Share

Bab 5. Satu Kamar

Aвтор: Saraswati_5
last update Последнее обновление: 2023-10-21 11:05:06

Axel menyeringai. Dia berdiri dan berjalan mendekat ke arah Emily. Setelah itu, dia menatap Emily yang ada di hadapannya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Emily.

Dengan reflek Emily menutup matanya, dia juga menahan napasnya ketika wajah Axel semakin dekat dan hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Dapat Emily rasakan deru napas Axel menerpa kulit wajahnya.

Gluk ...

Emily menelan salivanya dengan susah.

Seringaian kembali muncul di bibir Axel ketika melihat Emily menutup matanya. Dia mengelus lengan bagian atas Emily hingga bawah dengan jari telunjuknya. "Aku tahu, kamu pasti akan menyetujui perjanjian itu. Karena perjanjian itu sangat menguntungkan untuk kamu," ucap Axel dengan suara sensual.

"Tapi maaf, aku tidak bernapsu dengan kamu," ucap Axel yang kemudian langsung menjauhkan dirinya dari Emily.

Mendengar kalimat Axel membuat Emily langsung membuka matanya lebar-lebar. Dia menatap Axel yang berjalan masuk ke dalam kamar mandi dengan tatapan kesal.

"Hih, nyebelin banget sih jadi orang! Kalau bukan demi Opa aku juga nggak mau seperti ini."

"Nyesel aku pakai baju kek gini," ucap Emily sambil menatap tubuhnya.

"Iiiihhh!! Dasar pria tua nyebelin! Awas aja nanti kalau udah jatuh cinta sama aku! Bakal aku kasih pelajaran."

Dengan segera Emily berjalan ke arah tempat tidur dan mendudukkan dirinya di sana.

"Dia bilang apa tadi? Dia bilang nggak bernapsu sama aku?" ucap Emily dengan napas yang masih menggebu-gebu.

Emily kembali menatap tubuhnya. Setelah itu, dia memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini. Dan tidak lama sebuah ide melintas di benaknya.

"OK! Kita lihat saja, sampai kapan dia tidak bernapsu denganku," ucap Emily yang langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidur.

Emily menatap langit-langit kamar yang selama satu bulan ini dia tempati. Namun, Emily segera memejamkan matanya ketika mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka.

Ceklek ...

Axel keluar kamar dari dalam kamar mandi dengan wajah yang terlihat lebih segar. Mungkin dia habis mencuci wajahnya. Setelah itu, dia berjalan mendekat ke arah tempat tidur.

Axel mendengkus ketika melihat Emily yang sudah berbaring di atas tempat tidur. Bahkan sepertinya Emily sudah tertidur dengan nyenyak.

"CK! Dasar anak kecil, dia berpikir aku akan mudah tergoda dengan tubuhnya itu, hah! Jika aku mau, aku bisa mendapatkan tubuh yang lebih dari dia."

"Kenapa juga Maxime memilih dia menjadi istriku!" Maki Axel pada tangan kanannya.

Emily mengepalkan tangannya yang berada di bawah bantal ketika mendengar kalimat Axel. Dia kembali dibuat kesal dengan kata-kata Axel yang selalu mencela tubuhnya, padahal tubuhnya itu lumayan berisi dari teman-teman kuliahnya yang lain. Bahkan menurut beberapa temannya tubuh Emily cukup seksi.

"Sepertinya Om Axel buta!" maki Emily di dalam hati. Ingin rasanya Emily memukul Axel saat itu juga tetapi dia tidak berani. Jika dia berani memukul Axel yang ada nanti dia tinggal nama saja.

Tidak lama setelah Axel mengatakan hal yang membuat Emily kembali kesal. Emily dapat merasakan pergerakan di sebelahnya. Hingga beberapa saat kemudian Emily dapat mendengar deru napas Axel yang mulai teratur. Dengan perlahan Emily membuka matanya sedikit dan melirik ke arah Axel yang sudah memejamkan matanya.

"Cepat sekali dia tidurnya?" gumam Emily di dalam hati.

Dia menatap wajah Axel yang sudah terlelap. "Wajah Om Axel ganteng banget seperti malaikat. Tapi kenapa kata-katanya sangat menyakitkan hati sih!"

"Aku penasaran gimana ya nanti kalau aku punya anak sama Om Axel ya, apa anak aku akan setampan Om Axel?" gumam Emily di dalam hati. Namun, dengan segera Emily menggelengkan kepalanya ketika pikiran seperti itu terlintas di benaknya.

