Share

Bab 2

Author: Catatan Riska
last update Last Updated: 2025-06-25 15:58:45

“Apa?” Kening Alicia mengkerut mendengarnya. “Aku tahu kau tidak menginginkan pernikahan ini, tapi aku juga bukan robot yang bisa kau abaikan begitu saja, River.”

River akhirnya menatap mata Alicia. Wajahnya tak menunjukkan ekspresi apa pun, hanya diam sejenak sebelum akhirnya bicara, “Kalau kau ingin uangnya lebih cepat, pura-pura saja kau sedang honeymoon dengan pria sempurna. Di depan media, kita pasangan bahagia. Di belakang, kau bukan siapa-siapa. Hanya itu saja.”

Deg.

Ucapan itu seperti palu yang menghantam jiwanya. Mata Alicia membelalak—bukan karena kaget, tapi karena amarah yang mulai mendidih. Ucapan itu benar-benar menusuk relung hatinya yang paling dalam.

“Jadi bagimu, aku ini cuma istri kontrak?” tanyanya dengan nada sinis.

“Lebih tepatnya, tamu dengan batas waktu tinggal. Dan kuingatkan sekali lagi padamu, jangan mengganggu hidupku. Aku tidak butuh drama, tidak butuh air mata, dan terutama—tidak butuh istri cerewet yang mencoba masuk dalam urusanku.”

Alicia berdiri. Wajahnya merah padam mendengarnya. “Lalu kenapa kau mau menikah? Kalau hidupmu begitu sempurna, kenapa susah sekali menolak permintaan nenekmu itu?!”

Rahang River mengetat mendengar ucapan Alicia tadi. Dia kemudian mendekat bahkan hidung mereka nyaris bersentuhan karena jarak itu terlalu dekat.

“Kau pikir aku punya pilihan?” gumamnya dengan nada rendah. “Kau bukan satu-satunya pion dalam permainan ini, Alicia.”

Setelah itu, ia berjalan keluar kamar dan membanting pintu dengan suara keras yang menggetarkan dinding.

Sementara Alicia mengerang kesal, lalu meraih bantal dan melemparkannya ke pintu. "Sialan! Pernikahan macam apa yang akan kujalani ini?” gumamnya lalu mengembuskan napasnya dengan kasar.

Tak lama kemudian, notifikasi ponselnya berbunyi. Dia meraih dengan kasar ponsel tersebut dan mengerutkan keningnya melihat pesan masuk.

‘Kau harus menaklukan hatinya, Alicia. Jika kau berhasil membuatnya jatuh cinta, apa pun yang kau inginkan hanya tinggal menjetikkan jari. Ingat, Alicia. Bahkan nyawa perusaahan ayahmu bergantung padamu!’

Alicia langsung menggigit bibir bawahnya melihat pesan masuk tersebut. Dia menikah dengan River karena perjanjian gila yang terpaksa dia sepakati.

“Pantas saja wanita tua itu memintaku menggodanya. Ternyata cucu kesayangannya ini sangat dingin dan tidak mudah ditaklukan.”

Akan menjadi PR utama Alicia dalam menjalani pernikahan ini—membuat River jatuh cinta dan tergila-gila padanya.

**

Sayangnya, usaha Alicia masih belum membuahkan hasil. Sudah dua hari sejak dia sah menjadi istri River, dia belum juga berhasil menaklukan pria itu.

Meski River tak pernah pulang sebelum larut malam. Akan tetapi, setiap kali datang, ia langsung masuk ke kamar kerja di lantai dua dan tak keluar sampai pagi. Ia bahkan tidak pernah mau makan malam bersama dengan Alicia.

Alicia pun hidup seperti hantu di rumah besar itu—makan sendiri, duduk sendiri, bicara sendiri. Para pelayan menghormatinya, tapi ia tahu semua itu hanya karena status ‘Nyonya Louis’ yang disematkan dengan dingin di daftar kepala rumah tangga.

Sampai suatu siang, Alicia mulai jengah. Ia turun ke ruang kerja River sambil membawa nampan makan siang. “Kalau kau tidak makan, setidaknya jangan mati kelaparan dan membuatku jadi janda terlalu cepat,” serunya dari balik pintu.

Tidak ada jawaban dari makhluk hidup yang berada di dalam ruangan tersebut.  Alicia mendapati River duduk di belakang meja kerjanya yang mewah tengah menatap layar laptop dengan tatapan serius.

