ホーム / Romansa / Istri Kecil Pak Dekan / Part 03 : Shalat Magrib

共有

Part 03 : Shalat Magrib

作者: Cloudberry
last update 最終更新日: 2025-08-26 20:08:22

Tanpa berpikir panjang Jaya menghampiri istrinya yang tengah mencuci pakaiannya di ruangan laundry. Meminta izin untuk menyantap rendang lezat buatannya.

Sebenarnya Jaya tidak mengizinkan istrinya mencuci baju. Lebih baik bajunya dan baju istrinya di cuci saja. Karena akan sangat merepotkan sebab keduanya harus sama-sama pergi ke kampus.

Jaya juga sudah memberikan uang untuk membayar laundry. Namun, Luna tetap kekeuh ingin mencuci dan menyetrika pakaian sendiri. Biar uangnya bisa disimpan katanya.

Jaya bisa berkata apa bila istrinya sudah kekeuh dengan kemauannya. Lagi pula ia bisa pamer kepada rekan-rekan kerjanya. Jika kali ini ia tak menikahi gadis yang salah.

Tokkk.....

Tokkk......

Jaya mengetuk pintu ruang laundry yang terbuka dua kali. Supaya istri kecilnya itu tak terkejut.

"Dekk......" panggil Jaya lembut.

"Heumm......" Luna menolehkan kepalanya.

"Rendangnya abang makan yah?" Ucap Jaya meminta izin pada istrinya. Karena selama ini Jaya tidak pernah memakan masakan Luna. Bukan karena tidak mau hanya saja Jaya tak sempat. Bila harus menunggu istri kecilnya itu memasak.

"Iya" mengangguk pelan. Melanjutkan menjemur bajunya dan suaminya.

Flashback Off.

"Iya! Aku memang bilang iya boleh dimakan! Tapi bukan berarti abang boleh habiskan juga rendangku! Kalau begini aku mau makan pakai apa? Gak sedikit loh abang habiskan rendang ku! " Omel Luna yang merasa kesal dengan suami dadakannya.

Huffff..........

Jaya menghela nafasnya panjang.

"Kamu kan bisa masak lagi, Luna! Biasanya juga kamu paling suka makan pakai telur mata sapi." Jawab Jaya yang mengingat perkataan ibu mertuanya. Meski ibu mertuanya memasak rendang/opor di rumahnya. Luna kerap kali makan dengan telur mata sapi. Membuat ibu mertuanya jengkel setengah hati dengan tingkah putrinya.

"Benarkah boleh makan pakai telur mata sapi?" Tutur Luna sumringah melupakan masalah rendangnya yang sudah raib.

"Iya"

Cuiinggggg........

Luna menghilang seketika mendengar kata iya dari suaminya.

"Syukurlahhh......." gumam Jaya tenang melihat kepergian istrinya. Untung saja ia mengingat kebiasaan-kebiasaan istrinya, yang didapat dari ibu mertua. Jika tidak bisa runyam ia.

Baru sedetik Jaya merasakan ketenangan. Istri kecilnya kembali muncul. Kali ini berbeda Luna duduk di atas ranjang di sebelahnya. Seusai mengunci pintu kamar mereka. Mengunyah sebuah apel merah berukuran besar di tangan nya.

"Gak jadi makan?" Tanya Jaya berbasa-basi.

"Gimana mau makan?! Nasinya aja abang habisin!" Sarkas Luna menatap suaminya tajam.

"Kamu masaknya kedikitan sih!" Kata Jaya santai memeriksa berkas hasil penjualan dari peternakan ayam petelurnya.

"Apa sedikit? Abang bilang? Setengah kilo beras sedikit!?" Teriak Luna mencak-mencak mendengar kata sedikit keluar dari mulut Jaya. Nasi dari setengah kilogram beras bila di gunakan untuk ia makan. Tentu cukup untuk seharian penuh.

"Heummmm........." mengangguk pelan.

"DASAR SETANNNN......!!!" Cibir Luna seenak jidatnya.

"Apa kamu bilang hah?!" Nadanya dingin tatapannya tajam membela keberanian sang istri.

"Enggak! Enggak ada!" Menggeleng pelan, nyali nya menciut seketika.

"Berani yah, kamu sama saya!" Menarik tangan Luna mendekat. Mendekap tubuh Luna ke tubuhnya. Menatap manik matanya dalam seakan mau menggulitinya. Mengakibatkan gadis kecil itu meneguk salivanya kasar akibat ketakutan.

