“Jadi bagaimana? Apa mereka berhasil?” tanya Feria tak sabar menunggu berita dari ibunya.“Tentu saja berhasil, mereka sekarang sudah bergerak ke arah gedung tua di tengah hutan. Setelah ini kita akan aman dan tak akan ada lagi yang membuat kesal. Mansion ini sedari awal milik kita, jadi hanya kita yang boleh berkuasa di sini,” balas Siara angkuh.“Tentu saja, aku sekarang tinggal menunggu berita kematian dia. Kenapa juga mereka harus menyiksa dulu? Harusnya langsung dibunuh saja, buang-buang waktu,” cetus Feria malas.“Kalau Mama yang berada di posisi mereka, pasti juga akan melakukan hal yang sama. Menyiksa musuh terlebih dahulu, itu rasanya lebih seru,” pungkas Siara licik.“Tapi aku kesal saja kalau belum mendengar berita kematian dia. Seharusnya sekarang dia langsung mati saja,” tutur Feria. ‘Dengan begitu, aku bisa semakin cepat memiliki Avram,’ sambungnya di dalam hati.“Sudahlah, sekarang kamu kenapa sudah pulang padahal baru jam segini?” tanya Siara menatap sang putri.“Karen
“Ini sudah lebih dua jam, kenapa dia masih belum memberikan kabar? Kabar terakhir sudah lewat dua jam tiga puluh menit. Apa dia sesibuk itu? Tapi ini seharusnya sudah jam istirahat .... Hubungi orang yang memantau, Lavira. Sedang apa dia sekarang, sehingga tak bisa mengirim kabar kepadaku,” celoteh Avram sekarang sudah meraih benda pipih tersebut.“Baik, Tuan. Akan saya hubungi mere ....”Tring ... tring ... tring ...Kalimat Rino terputus saat ponsel genggam pria itu lebih dulu berdering. Keningnya sedikit berkerut ketika melihat nama ketua dari pengawal yang memantau Lavira. Rino melirik Avram yang juga sedang menatapnya dengan wajah menunggu, terlihat tak sabar.“Hem,” deham Rino menerima telepon tersebut.“Gawat, Tuan. Nyonya Dakasa hilang.”Mata Rino melotot mendengar laporan tersebut. Melihat ekspresi Rino, Avram semakin merasa penasaran. Dia menatap temannya itu dengan wajah menunggu tak sabar.“Jangan main-main kau,” desis Rino dingin.“Maafkan kami, Tuan. Tadi Nyonya melarang
Siara dan Feria terkejut ketika melihat Avram keluar dari dalam lift. Pria itu bergerak cepat dengan wajah dinginnya. Sepasang ibu dan anak itu secara otomatis berdiri dan menatap Avram dengan wajah ngeri. Mereka tak berani bersuara, apalagi Feria yang kini antara ngeri dan kagum melihat wajah tampan pria itu.‘Astaga, kalau dari dekat seperti ini memang sangat tampan. Meski mengerikan, tetap saja dia tampan. Jika aku benar-benar menikah dengannya dan kami memiliki anak ... tidak bisa dibayangkan nanti anakku akan seperti apa. Aku cantik dan bapaknya tampan, ya ampuun,’ jerit Feria di dalam hati.‘Ingin ke mana dia? Jangan bilang kalau dia sudah tahu tentang penculikan itu? Apa dia sekarang ingin turun tangan sendiri?’ batin Siara malah merasa waswas saat ini.“Masih belum ada laporan baru tentang istriku?” tanya Avram di sela langkahnya dan suara itu terdengar oleh Siara serta Feria.“Belum, Tuan. Sepertinya mereka masih proses mencari,” jawab Rino terus melangkah.“Jika sampai terja
Sekumpulan mobil mewah masuk ke halaman salah satu sekolahan elit tersebut. Semua murid dan guru yang berada tak jauh dari sana secara otomatis menoleh ke arah sekumpulan mobil mewah itu. Kehebohan para pengawal Dakasa mencari Lavira di sekitaran sekolah membuat kepala sekolah menghentikan aksi belajar mengajar.Tentu saja, karena kepala sekolah dan para guru tak ingin menjadi amukan Avram, sang penguasa Dakasa. Bahkan mereka pun ikut mencari dan membantu para pengawal Dakasa mencari keberadaan Lavira. Bahkan mereka mengecek CCTV, tetapi tak menghasilkan apa-apa, sebab Marni sudah lebih dulu menyuruh orang untuk meng-hack CCTV tersebut.Brak ...Mereka semua terkejut ketika tiba-tiba seorang laki-laki keluar dan menutup pintu tak santai. Semua orang yang ada di sana ternganga, terutama para kaum hawa. Mereka semua terpana dengan wajah Avram yang baru saja keluar dari dalam mobil. Wajah tampan yang kini menjadi pusat perhatian semua orang, tanpa terkecuali.“Astaga, siapa pria itu? Di