“Lagi-lagi proyek? Atau mencoba mencari cara menceraikan istrimu yang menyebalkan ini?” ejek Alicia kemudian mencoba tersenyum walau hatinya pedih.

Rivern mengangkat kepalanya dengan pelan lalu menatapnya datar. “Apa kau tidak punya hobi selain menggangguku, huh?”

Alicia lantas masuk dan meletakkan nampan di atas mejanya dengan sengaja menggeser tumpukan berkas sedikit. “Ya. Aku akan membuat hobi dengan menyabotase hidupmu. Sepertinya sangat menyenangkan.”

River bangkit berdiri dengan ekspresi jengah. “Dengarkan aku baik-baik, Alicia. Aku tidak membutuhkan perhatianmu. Aku tidak meminta pelayanan darimu. Dan aku tidak peduli seberapa keras kau mencoba terlihat seperti istri yang baik di hadapanku.”

Alicia mendekat seolah menantang suaminya itu. “Kalau kau ingin aku berhenti, usir aku. Laporkan pada nenekmu itu. Putuskan kontrak. Tapi jangan—jangan menyuruhku bertingkah seolah aku tidak hidup di rumah ini. Aku bukan bayangan, River.”

Mata River menyala sejenak. Ia maju cepat, hingga tubuh mereka hanya berjarak sejengkal.

“Kalau kau bukan bayangan, buktikan. Bertahanlah di bawah tekanan. Karena aku tidak akan memberimu satu pun ruang untuk bernapas di sini.”

Alicia tersenyum sinis. “Kau pikir aku takut? Aku tumbuh dari keluarga yang nyaris bangkrut, River. Ditolak, disalahpahami, dan diabaikan itu sudah menjadi sarapan pagiku.”

Seketika mata River bergerak menelusuri wajah Alicia. Ada sesuatu di sana—bukan rasa kagum, bukan juga simpati. Tapi mungkin, ketertarikan yang masih ia ingkari.

Ia mundur satu langkah. Lalu berbisik dingin, “Jangan terlalu dekat, Alicia. Karena saat kau jatuh, aku tidak akan menangkapmu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mila Arianti
waduh... bener bener aneh nih river
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 54

    “Jadi itu maksud kedatanganmu ke sini?” suara Steven bergetar tapi sarat akan amarah.“Hanya untuk membelaku—atau lebih tepatnya membela River seperti biasanya? Tidak heran! Dari dulu, apa pun yang terjadi, kau selalu di pihaknya. Tidak pernah sekalipun di pihakku!”Monica menatapnya tajam, tidak tergoyahkan sedikit pun oleh ledakan emosinya.“Dan bagaimana aku bisa berpihak padamu, Steven, kalau semua yang kau lakukan hanya membuat River murka? Kau tidak pernah berhenti menusuknya dari belakang, memanfaatkan kelemahan orang lain demi keuntunganmu sendiri.”Steven menghempaskan gelas ke meja. Cairan merah berceceran di atas kayu, tapi dia tidak peduli.“Aku juga cucumu, Monica! Cucu! Bukan hanya River seorang! Apa kau pikir dunia ini hanya berputar di sekitar dia? Kau selalu menyanjungnya, mengangkatnya sebagai pewaris segalanya, seolah aku ini sampah yang tidak layak dihitung!”Nada suaranya meninggi, matanya merah penuh dendam.Monica berdiri perlahan, tubuh tuanya memancarkan wibaw

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 53

    Pagi itu, sinar matahari yang hangat menembus tirai ruang tamu rumah River, tapi suasana di dalam rumah sama sekali tidak mencerminkan ketenangan.Alicia duduk di sofa, kedua tangannya menutupi wajah yang masih sembab. Malam tadi masih berputar di kepalanya—ucapan Steven, tatapan kecewa River, dan keputusannya yang menyesal.Pintu pagar depan berbunyi. Tak lama, ketukan terdengar di pintu utama.Alicia buru-buru bangkit dan mengusap sisa air matanya lalu membuka pintu.Sosok Monica berdiri di sana dengan penampilan rapi seperti biasa, tas tangan di lengan kirinya.“Alicia,” sapa Monica dengan senyum tipis, meski matanya langsung menyapu ruangan tengah mencari seseorang. “River ada?”Alicia tercekat lalu menundukkan wajahnya. “Nenek … River … dia tidak ada di rumah.”Monica mengernyit. “Tidak ada? Pagi-pagi begini ke mana dia?” tanyanya kemudian.Pertanyaan itu menusuk hati Alicia. Sejenak ia ragu, tetapi rasa bersalah menekannya. Wajahnya memucat dan bibirnya bergetar.“Kami … berteng

