Share

Bab 7. Teman Ranjang

Emily berjalan cukup cepat ke ruang tengah bersama Chrisa. Saat ini dia sudah hampir telat untuk pergi ke kampus. Ini semua gara-gara Chrisa yang terus saja bertanya ini itu kepada dirinya tadi. Seharusnya Emily tidak susah bercerita pada Chrisa, tetapi jika bukan pada dia lalu pada siapa Emily bercerita? Karena saat ini Emily tidak memiliki siapa-siapa.

"Wah ... wah ... wah ... lihat Nona Muda kita, semakin hari semakin cantik saja."

Emily yang sedang berjalan terkejut dengan kehadiran seorang pria cukup tampan, tinggi, dan bersetelan kantor sedang berdiri menghadang langkahnya dan menatap Emily dengan tatapan mesumnya. Dengan refleks Emily langsung mundur beberapa langkah menghindari pria itu.

"Maaf, Tuan Muda Alfa. Sebaiknya Anda menyingkir, Nona Muda harus segera pergi ke kampus karena dia sudah telat," ucap Chrisa pada pria itu yang tidak lain adalah Alfa.

"Siapa kamu, berani-bedaninya mengatur saya? Ingat! Kamu itu cuma pembantu di sini! Jadi jangan syok!" ucap Alfa sambil menunjuk wajah Chrisa dengan jari telunjuknya.

Chrisa menatap Alfa. "Saya memang pembantu di sini! Tapi saya di sini sudah dipercaya oleh Tuan Besar untuk menjaga Nona Muda."

"Cih! Gitu aja belagu," cibir Alfa.

Setelah itu, Alfa beralih ke Emily yang saat ini berharak lima langkah darinya. Sudut bibir Alfa tertarik ke belakang ketika menatap ketakutan di wajah Emily. Ya, bagaimana Emily tidak takut sebelum dia menikah dengan Axel, dia mendapat pelecehan dari Marcel dan hal itu berhasil membuat Emily takut, jika ada seorang pria yang menatap dia dengan tatapan mesum kepadanya.

Sementara Alfa sendiri ada rasa puas di hatinya ketika melihat Emily yang ketakutan. Dan hal itu, membuat Alfa semakin suka untuk menggoda Emily, apalagi jika dia sampai mendapatkan tubuh Emily pasti itu akan semakin menyenangkan.

Alfa berjalan mendekat ke arah Emily. "Baiklah Cantik, bagaimana malammu bersama Axel? Apa dia memuaskanmu?" tanya Alfa dengan seringaian di bibinya.

Emily hanya diam dan hal itu membuat Alfa semakin melebarkan senyumannya. "Pasti Axel sama sekali tidak menyentuhmu bukan?"

"Dengar Emily, Axel itu memiliki kelainan. Daripada kamu menjadi istri Axel lebih baik kamu menjadi teman ranjangku saja. Akan aku pastikan kamu merasa puas menjadi teman ranjangku."

"Jaga bicara Anda, Tuan Muda Alfa! Saya bisa saja melaporkan Anda pada Tuan Besar, jika Anda keterlaluan," ucap Chrisa memperingati Alfa.

Alfa menatap Chrisa tajam. "Sebaiknya kamu jangan ikut campur. Saya sedang bicara dengan Emily bukan dengan kamu!" ucap Alfa. Setelah itu, dia mengalihkan pandangannya pada Emily. Dia menatap Emily dengan seringaian di bibirnya.

Emily terlihat ketakutan ketika melihat seringaian Alfa. Alfa saat ini seperti seekor singa yang sedang menatap mangsanya. Bahkan, saking takutnya tangan Emily mulai bergetar saat Alfa mulai mengangkat tangannya, berniat menyentuh tubuh Emily.

Chrisa yang melihat nona mudanya ketakutan hendak menghentikan Alfa. Namun, tindakan Chrisa terhenti ketika terdengar suara berat yang berhasil menghentikan pergerakan tangan Alfa.

"Hentikan, Tuan Muda Alfa. Apa Anda sudah tidak menyayangi hidup Anda? Hingga mengganggu bahkan hendak menyentuh istri dari Tuan Muda Axel?"

Tiga pasang mata menoleh saat mendengar suara berat itu. Emily dapat bernapas lega ketika dapat melihat sosok laki-laki yang satu bulan lalu menjemput Emily dari rumah tantenya dan membawa dia ke mansion ini.

"Selamat pagi, Nona Muda Emily," sapa laki-laki itu dengan senyum di bibirnya.

Emily membalas senyum laki-laki yang saat ini sudah berada di hadapannya. "Selamat pagi, Kak Maxime."

"Apa Nona mau berangkat ke kampus?" tanya Maxime.

"Iya, Kak."

"Kalau begitu, mari saya antar Nona ke kampus," tutur Maxime.

Emily menatap Maxime yang saat ini sedang memegang sebuah berkas di tangannya. "Tidak susah, Kak. Aku bisa pergi sama Kak Chrisa kok."

"Lagi pula, Kak Maxime pasti kembali karena disuruh Om Axel untuk ambil berkas 'kan? Lebih baik Kakak anterin berkas itu saja ke Om Axel, takutnya nanti dia marah," ucap Emily menebak apa yang dilakukan Maxime dan tebakannya memang benar adanya.

Tadi setelah sampai di kantor, Axel menanyakan berkas yang akan digunakan untuk meeting dengan klien dari Singapura tetapi Maxime malah membawa berkas yang salah karena itu dia harus kembali ke mansion untuk mengambil berkas yang benar.

"Tuan Muda Axel bisa menunggu, Nona. Mari, saya antar," tutur Maxime sambil mempersilakan Emily untuk jalan terlebih dulu meninggalkan Alfa yang sedang mengepalkan telapak tangannya karena kesal.

***

Suasana hati Axel sedang tidak baik-baik saja. Mau baik bagaimana? Dia menyuruh Maxime untuk mengambil berkas di rumah, tetapi sampai sekarang dia tidak kunjung kembali. Padahal pertemuan dengan klien dari Singapura tinggal tiga puluh menit lagi.

"Sedang apa dia, kenapa dia lama sekali!" geram Axel sambil mengepalkan tangannya.

Ceklek ....

Pintu ruangan Axel terbuka dan menampilkan Maxime yang masuk dengan berkas di tangannya. "Dari mana saja kamu?" tanya Axel dengan suara tegasnya.

"Maaf Tuan Muda, saya habis mengantar Nona Muda ke kampus."

"Siapa yang menyuruh kamu mengantar dia?"

Maxime langsung menundukkan kepalanya pada Axel. "Maaf, Tuan Muda. Tidak ada yang menyuruh saya. Saya melakukan itu semua atas dasar keinginan saya saja, Tuan Muda," jawab Maxime.

Axel menatap Maxime dengan tatapan datar. Setelah itu, dia tersenyum miring. "Apa kamu menyukai dia?"

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Kurniawati Leob
kasian juga si maxsime
goodnovel comment avatar
Baby Yangfa
untung ada Maxime
goodnovel comment avatar
MAF_0808
eh mulai cemburu ya si axel
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status