"Sorry......banggg......soryyy....." mengeratkan tubuhnya ketakutan.

"Apa tadi kamu bilang? Saya setan?" Jaya menyentuh tengkuk Luna dengan ujung jari. Mengusap pelan bibir bawa luna menggunakan ibu jarinya. Mengulangi cibiran sang istri pada nya. Membuat gadis kecil itu merinding ngeri.

"Enggakkk.....banggg....enggakk!" Ucap Luna ketakutan, membantah ucapannya sendiri.

"Benarkah?" Mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri.

"Beneran" matanya mulai berair karena takut. Harusnya ia tadi berhati-hati saat berbicara dengan Jaya. Sudah tahu Jaya galak bukan main. Ia malah cari gara-gara. Sudah syukur suaminya mau makan masakkannya. Ia malah berkata yang tidak-tidak.

"Tapi tadi aku dengar kamu bilang saya...." Jaya sengaja tidak menyelesaikan kalimatnya. Supaya gadis kecil dalam dekapannya benar- benar menitihkan air matanya.

"Ampun....bangg...ampunn...." Luna menitihkan air matanya, terbata-bata.

"Bilang apa hah?!" Bentak Jaya tegas.

"Sorryy......luna janji gak bilang gitu lagi" Luna meminta maaf sambil menahan tangisnya sesegukan.

"Ya sudah!" Jaya melepaskan dekapan dan cengkeramannya pada tubuh Luna.

"Thank you" ucapnya menjauh dari sang suami. Melanjutkan aktivitas mengunyah apelnya yang sempat tertunda.

"Hhhkkk......." menatap Luna yang menjauh datar. Entah apa yang ia pikirkan sebenarnya.

Azan magrib berkumandang.

Jaya bangkit dari posisi duduknya. Melangkah menuju kamar mandi yang ada dikamarnya. Mengambil air wudhu berniat mau melaksana kan shalat magrib.

Namun karena melihat istrinya yang masih asyik mengunyah apel sambil bermain ponsel. Jaya mengurungkan niatnya. Menghampiri istri nya mengajak gadis kecil itu melaksanakan ibadah shalat magrib berjamaah.

"Gak shalat dulu?" Tanya Jaya pelan dengan melembut-lembutkan suaranya.

"Nanti aja" jawab Luna cuek.

"Sekarang saja, kita shalat bareng." Ajak Jaya dengan suara yang terdengar di buat-buat. Tentu berkata lemah lembut dan halus bukan gaya Jaya yang tegas dan berwibawa.

"Gak mau ih!" Ketus Luna tak sengaja. Lupa bahwa yang ia hadapi adalah Jaya Baya. Pak Dekan galak sejagat raya.

"Lunaaa.....!" Suara Jaya mulai meninggi mendapati penolakan dari istrinya.

"Gak mau ih bang! Kalau mau shalat magrib, shalat aja sendiri. Luna nanti aja!" Kilah Luna menolak ajakan shalat berjamaah suaminya. Beralasan ia akan melaksanakan shalat magrib nanti. Padahal ia tak akan shalat sama sekali jika suaminya tidak mengguyurnya di pagi hari.

"Luna Auliaaa.....!" Kesabaran Jaya mulai menipis.

"Ihhhh....abanggg....ihhhhh!!! Di bilangin luna gak mau shalat yah gak mau!" Ucap Luna keceplosan, gagal menyembunyikan kedoknya.

"Apa kamu bilang?!" Tatapannya tajam. Kedua tangannya berada di pinggangnya.

"Luna gak mau shalat! Luna shalatnya nanti aja!" Kilahnya memperbaiki perkataannya yang salah ucap.

"Nanti atau tidak sama sekali?!" Bentak Jaya menggelegar.

"Nanti!" Ucap Luna mantap dengan hidung yang kembang kembis. Menandakan bahwa Luna sedang berbohong pada suaminya.

"YANG JUJURRRR......!!!!" Bentak.

"Iya nanti!" Suara Luna mengecil nyalinya ciut melawan sang suami.

"Ayo shalat!" Jaya menarik tangan Luna paksa. Menyebabkan istrinya terjerambab jatuh.

"Gak mau! Dingin ih!" Langsung bangkit dari jatuhnya. Menarik tangannya dari cengkraman Jaya.

"Dingin atau tidak pernah shalat magrib?!" Jaya mendekatkan tubuhnya ke tubuh sang istri.

