Share

Bab 4. Setuju

Beberapa jam yang lalu ketika di ruang kerja Tuan Del Piero.

"Bantu Opa agar Axel segera menyentuh kamu dan memberikan Opa penerus."

Emily melebarkan kedua matanya. "I-itu tidak mungkin Opa," ucap Emily sambil menundukkan wajahnya.

"Tidak mungkin kenapa? Opa yakin kamu bisa, Emily. Opa mohon sama kamu tolong penuhi permintaan Opa. Dan Opa mohon tolong buat Axel jatuh cinta sama kamu juga."

Emily menatap Tuan Del Piero sejenak. Setelah itu, dia menundukkan kepalanya. "Aku tidak yakin apa aku bisa melakukan itu, Opa. Bahkan sepertinya Om Axel tidak menyukai aku."

Tuan Del Piero tersenyum tipis mendengar panggilan Emily ke cucunya. Namun, tidak lama wajahnya kembali biasa. Dia mengenggam tangan Emily dengan erat. "Opa yakin kamu bisa, Sayang. Sekeras-kerasnya batu, pasti bisa hancur juga dengan tetesan air yang terus menerus jatuh di atas batu itu."

Emily mengembuskan napasnya dengan berat ketika mengingat permintaan Tuan Del Piero. Apalagi saat ini di tangannya ada sebuah kertas, kertas yang berisi sebuah perjanjian yang diberikan oleh Axel tadi.

Tok ... Tok ... Tok ...

Emily yang sedang menatap surat perjanjian di tangannya beralih menatap pintu kamar yang diketuk seseorang dari luar. "Masuk," ucap Emily mempersilakan orang di luar kamarnya untuk masuk.

Ceklek ...

Pintu kamar terbuka dan terlihat Chrisa di sana. Chrisa menatap Emily yang sedang duduk sambil menatap dirinya. Setelah itu, Chrisa berjalan mendekat. "Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya Chrisa.

"Duduklah!" Perintah Emily.

Chrisa diam menatap sofa di mana Emily duduk. "Tapi Nona, tidak pantas untuk saya duduk di sebelah Anda," ucap Chrisa.

Emily mendengkus kesal. "Sudah berapa kali aku bilang sama Kakak, tolong jangan bersikap formal ketika kita hanya berdua, Kak Chrisa!"

Chrisa menunduk. "Maafkan saya Nona Muda, saya hanya takut jika ada maid atau orang lain yang melihat. Jika ada yang melihat dan melaporkan saya pada Tuan Besar atau Tuan Muda, saya yakin saya akan langsung dipecat."

Emily mengembuskan napasnya dengan kasar. Selama satu bulan tinggal di mansion Tuan Del Piero, memang para maid dan penjaga di sana yang memperlakukan Emily dengan baik. Akan tetapi, Emily hanya dekat dengan satu orang yaitu Chrisa. Emily merasa nyaman jika bersama Chrisa dan dia sudah menganggap Chrisa sebagai kakak dia sendiri.

"Ini 'kan kamarku, Kak. Jadi tidak akan ada orang yang melihat, sekarang aku minta Kakak duduk di sampingku," ucap Emily sambil menepuk sofa di sisinya.

"Baik, Nona," jawab Chrisa yang kemudian segera berjalan ke sebelah Emily dan duduk di sana.

Setelah Chrisa duduk, suasana menjadi hening. Baik Emily maupun Chrisa tidak ada yang berbicara. Sampai akhirnya Chrisa menatap Emily yang terlihat sedang melamun. Setelah itu, tatapannya terhenti pada sebuah kertas yang ada di tangan Emily. Karena merasa penasaran akhirnya Chrisa memutuskan untuk bertanya lebih dulu.

"Nona, sebenarnya ada apa? Kenapa saya dipanggil ke sini?"

Emily mengembuskan napasnya dan sedikit meremas kertas yang ada di tangannya. Dia menundukkan kepalanya, bingung harus mulai berbicara dari mana.

"Apa Tuan Muda Axel menyakiti Anda?" tanya Chrisa hati-hati.

Emily menggeleng. "Tidak, Om Axel tidak menyakiti aku. Aku hanya sedang bingung, Kak."

"Bingung kenapa, Nona?"

Emily kembali mengembuskan napas kasar. "Opa meminta aku untuk membuat Om Axel jatuh cinta padaku. Tapi aku merasa tidak bisa melakukan itu."

"Memangnya kenapa Nona merasa tidak bisa melakukan hal itu?"

"Bagaimana aku tidak berpikiran seperti itu. Bahkan tadi saat Om Axel ada di dalam kamar, dia menatapku dengan tatapan jijik dan malah memberiku surat perjanjian ini," ucap Emily sambil menunduk menatap surat di tangannya.

Chrisa diam dan menatap gadis yang selama satu bulan ini menjadi nonanya. Jujur saja, Chrisa merasa kasihan pada Emily. Karena Chrisa tahu alasan sebenarnya Tuan Muda Axel menikahi Emily. Akan tetapi, dia tidak mungkin mengatakan hal itu pada Emily karena Chrisa juga berperan penting dalam pernikahan yang Emily jalani saat ini.

