Share

Bab 5. Satu Kamar

Axel menyeringai. Dia berdiri dan berjalan mendekat ke arah Emily. Setelah itu, dia menatap Emily yang ada di hadapannya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Emily.

Dengan reflek Emily menutup matanya, dia juga menahan napasnya ketika wajah Axel semakin dekat dan hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Dapat Emily rasakan deru napas Axel menerpa kulit wajahnya.

Gluk ...

Emily menelan salivanya dengan susah.

Seringaian kembali muncul di bibir Axel ketika melihat Emily menutup matanya. Dia mengelus lengan bagian atas Emily hingga bawah dengan jari telunjuknya. "Aku tahu, kamu pasti akan menyetujui perjanjian itu. Karena perjanjian itu sangat menguntungkan untuk kamu," ucap Axel dengan suara sensual.

"Tapi maaf, aku tidak bernapsu dengan kamu," ucap Axel yang kemudian langsung menjauhkan dirinya dari Emily.

Mendengar kalimat Axel membuat Emily langsung membuka matanya lebar-lebar. Dia menatap Axel yang berjalan masuk ke dalam kamar mandi dengan tatapan kesal.

"Hih, nyebelin banget sih jadi orang! Kalau bukan demi Opa aku juga nggak mau seperti ini."

"Nyesel aku pakai baju kek gini," ucap Emily sambil menatap tubuhnya.

"Iiiihhh!! Dasar pria tua nyebelin! Awas aja nanti kalau udah jatuh cinta sama aku! Bakal aku kasih pelajaran."

Dengan segera Emily berjalan ke arah tempat tidur dan mendudukkan dirinya di sana.

"Dia bilang apa tadi? Dia bilang nggak bernapsu sama aku?" ucap Emily dengan napas yang masih menggebu-gebu.

Emily kembali menatap tubuhnya. Setelah itu, dia memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini. Dan tidak lama sebuah ide melintas di benaknya.

"OK! Kita lihat saja, sampai kapan dia tidak bernapsu denganku," ucap Emily yang langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidur.

Emily menatap langit-langit kamar yang selama satu bulan ini dia tempati. Namun, Emily segera memejamkan matanya ketika mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka.

Ceklek ...

Axel keluar kamar dari dalam kamar mandi dengan wajah yang terlihat lebih segar. Mungkin dia habis mencuci wajahnya. Setelah itu, dia berjalan mendekat ke arah tempat tidur.

Axel mendengkus ketika melihat Emily yang sudah berbaring di atas tempat tidur. Bahkan sepertinya Emily sudah tertidur dengan nyenyak.

"CK! Dasar anak kecil, dia berpikir aku akan mudah tergoda dengan tubuhnya itu, hah! Jika aku mau, aku bisa mendapatkan tubuh yang lebih dari dia."

"Kenapa juga Maxime memilih dia menjadi istriku!" Maki Axel pada tangan kanannya.

Emily mengepalkan tangannya yang berada di bawah bantal ketika mendengar kalimat Axel. Dia kembali dibuat kesal dengan kata-kata Axel yang selalu mencela tubuhnya, padahal tubuhnya itu lumayan berisi dari teman-teman kuliahnya yang lain. Bahkan menurut beberapa temannya tubuh Emily cukup seksi.

"Sepertinya Om Axel buta!" maki Emily di dalam hati. Ingin rasanya Emily memukul Axel saat itu juga tetapi dia tidak berani. Jika dia berani memukul Axel yang ada nanti dia tinggal nama saja.

Tidak lama setelah Axel mengatakan hal yang membuat Emily kembali kesal. Emily dapat merasakan pergerakan di sebelahnya. Hingga beberapa saat kemudian Emily dapat mendengar deru napas Axel yang mulai teratur. Dengan perlahan Emily membuka matanya sedikit dan melirik ke arah Axel yang sudah memejamkan matanya.

"Cepat sekali dia tidurnya?" gumam Emily di dalam hati.

Dia menatap wajah Axel yang sudah terlelap. "Wajah Om Axel ganteng banget seperti malaikat. Tapi kenapa kata-katanya sangat menyakitkan hati sih!"

"Aku penasaran gimana ya nanti kalau aku punya anak sama Om Axel ya, apa anak aku akan setampan Om Axel?" gumam Emily di dalam hati. Namun, dengan segera Emily menggelengkan kepalanya ketika pikiran seperti itu terlintas di benaknya.

"Kenapa aku mikirin hal seperti itu sih! Sadar Emily, sadar! Sekarang lebih baik kamu tidur, jangan sampai besok ketika dia bangun tapi kamu masih tidur!"

Dengan segera Emily memejamkan matanya kembali dan memutuskan untuk tidur. Walau sebenarnya dia tidak tenang karena keberadaan Axel di sebelahnya.

Pagi harinya.

Axel membuka matanya ketika mendengar sering ponselnya. Dengan malas dia mengambil ponselnya yang dia letakkan di atas nakas yang berada di sebelah kanannya. Dia melihat siapa yang mengganggu tidurnya pagi-pagi sekali.

Axel mendengkus ketika membaca nama yang tertera di layar ponselnya. Dia kemudian mengusap layar ponselnya. "Ada apa!" bentak Axel pada orang yang menelepon dirinya.

"Maaf, Tuan Muda. Saya hanya ingin mengingatkan jika nanti jam 10 ada pertemuan penting dengan salah satu klien dari Singapura."

"Iya, aku ingat! Sudah jangan ganggu, aku masih mengantuk!"

"Ta-tapi Tuan Muda ...."

Axel yang berniat mematikan sambungan telepon mengurungkan niatnya. "Tapi apa lagi!" ucap Axel geram.

"Ini sudah jam 7, saya takut jika Anda tidur lagi, nanti kita akan telat."

Axel terdiam, dia kemudian menoleh ke arah jam yang ada di atas nakas. Matanya sontak melebar ketika jam sudah menunjukkan pukul 07.03 pagi.

"Bagaimana bisa aku tidur selelap ini?"

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Kurniawati Leob
gagal DECH......
goodnovel comment avatar
Allyaalmahira
naah lo sampe kesiangan kan
goodnovel comment avatar
Baby Yangfa
Emang Axel buta, dikasih istri muda malah disia-siakan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status