Share

9. Bagaimana Noa tahu?

.

.

Rasanya seperti keajaiban, Noa dan Dave yang tadinya seperti musuh bebuyutan, kini berubah menjadi akrab dan bahkan saling bercanda.

Laura tercekat, mata indahnya berkedip-kedip tidak percaya, ini seperti sihir.

Ah, mungkin Laura saja yang berlebihan, namun dia sungguh tidak menyangka Noa dan Dave akan menjadi seakrab itu.

Lomba memancing dimenangkan oleh Noa, selisih dua gurita saja.

Semua gurita dimasak dan dibagikan, yang memasaknya adalah Laura dibantu beberapa pelayan.

Merasakan masakan gurita seperti yang dulu Laura buat bersama ayahnya, membuatnya merindukan sosok ayah. Namun, disisi lain dia juga sangat bahagia.

“Ternyata kamu pinter masak juga ya Laura, andai aku mengenalmu duluan, pasti kita udah paca – aduuh!”

Noa menyingkirkan Dave lalu mendekati Laura dan memeluk pinggang istrinya tersebut. Dave yang diperlakukan seperti itu mencebikkan bibirnya kesal, meski sebenarnya Dave mengatakan itu juga bercanda.

Dave adalah anak lelaki yang baik, kedua orangtuanya merupakan seorang dokter. Sejak kecil Dave dididik dengan baik, menjadi anak yang penurut dan sopan santun.

Akan tetapi, tidak bisa dia mengelak, jika dia memang menyukai Laura. Mungkin memang Dave yang terlambat, karena dia bertemu Laura disaat Laura sudah memiliki kekasih, apalagi kekasihnya orang kaya. Memiliki villa paling mewah, kapal pesiar mewah, belum lagi pelayan yang loyal padanya.

Jelas Noa adalah majikan yang baik juga.

Intinya, Noa berada di level lebih tinggi dari Dave yang bahkan belum memulai apapun.

Hanya saja, yang mengganjal hati Dave adalah, kenapa Noa memakai topeng segala?

Jangan-jangan dia selebriti atau orang terkenal yang tidak boleh terlihat wajahnya.

Dan juga, postur serta bentuk wajah Noa agaknya familiar, namun Dave bingung dimana dia pernah melihatnya.

“Laura milikku, seperti janji, kau boleh berteman dengannya, tapi tidak boleh lebih dari itu,” ucap Noa dengan nada serius.

“Iya iya aku mengerti, siapa juga yang mau merebut pacar orang, aku mengerti kok” sahut Dave jengkel.

Sementara itu Laura tidak bisa berkata-kata karena terlalu bahagia mendengar ucapan Noa sebelumnya, dia merasa melambung tinggi mengetahui suaminya cemburu.

“Tapi ingat untuk tidak mengatakan jika Laura sudah memiliki kekasih di sekolah ya?”

Dave mengernyitkan dahinya tidak mengerti. “Kenapa memangnya? Kau tidak mau mengakui Laura sebagai pacarmu?”

“Bukan begitu, yang pasti aku memiliki alasannya sendiri, aku tidak bisa mengatakannya padamu” ucap Noa.

Dave mengangguk, “okay, aku akan menghargai privasimu,” ucap Dave, sebelum kemudian memakan makanannya kembali, ditemani es kopyor yang segar, dan juga pemandangan mentari terbenam.

“Oh iya Dave, ngomong-ngomong, kau sudah menemukan baju olah raga ku?” tanya Laura.

Dave tersentak, “oh iya!” dia menepuk dahinya, kemudian mulai meraih ransel dan mengeluarkan sebuah bungkusan.

“Ini, lain kali jaga dengan hati-hati ya” ucap dave.

Noa meraih bungkusan dari tangan Laura, “baju olah raga? Kenapa bisa ada di Dave?” tanya Noa bingung.

“Oh, kemarin ada anak yang menukar baju olah ragaku dengan yang ukurannya lebih sempit” kata Laura, dia meraih bungkusan itu kembali dan memeluknya, dia juga berusaha menghindari tatapan Noa, takut Noa marah padanya.

“Apa? Jadi pakaianmu ketat begitu karena ada yang sengaja menukarnya dan bukan karena kamu salah mengambil ukuran?” tanya Noa heboh.

“Dari maka kakak tahu itu?” tanya Dave bingung, Laura juga kembali menatap Noa bingung.

“It-itu...”

Noa bingung, matanya melihat ke sana-kemari seolah ada jawaban di sekitar sana, namun tentu saja dia tidak menemukan apa pun.

“Ku rasa yang mengetahui hanya anak kelas dan pak guru olah raga saja” kata Dave lagi, makin memperkeruh suasana.

“Jangan-jangan, selama ini kamu adalah pak Van –”

Noa membelalakkan matanya, “TIDAK!”

Laura dan Dave terkejut karena Noa tiba-tiba menyela ucapan Dave dan berteriak.

“Aku bukan pak Vanno! Lagipula aku mengenal guru itu, karena aku kekasih Laura, aku ingin tahu apa yang terjadi di hari pertama Laura bersekolah, itu tidak salah kan? Aku bukan pak Vanno! Di-dia yang memberitahuku!”

Setelah mengatakan itu, Noa pun beranjak dan pergi dari sana.

Laura menatap suaminya itu bingung, Noa kenapa? Jika memang dia diberitahu pak Vanno, kenapa sampai segugup itu?

Kelakuan Noa hanya membuat Laura semakin curiga.

Tidak hanya Laura, Dave juga merasakan hal yang sama.

“Laura, kau pernah melihat wajah dari balik topengnya?” tanya Dave, Laura yang masih bengongg refleks menggeleng untuk menjawab.

“Lalu kenapa kamu mau jadi pacarnya? Apakah demi harta?”

Laura menoleh cepat pada Dave.

“Jadi kau menilaiku seperti itu?”

Sekarang malah Dave yang panik, “ti-tidak, aku ... yah, aku tidak menganggapmu matre atau apa, tapi jika kamu saja tidak pernah melihat wajah aslinya, kenapa kamu mau dengannya?”

Laura tersenyum tipis, “kau mungkin tidak percaya, Dave, tapi aku sudah jatuh cinta padanya, mungkin aku saja yang bodoh.”

Dave menggeleng, “kau tidak bbodoh, tidak ada salahnya untuk mencintai orang lain, entah kau sudah tahu wajahnya atau tidak.”

Entah mengapa, Dave semakin galau mendengar pernyataan Laura.

Laura mencintai Noa dengan begitu tulusnya, mana mungkin dia bisa merebut Laura dari Noa dengan mudah?

.

.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status