tingkah melihat Bee yang mencium pipi Bastian.

Bastian terdiam sejenak. Jantung lelaki itu berdegup kencang. Sial, bibir gadis itu berhasil membuat gairahnya terasa membuncah di dalam dada.

"Julio, keluar!" usirnya.

"Baik, Tuan." Julio membungkuk hormat sebelum akhirnya keluar dari ruangan Bastian.

Setelah Julio keluar dari ruangannya, Bastian menyentuh pipinya. Lelaki itu tersenyum gemas membayangkan ciuman istrinya tadi. Sederhana, tetapi berhasil membuat dirinya salah tingkah.

Sejenak lelaki itu terdiam sambil menatap kosong kearah langit-langit ruangannya. Jujur saja dia bosan dengan kehidupannya yang datar, sunyi dan senyap.

Lelaki itu mengenang masa lalunya. Masa kelam di mana dirinya serasa di hempaskan oleh kenyataan yang membuat dirinya seperti ini.

"Alena, ke mana kau pergi? Kenapa kau tega meninggalkan aku sendirian?" tanyanya terdengar lirih.

Lelaki itu menyandarkan punggungnya di kursi kebesaran. Sesekali dia menghela nafas pelan lalu dia hembuskan kembali. Sesak, jika mengingat masa lalu yang sebenarnya tak ingin dia ingat lagi. Rasa sakit yang tertanam di dadanya telah membawa dia mencengkram penyangga kursi tersebut. Dia gantungkan segala rasa sakit di sana.

"Kau akan lihat bagaimana penderitaan adikmu," ucapnya penuh penekanan. "Aku akan balaskan semua rasa sakit ini pada adikmu. Apa yang sudah kau lakukan padaku akan ku turihkan luka dalam di hati adikmu." Dia memejamkan matanya sejenak.

Di saat dirinya sungguh nencintai seseorang tetapi justru dia di khianati dan di sakiti seperti tak berperikemanusiaan. Itulah, sebabnya kenapa dia menjerat Bee dalam pernikahan di atas kertas dan menjadikan gadis tersebut sebagai alat penebus hutang kedua orang tua nya.

.

.

Bee bangun pagi sekali. Wajah bahagia yang sumringah mengiringi keceriaannya pagi ini.

"Akhirnya aku bisa kuliah juga," ucapnya dengan semangat.

Gadis itu melipat selimut yang dia gunakan sebagai alas tidurnya. Dia masih tidur di lantai sesuai perintah sang suami. Bee sejenak menatap wajah Bastian yang masih terlelap nyaman di atas ranjang.

"Terima kasih, Tuan Suami. Tidak apa kau menganggapku sebagai alat penebus hutang. Tetapi aku tahu jika sesungguhnya kau adalah pria baik. Aku berjanji akan membuatmu jatuh cinta padaku. Kalau kau tidak mau jatuh cinta padaku, ku sumpahi kau biar jatuh dari ranjang," celetuk gadis itu cekikikan sambil menutup mulutnya menahan tawa serta membayangkan sang suami yang jatuh dari ranjang.

Bee menyimpan bantal dan selimut itu di atas sofa. Dia membersihkan diri di kamar mandi, sebelum menyiapkan semua keperluan suaminya.

Bee keluar dari kamar dengan pakaian lengkap. Dia tampak semangat sekali di hari pertama kuliah.

"Selamat pagi, Nona Muda," sapa para pelayan membungkuk hormat ke arah gadis tersebut.

"Selamat pagi semua. Jangan lupa awali pagi kalian dengan sarapan," sahut Bee sambil melambaikan tangannya seperti seorang model yang berlengak-lengok di atas karpet merah.

Para pelayan terkekeh melihat tingkah gadis tersebut. Sejak kedatangan Bee di vila mewah ini, suasana menjadi ramai.

"Selamat pagi, Nona," sapa Julio juga.

"Pagi, Kak," balas Bee.

Gadis itu melangkah menuju dapur dan dan di ikuti oleh para pelayan. Dia mengambil beberapa sayuran di dalam kulkas dan siap untuk memasak.

Bee menyajikan makanannya di atas meja dan di bantu oleh beberapa pelayan. Begitulah setiap pagi, sang suami menjadikan dirinya seperti budak. Lelaki itu tidak mau makan jika bukan dia yang memasak. Entah apa kelebihan masakan istrinya di banding masakan para koki senior di vila tersebut.

Tampak Bastian berjalan menuju meja makan dengan pakaian lengkap dan wajah tampan tetapi dingin. Para pelayan langsung berbaris rapi menyambut sang tuan rumah termasuk Bee dan Julio.

"Selamat pagi, Tuan," sapa mereka bersamaan.

Lelaki itu tak menjawab dia duduk di kursi yang Bee tarik untuknya. Dia sarapan sendiri tanpa peduli dengan para pelayan yang mengawasi dirinya seperti raja.

"Heem, Tuan. Saya izin berangkat duluan," ucap Bee melirik arloji di tangannya.

"Berangkat denganku!" Lelaki itu langsung berdiri tanpa menyelesaikan makannya.

"Hah?"

Bersambung....

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Wati Fasia
next up Thor di tunggu
goodnovel comment avatar
Wati Fasia
Lanjutkan Thor... aku tunggu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status