"Kenapa aku mikirin hal seperti itu sih! Sadar Emily, sadar! Sekarang lebih baik kamu tidur, jangan sampai besok ketika dia bangun tapi kamu masih tidur!"

Dengan segera Emily memejamkan matanya kembali dan memutuskan untuk tidur. Walau sebenarnya dia tidak tenang karena keberadaan Axel di sebelahnya.

Pagi harinya.

Axel membuka matanya ketika mendengar sering ponselnya. Dengan malas dia mengambil ponselnya yang dia letakkan di atas nakas yang berada di sebelah kanannya. Dia melihat siapa yang mengganggu tidurnya pagi-pagi sekali.

Axel mendengkus ketika membaca nama yang tertera di layar ponselnya. Dia kemudian mengusap layar ponselnya. "Ada apa!" bentak Axel pada orang yang menelepon dirinya.

"Maaf, Tuan Muda. Saya hanya ingin mengingatkan jika nanti jam 10 ada pertemuan penting dengan salah satu klien dari Singapura."

"Iya, aku ingat! Sudah jangan ganggu, aku masih mengantuk!"

"Ta-tapi Tuan Muda ...."

Axel yang berniat mematikan sambungan telepon mengurungkan niatnya. "Tapi apa lagi!" ucap Axel geram.

"Ini sudah jam 7, saya takut jika Anda tidur lagi, nanti kita akan telat."

Axel terdiam, dia kemudian menoleh ke arah jam yang ada di atas nakas. Matanya sontak melebar ketika jam sudah menunjukkan pukul 07.03 pagi.

"Bagaimana bisa aku tidur selelap ini?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (7)
goodnovel comment avatar
Kurniawati Leob
gagal DECH......
goodnovel comment avatar
Allyaalmahira
naah lo sampe kesiangan kan
goodnovel comment avatar
Baby Yangfa
Emang Axel buta, dikasih istri muda malah disia-siakan
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 144. Terima Kasih

    Bab 144. Terima Kasih—oOo—Emily merasa seperti sedang berada di dalam mimpi saat melihat Raihan berdiri di tengah-tengah pesta yang diadakan oleh Axel. Pria itu tampak begitu tampan dengan jas yang dipakainya, menunjukkan postur tubuh yang atletis.Selama lima tahun ini, Raihan telah menjadi teman yang setia bagi Emily, selalu ada di sisinya baik dalam suka maupun duka. Walaupun sering kali Emily menolak perasaan Raihan karena Emily hanya menganggap Raihan sebagai seorang sahabat, tetapi pria itu tidak marah dan pergi meninggalkannya. Emily teringat saat mereka berdua merawat Devan, anaknya bersama Axel. Ketika dia sedih dan hampir putus asa karena menduga Axel berselingkuh dengan Chelsea. Raihan selalu ada untuk menghiburnya dan mendukungnya, membuatnya merasa tidak sendirian. "Raihan ...," gumam Emily pelan, tak mampu menyembunyikan perasaan terharu dan takjubnya. Emily menatap Raihan dengan mata yang mulai berkaca-kaca.Perlahan, Emily turun dari panggung dan berjalan menuju Rai

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 143. Emily Valerie, Istri Saya.

    Bab 143. Emily Valerie, Istri Saya. —oOo—Emily menatap gedung megah di depannya, tempat acara pesta yang akan mereka datangi bersama Axel. Hatinya tiba-tiba tidak karuan, dia merasa akan ada sesuatu yang terjadi di dalam pesta tersebut. Namun, dia juga tidak tahu apa itu. "Ayo," ajak Axel sambil tersenyum. Dia mengulurkan tangannya untuk digandeng oleh Emily. Emily menghela napas. Dia kemudian melingkarkan tangannya di lengan kiri Axel, sementara tangan kanan Axel, dia gunakan untuk menggendong DevanSedangkan Devan yang berada di gendongan Axel terlihat begitu bahagia bisa diajak Axel ke acara ini.Begitu memasuki gedung, seketika semua mata tertuju pada Axel yang tampil gagah bersama Emily dan Devan. Para tamu yang hadir, terutama para wanita, tidak bisa menahan rasa penasaran mereka. Mereka saling bertanya-tanya di antara bisikan, "Siapa gerangan wanita bercadar yang bersama Axel? Dan siapa anak kecil yang digendongnya?" tanya salah satu tamu undangan. "Entahlah, aku juga baru p