"Memangnya itu surat perjanjian apa, Nona?" tanya Chrisa. Emily hanya diam dan menyerahkan surat yang dia pegang pada Chrisa.

Chrisa menatap surat di tangannya dan membaca isi surat itu. Dia sangat terkejut ketika membaca isi dari surat di tangannya. Akan tetapi, dengan cepat Chrisa merubah ekspresi wajahnya menjadi biasa kembali.

"Bukankah surat ini malah menguntungkan Anda, Nona? Dengan begini Anda bisa memenuhi permintaan Tuan Besar."

"Bagaimana aku bisa memenuhi permintaan Opa, Kak Chrisa? Bahkan Om Axel saja membuat perjanjian jika aku sudah memberikan dia anak, maka pernikahan ini akan selesai."

"Justru itu, Nona. Saya yakin, dengan berjalannya waktu Tuan Muda Axel pasti akan mencintai Nona," ucap Chrisa menyemangati Emily. Ya, walaupun sebenarnya dia juga tidak yakin jika Tuan Mudanya akan mencintai Emily karena kabar yang selama ini beredar.

"Jadi menurut Kakak, aku harus menerima ini?" tanya Emily dengan menatap Chrisa.

Chrisa mengangguk. "Tapi ... bagaimana caraku supaya Om Axel mau menyentuhku?"

Chrisa diam, tetapi beberapa detik kemudian dia menjentikkan jarinya. Dia mendekatkan wajahnya ke telinga Emily, lalu setelahnya membisikkan sesuatu.

"Apa Kakak yakin dengan cara itu?" Emily terlihat ragu dengan usulan Chrisa.

"Saya yakin, Nona. Apa Nona memiliki apa yang tadi saya katakan tadi? Jika Nona tidak memilikinya, saya akan segera mencarikannya," ucap Chrisa yang segera beranjak dari duduknya.

"Tidak usah, Kak. Aku memiliki apa yang Kakak katakan tadi," ucap Emily malu-malu.

Chrisa tersenyum. "Kalau begitu, Nona segera lakukan rencana tadi. Saya yakin tidak lama lagi Tuan Muda Axel akan kembali."

Emily mengembuskan napasnya dengan perlahan. "Aku tidak yakin."

"Anda harus yakin, Nona. Atau mau saya bantu?" ucap Chrisa menawarkan diri.

"Ti-tidak usah, aku bisa sendiri," tolak Emily dengan cepat.

"Ya sudah kalau begitu, saya akan segera keluar. Dan saya akan segera memberitahu Nona jika Tuan Muda Axel kembali."

Emily menganggukkan kepalanya. Setelah itu, Chrisa pergi dari kamar Emily dan Tuan Mudanya itu.

***

Emily menatap pantulan dirinya di depan cermin besar di hadapannya. Dia merasa tidak nyaman, tetapi dia harus melakukan ini. Mungkin benar yang dikatakan Chrisa kalau cara ini akan berhasil.

Tidak lama ponsel yang ada di tangannya bergetar, menandakan ada pesan masuk. Emily membuka dan membaca pesan yang ternyata dari Chrisa. Setelah itu, Emily menghirup napasnya dalam-dalam.

"Kamu pasti bisa Emily!" ucap Emily menyemangati dirinya sendiri. Setelah itu, dia keluar dari ruang ganti dan duduk di atas tempat tidur.

Ceklek ...

Pintu kamar terbuka. Emily dengan segera berdiri. Dia menatap seseorang yang masuk ke dalam kamar dengan wajah terkejut.

Gluk ...

Emily menelan salivanya dengan susah ketika mendapati penampilan Axel yang berantakan. Dari cara berjalan Axel, sepertinya pria yang sudah menjadi suaminya itu terlihat sedang mabuk.

Emily dengan perlahan mendekat ke arah Axel yang sudah duduk di sofa dengan menyandarkan punggung dan kepalanya di sandaran sofa. Sebenarnya Emily takut dengan keadaan Axel yang seperti itu. Akan tetapi, dia harus memberanikan diri.

"Om," panggil Emily ketika sudah berada di depan Axel.

Axel membuka matanya dan menatap wajah Emily. "Ada apa?" tanya Axel dingin. Namun, walau terdengar dingin entah kenapa suara Axel terdengar sangat seksi.

"Saya menyetujui perjanjian yang Om buat. Sa-saya akan memberi Om anak," ucap Emily sambil menatap Axel.

Axel menyeringai. Dia berdiri dan berjalan mendekat ke arah Emily. Setelah itu, dia ...

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Erlin Tika
ceritanya bgus
goodnovel comment avatar
dian muh
axel..axel..
goodnovel comment avatar
RESYAD
waduh kalau tuan axel cakep lanjut aja dah perjodohannya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status