Lavira menangis dalam diam kali ini. Air matanya terus mengalir, tetapi tak ada suara seperti tadi. Hatinya sakit, perih dan sesak ketika mendengar kenyataan cara kepergian sang ibunda. Ibu yang tak pernah dilihatnya secara langsung, hanya melalui foto. Ibu yang selama ini dia kita meninggal kerena melahirkannya, nyatanya karena dibunuh secara sengaja.Bak ada angin kegelapan, seketika hati bersih Lavira hampir dipenuhi oleh kabut dendam. Perempuan itu menangis dalam diam, menahan semua rasa sakit yang ada di tubuhnya. Siksaan itu masih berlanjut, Marni dan Joana benar-benar ingin membunuh Lavira dengan siksaan yang tiada henti.‘Mama ... aku ingin bertemu. Mungkin kita benar-benar akan segera bertemu, ya? Aku sakit hati, Ma. Aku sangat sakit hati, ternyata mereka sudah sangat keterlaluan. Dia yang membunuh Mama, sekarang dia juga ingin membunuhku. Apa salah kita, Ma? Andai aku masih diberi kesempatan untuk hidup, mungkin dendam ini akan awet ada di dalam hati, sehingga aku mengingink
“K-kak,” balas Lavira pelan.Rahang Avram semakin mengeras melihat keadaan Lavira jauh dari kata baik-baik saja. Dadanya bergemuruh, antara amarah dan rasa bersalah. Dia merasa bersalah karena tak berhasil melindungi Lavira, sampai membuat sang istri terluka begitu parah. Dia terlambat dan hal itu semakin membuat Avram merasa marah kepada dirinya sendiri.“Aku minta maaf,” lirih Avram menahan gemuruh di dalam dadanya.“Kakak tidak salah,” jawab Lavira mencoba terlihat biasa. Meski tadi jiwa Lavira sempat berubah mejadi dingin dan tajam. Akan tetapi, ketika melihat wajah Avram, Lavira si polos kembali seperti semula, mudah senyum dan begitu menenangkan.“Kamu tidak baik-baik saja, kita harus ke rumah sakit sekarang. Rino sedang menyiapkan mobil, kamu tenanglah. Aku akan membuat mereka mambayar semuanya, mereka akan mati di tanganku sendiri,” ucap Avram khawatir, terdengan mendesis di ujung kalimatnya.“Tidak, Kak.”“Aku tak akan mendengarkan kata-katamu untuk kali ini, Vira. Mereka ...
Avram melangkah cepat membawa tubuh Lavira ke dalam salah satu ruangan operasi rumah sakit. Dia memang langsung membawa tubuh Lavira ke rumah sakit. Sekarang lorong rumah sakti itu terdengar bising oleh suara langkah kaki Avram bersama para pengawal Dakasa yang membuat semua orang merasa ngeri. “Tangani istri saya, cepat!” teriak Avram langsung membawa tubuh Lavira ke dalam ruangan operasi. Beberapa dokter dan para perawat sempat terkejut melihat kedatangan Avram yang begitu tiba-tiba. Mereka langsung mengambil peralatan dan membiarkan Avram menidurkan tubuh Lavira di atas ranjang. Lavira sendiri sekarang sedang memejamkan matanya merasa sudah terlalu kelelahan dengan rasa sakit memenuhi sekujur tubuhnya. “M-mohon tunggu di luar dulu, Tuan,” ucap seorang dokter kepada Avram. “Kenapa saya harus menunggu di luar? Saya akan menemani istri saya di sini,” balas Avram dingin. Seluruh dokter dan perawat yang mendengar itu terdiam. Mereka saling tatap dengan wajah ragu dan bingung. Meliha
Setelah selesai dari ruangan gawat darurat. Lavira masih belum sadarkan diri, dan itu dijelaskan jika efek bius. Mendengar hal tersebut membuat Avram sudah cukup lebih tenang. Melihat bagaimana keadaan sang istri yang sudah ditangani dan diberi obat.Avram memutuskan untuk kembali ke gedung tua di mana tempat Lavira disekap tadi. Sembari menunggu Lavira sadarkan diri dari bius dokter. Avram ingin membalaskan semua hal yang didapatkan Lavira kepada si pelaku. Dia jamin sekarang Marni dan Joana masih di sana menerima pukulan atau balasan dari bawahan Avram, sesuai perintah pria itu.“Anda akan lama di sini, Tuan?” tanya Rino kepada Avram yang baru keluar dari mobil.“Tak lama, peringatkan aku dengan waktu Lavira sadar. Sebelum istriku sadar, aku sudah harus berada di sana,” jawab Avram sambil melangkah masuk ke dalam gedung tua itu.Semakin masuk, suara erangan dan teriakan minta ampun mulai menyapa indera pendengaran Avram. Pria itu menatap dingin dua manusia yang kini sedang bergelung