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 142. Kembali Ke Mansion

    Bab 142. Kembali Ke Mansion—oOo—Sudah dua hari Emily dan Axel berada di villa. Mereka semua menikmati kebersamaan mereka. Seperti saat ini, Emily dan Chrisa tengah menatap Devan yang tengah membakar ikan yang mereka pancing bersama Axel dan Maxime. Kebetulan kesehatan Tuan Del Piero sudah lebih baik, jadi mereka bisa di villa hingga beberapa hari. Senyum terpancar di bibir Emily kala melihat Devan yang terlihat bahagia bersama Axel. Devan terlihat sangat menikmati kebersamaannya dengan Papanya. "Mama!" Devan melambaikan tangannya pada Emily. Emily tersenyum lalu membalas lambaian tangan putranya. "Devan terlihat sangat bahagia ya?" ucap Chrisa yang terus menatap ke arah Devan. "Iya.""Setelah ini rencana kamu apa? Apa kamu dan Devan akan kembali ke Singapura?" tanya Chrisa menoleh dan menatap Emily. Emily mengembuskan napas berat. "Aku juga tidak tahu, Kak."Chrisa yang melihat Emily mengembuskan napas mengusap baju Emily. "Aku tahu lima tahun lalu kamu kecewa dengan Tuan Muda.

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 141. Bikin Anak

    Bab 141. Bikin Anak—oOo—"Bagaimana?" tanya Axel pada bodyguard yang membukakan pintu mobil untuknya. "Semuanya aman, Tuan Muda.""Bagus." Axel kemudian memberi kode pada bodyguard itu untuk pergi dari sana. Sementara Emily yang melihat Axel dengan bodyguard tadi menautkan alisnya dan betanya di dalam hati. "Apa yang Om Axel bicarakan pada bodyguard tadi? Kenapa bisik-bisik," gumam Emily pelan. Axel berbalik, menatap Emily. Dengan segera Axel bejalan mendekat ke arah istri kecilnya. "Ayo," ajak Axel sambil menggandeng tangan Annisa. "Tadi Om bicara apa sama dia?" Emily memberanikan diri untuk bertanya. Ya, lebih baik dia bertanya bukan? Daripada dia penasaran. "Bukan hal penting, sebaiknya sekarang kita ke sana.""Jika itu bukan hal penting, kenapa Mas bicara dengan dia. Bukannya bisa bicara sama Kak Maxime saja, ya?" Emily tidak mau kalah. Axel mengembuskan napa panjang. "Karena itu—""MAMA!!" Axel bernapas lega saat mendengar teriakan Devan. Karena teriakan itu, dia tidak per

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 140. Menyusul Devan

    Bab 140. Menyusul Devan —oOo— "Jadi gimana?" tanya Axel sambil menatap istri kecilnya. "Om denger sendiri tadi," jawab Emily membuat Axel memicingkan matanya. "Kamu bilang apa tadi?" Emily menutup mulutnya, menyadari akan kesalahannya tadi. Dia kemudian langsung mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya ke atas dan membentuk dua jarinya itu menyerupai huruf 'v'. "Maaf, Mas." Axel mendengkus. Ingin marah, tetapi dia tidak tega dan pada akhirnya membuat Axel memalingkan wajahnya ke arah lain. "Jadi sekarang kita mau makan di mana?" tanya Axel. "Terserah Mas aja, aku udah nggak berselera," ucap Emily sedih, pasalnya dia tidak bisa makan siang bersama Devan. Bukan karena Devan tidak ingin makan siang bersama dia, tetapi Emily yang tidak tega jika harus membuat Devan menunggu sekitar dua jam agar mereka bisa makan bersama, mengingat saat ini Devan berada di Villa yang berada di Puncak Bogor. Alhasil Emily menyuruh Devan untuk makan siang bersama Chrissa dan Maxime saja. Axel m