"Dingin" suara Luna pelan nyaris tak terdengar sangking takutnya.

"Tidak pernah shalat magrib kamu yah!? Hayo ngaku saja! Abang tahu kamu bohong yah!" Bentak Jaya mengintrogasi sang istri yang berbelit-belit.

"Hehheee......" Luna nyegir kuda tertangkap basah.

"Sana wudhu! Kita jama'ah bareng. Abang tunggu!" Menyuruh istrinya mengambil air wudhu.

"Dingin tahu..." Luna mengerucutkan bibirnya berharap Jaya akan melepaskannya.

"Cepat!!" Bentaknya.

"Abang shalat sendiri saja kenapa?" Mencoba menghindar dari kewajibannya.

"Luna Auliaaa....." nada di tekan.

"Abangg...ihhh....gitu!" Menghentakkan kakinya ke lantai.

"LUNAAA....AULIAAA....WUDHUU......!" Menarik tangan Luna ke arah kamar mandi.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Istri Kecil Pak Dekan   Part 15 : Mogok?

    Matanya berbinar menatap semua barang impiannya ada didepan mata. Luna tak pernah menyangka jika ia akan mendapatkan barang impiannya dengan mudah. Tidak hanya Luna yang merasa bahagia. Jaya juga ikut merasakan kebahagiaan yang Luna rasakan. Sebab gadis nakal itu menciumnya beberapa kali dalam semenit. Mengucapkan terima kasih dengan caranya sendiri. Akan tetapi, kebahagian dan keceriahan sore itu hancur karena kedatangan Alfaranzi. Luna langsung bete saat melihat adik iparnya, yang lebih tua tujuh tahun dari dirinya itu. Semuanya bermula saat Luna membolos mata kuliah ulumul quran dan tidak mengerjakan tugas. Kebetulan Alfaranzi bersahabat baik dengan dosen pengampu mata kuliah ulumul quran di kelas Luna. Berbekal kesaksian dan rekaman suara sahabatnya sebagai barang bukti. Alfaranzi nekat mengadukan kelakuan jahanam Luna yang sudah kabur dari kelas ulumul quran sebanyak tiga kali. Tentu Jaya yang mendengar tingkah nakal Luna. Memberi teguran kecil kepada sang istri. Supaya tid

  • Istri Kecil Pak Dekan   Part 14 : Paket?

    "Abanggggg......" teriak Luna tak terima dengan pengaturan suaminya. "Tertelan nanti abang yang repot yah, Luna!" Mengacungkan jari telunjuknya kearah Luna. Menatap manik matanya tajam. Sengaja nada bicaranya sedikit ditinggikan. Jika tidak gadis nakal itu pasti akan mencari gara-gara dengannya. Tampak pemilik wajah cantik itu sudah mengerucutkan bibirnya. "Abanggg......" Luna merengek berharap Jaya mengizinkannya menyimpan banyak biji kelengkeng dipipinya. "Tidak boleh! Abang sibuk ya, jangan cari masalah" Tutur Jaya tegas seraya memeriksa berkas-berkas penting dihadapannya. "Abangggg....." menarik-narik celana dasar Jaya pelan, menggunakan ujung jarinya."Tidak yah! Abang ambil nanti kelengkengnya!" Ancam Jaya mengulurkan tangannya berniat mengambil keranjang rotan berisi buah-buahan milik Luna. "Tidak....tidakkk....!" Luna secepat kilat mendekap keranjang buahnya. Sebelum Jaya sempat menjangkau keranjang buahnya. "Makanya kalau abang bilang tidak boleh! Ya, tidak boleh!" Tega

  • Istri Kecil Pak Dekan   Part 13 : Kelengkeng?

    "Makanya besok-besok jangan berani ngebantah lagi kalau orang ngomong!" Tegas Jaya mengingatkan istrinya. "Iya" sahut Luna terpaksa. Bangkit dari tempat duduknya. Berniat berjalan kegedung rektorat meninggalkan suaminya. "Tinggalkan salad buahnya" perintah Jaya dingin menarik tupperware berisi salad buah dari tangan sang istri. "Abanggg....." rengek Luna lagi. "Ambil buat jajan" Jaya meletakkan dua lembar seratus ribuan ditelapak tangan sang istri. Luna menunduk lesuh mendapati uang lembaran seratus ribuan ditelapak tangannya. Jika sudah begitu ia tidak dapat membantah perkataan suaminya. Kalau ia tolak uang pemberian suaminya, besok-besok bagaimana jika membutuhkan uang. Tentu ia akan gengsi meminta belas kasihan suaminya. "Thank you bang" melambaikan tangannya lalu berlari menuju ke gedung rektorat. Mengikuti kuliah istitah meski sudah terlambat dua setengah jam. Jaya menyuapkan salad buah ke mulutnya memandangi kepergian sang istri dengan tatapan kosong. Tak per