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 139. Kegilaan Axel

    Bab 139. Kegilaan Axel —oOo— Emily menatap Axel yang kini tengah mengemudikan mobilnya. Dia menatap Axel tidak percaya, tidak percaya dengan apa yang telah Axel lakukan. Dia mengingat kejadian beberapa saat yang lalu, di mana dia tengah menatap Marcel yang berada di taman. "Kenapa Om lakukan itu sama Kak Marcel?" tanya Emily saat sudah duduk di dalam mobil. Axel berbalik, memposisikan dirinya untuk berhadapan dengan Emily. Detik selanjutnya dia menatap manik mata Emily dengan lekat. "Karena ...." "Karena apa?" "Karena dia sudah berani ingin menyentuh sesuatu yang sudah menjadi milikku." Emily mengerutkan dahinya, dia merasa tidak paham dengan apa yang baru saja Axel katakan. Maksudnya apa coba? Menyentuh sesuatu yang sudah menjadi miliknya? "Maksud, Om, apa?" Axel menyentuh pipi Emily yang terhalang niqab dan mengusap lembut pipi istri kecilnya. "Dia sudah berani menyentuh kamu satu hari sebelum kamu ke mansion." Emily melebarkan kedua matanya, dia tidak menyangka jika Axel

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 138. Rumah Sakit Jiwa

    Ban 138. Rumah Sakit Jiwa—oOo—Emily melihat gedung di mana Axel menghentikan mobilnya. Dia kemudian beralih menatap Axel. "Kenapa kita ke sini, Om?" tanya Emily bingung. Axel balas menatap Emily. "Nanti kamu juga akan tahu." Axel kemudian keluar dari dalam mobil disusul dengan Emily. Axel berjalan mendekat ke arah Emily. "Ayo," ajak Axel sambil menggandeng tangan istri kecilnya. Emily berjalan mengikuti langkah kaki Axel. Sesekali pandangannya menatap ke arah sekeliling dan melihat begitu banyak orang-orang yang berada di sana dengan kondisi tidak normal. Di dalam hati Emily, dia bertanya-tanya kenapa Axel membawanya ke rumah sakit jiwa ini. Padahal Emily meminta Axel untuk mempertemukannya dengan Alice dan Marcel, tetapi kenapa Axel malah membawa dia ke sini? Siapa yang sakit jiwa? Langkah kaki Emily terhenti saat tiba-tiba seorang wanita dengan pakaian serba putih mendekat ke arahnya dan Axel. "Selamat siang, Tuan Axel?" sapa wanita itu saat sudah berada di hadapan Axel. Axel

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 137. Menagih Janji

    Bab 137. Menagih Janji —oOo— Emily mengerjapkan matanya saat merasa tenggorokannya kering. Dengan perlahan Emily membuka matanya dan merasa terkejut saat sudah di suguhi pemandangan yang membuat wajahnya merah. "Selamat pagi," sapa Axel dengan senyum di bibirnya. Emily dengan segera memalingkan wajahnya ke arah lain saat melihat Axel yang tengah duduk di tepi tempat tidur dengan penampilan yang membuat siapa saja wanita yang melihatnya akan tergoda dan malu. Bagaimana tidak? Saat ini penampilan Axel sangat menggoda, dengan rambut dan tubuh bagian atas yang masih basah tengah duduk di samping Emily dengan senyum menawannya. Apalagi tetesan air yang jatuh dari rambut ke roti sobek milik Axel, membuat kesan seksi semakin keluar dari tubuh Axel. "Kak Maxime sudah ngasih kabar belum, Om?" tanya Emily tanpa menatap Axel. "Dalam islam, tidak baik jika bicara dengan suami tanpa menatap suami." Emily mendengkus kesal. Dia bertanya-tanya kenapa Axel sekarang jadi paham tentang hal seperti

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 136. Penyatuan Setelah Lima Tahun

    Bab 136. Penyatuan Setelah Lima Tahun —oOo— Emily memejamkan matanya, merasakan setiap lumatan yang Axel lakukan. Sesekali dia mendesah saat lidah Axel berusaha masuk ke dalam mulutnya, menjelajah setiap rongga mulutnya. Hingga tanpa sadar saat ini dirinya dan Axel sudah berada di atas tempat tidur dengan posisi di mana Emily di bawah tubuh Axel. Axel melepas pagutannya saat merasakan Emily mulai kehabisan napas. Dia kemudian menatap manik mata Emily yang mulai berkabut. Dia mengusap lembut pipi Emily dan bibir Emily yang sudah berubah merah akibat ulahnya. "Bolehkan?" tanya Axel dengan suara berat saat sudah tidak bisa menahan rasa yang sudah lama dia pendam. Mendengar satu kata yang keluar dari bibir Axel, Emily perlahan membuka matanya. Dapat Emily lihat ada kabut gairah di mata Axel, kabut yang selama lima tahun ini tidak Emily lihat. Emily bingung harus menjawab bagaimana. Melihat tidak ada jawaban dari Emily membuat Axel berpikir jika Emily menyetujui apa yang akan dia la

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status