  • Istri Kecil Pak Dekan   Part 12 : Bandel

    Srrrrrkkkkkkkk..........Jaya menarik pergelangan tangan kiri istrinya. Menyeret gadis kecil itu menuju ruang LPPM di dekat gedung rektorat. Guna memarahi gadis nakal pembuat masalah tersebut. Aaaaaaa..........Suara teriakkan keluar dari bibir mungil Luna. Terkejut Jaya menariknya secara tiba-tiba. Matanya membeliak kaget mendapati tubuhnya setengah terseret ketanah. Beruntung ia bisa menstabilkan tubuhnya segera. Jika tidak pantatnya pasti akan mencium aspal pagi ini. Orang-orang yang melihat Luna diseret oleh Jaya cuma bisa menggeleng pelan. Dapat di pastikan mahasiswi baru itu akan mendapatkan pencerahan dari langit. Brukkk.....Jaya mendudukkan Luna dikursi lalu dia sendiri duduk tepat dihadapan istri kecilnya yang jahanam. Menatap tajam gadis nakal itu. Telat satu jam saja sudah keterlaluan. Ini dia malah berani telat dua jam. Dimana letak harga diri Jaya sebagai dekan dan suaminya. "Kenapa terlambat?" Tanya Jaya sinis dengan volume suara yang sedikit dikecilkan. "Tadi ket

  • Istri Kecil Pak Dekan   Part 11 : Telat lagi?

    Jaya membenarkan posisi duduknya. Menatap lembut istri kecilnya. Lalu berkata "Soto betawi nya abang kirim ke rumah umi sama abah" lembut."Abang ihhhh.....kok gak bilang-bilang?" Mengerucutkan bibirnya. "Hmmm......" Jaya berdehem pelan mengeluar kan lembaran kertas merah dari dompetnya sebanyak lima lembar. Lalu memberikannya kepada sang istri. Luna menerima pemberian Jaya menyimpan lembaran uang seratus ribuan tersebut ke dalam dompet serut dipinggangnya. Plekkk...........Tiba-tiba Luna merebahkan tubuhnya di atas tubuh sang suami. Mendesalkan wajahnya di dada bidang milik Jaya. "Heyyy...apa-apaan Luna?" Protes Jaya tak terima dengan perubahan sikap Luna yang selalu mendadak. "Mau bobok" memeluk pinggang Jaya lembut."Luna tidak ada ya tidur ditubuh abang...!!!" Ucap Jaya tegas melarang sang istri untuk tidak tidur diatas tubuhnya. "Mau bobok disini....." memejamkan matanya. "Haduhhh....Lunaa....abang ini pria normal yah!" Mendorong tubuh Luna menjauh dari tubuhnya, namun gag

  • Istri Kecil Pak Dekan   Part 10 : Soto betawi

    Aroma rempah yang kuat dan khas seperti kayu manis, cengkeh, dan pala mulai menguar di udara. Aroma creamy dan sedikit manis dari santan dan susu. Menambah kenikmatan tersendiri bagi orang yang mencium wangi soto betawi ini. Belum lagi aroma gurih dari potongan daging sapi yang sudah diaduk rata ke dalam kuah santan. Setelah sebelumnya di rebus secara terpisah dengan rempah-rempah, guna menghilangkan bau amis dan lemak jahat di dalamnya. Membuat kelezatan soto betawi buatan Luna semakin menggugah selera. Bawang merah dan bawang putih serta bawang goreng yang ditambahkan saat penyajian. Menambah aroma yang khas dan pedas serta wangi yang lezat. Jaya menelan air liurnya melihat sang istri menyantap soto betawi buatannya seorang diri. Tanpa banyak bicara Jaya mengayunkan kakinya ke arah dapur. Menyiapkan soto betawi untuk dirinya sendiri. Dari pada ia ribut dengan istri kecilnya. Jaya tahu Luna selalu masak dalam jumlah yang lumayan banyak. Biasanya gadis kecil nakal itu menyetok ma

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status