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 52

    “Kalau aku terus di sini,” gumamnya dalam hati, “…aku takut aku akan mengucapkan hal-hal yang tak seharusnya.”Dengan langkah pelan namun mantap, River memutar tubuhnya menuju pintu.Alicia memperhatikannya dari tepi tempat tidur. Wajahnya tetap kaku, seolah tak ingin menunjukkan sedikit pun kelembutan.Ia tidak bertanya mau ke mana, tidak memanggil, tidak mencoba menghentikan.Tangan River menyentuh kenop pintu. Untuk sesaat, dia hampir membalikkan badan, hampir berkata sesuatu untuk terakhir kali.Tapi kemudian dia menelan semua kata itu, menggantinya dengan diam yang terasa berat.Klik.Pintu kamar terbuka, dan River melangkah keluar.Langkahnya bergema di lorong rumah yang sepi. Tak ada suara yang mengikutinya, tak ada panggilan dari Alicia. Hanya desahan napasnya sendiri yang terdengar.Begitu ia membuka pintu depan, udara malam yang dingin menyapu wajahnya. Ia menarik napas panjang, mencoba membiarkan rasa sesak di dadanya terurai.Namun rasa itu justru makin menekan, seperti aw

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 51

    Pintu rumah terbuka dengan hentakan keras saat River masuk dengan langkah besar, napasnya masih tersengal karena terburu-buru.Jas yang tadi rapi kini tergantung di lengannya. Matanya langsung menyapu ruang tamu tengah mencari sosok istrinya.Alicia sedang berdiri di dekat jendela sedang menatap keluar seolah tidak peduli siapa yang masuk.Tapi tubuhnya tegang. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuh, menahan sesuatu yang jelas-jelas membara di dadanya.“Alicia?” River menghampiri istrinya dengan langkah hati-hati.“Di mana kau tadi?” tanya Alicia dengan suara datarnya.River menaikan alisnya kemudian menjawab, “Di kantor. Kau tahu itu—”“Aku tanya,” potong Alicia dan menoleh perlahan ke arah River.Tatapannya tajam, matanya memerah, entah karena marah atau menahan air mata.“Apa kau masih berhubungan dengan Elena? Atau mungkin lebih dari sekadar rekan kerja? Jawab aku dengan jujur kalau kau memang mencintaiku.”River menghela napas berat kemuidan mendekat. “Alicia, dengarkan aku. Elen

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 50

    “Aku tidak peduli dengan semua yang kau katakan padaku, Steven.” Alicia kemudian meninggalkan pria itu dan berjalan dengan cepat ke dalam rumahnya.Alicia membuka pintu rumah dengan lemas. Bahkan langkah kakinya terasa berat, seolah seluruh tenaga terkuras hanya untuk sampai di sini.Begitu pintu tertutup rapat di belakangnya, dunia seakan menjadi hening.Ia meletakkan tas di atas meja kecil di dekat pintu lalu berjalan tanpa arah menuju sofa.Begitu duduk, tubuhnya langsung terasa lunglai. Tangannya menutupi wajah, dan air mata yang sejak tadi ditahan akhirnya tumpah tanpa bisa dibendung.Isak kecil lolos dari bibirnya. “Aku … harus percaya siapa?” gumamnya dengan suara parau.Kata-kata Steven kembali bergema di kepalanya, jelas, menusuk, dan memecah keyakinannya."River tidak akan pernah puas dengan satu wanita. Kau hanya akan jadi tameng dan fantasi seksnya."Alicia menggeleng kuat, mencoba menepis suara itu. Namun semakin dia mencoba, semakin nyata rasa ragu yang menyusup. Semua y

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 49

    Alicia baru saja menutup pintu mobilnya ketika suara langkah seseorang terdengar mendekat.Ia mendongak dan mendapati Steven berdiri hanya beberapa meter darinya. Tatapan pria itu penuh dengan sesuatu yang sulit diartikan—entah ejekan, atau sekadar kepuasan aneh melihatnya.“Untuk apa kau datang kemari?” tanya Alicia datar dengan kedua tangannya menahan tali tas yang tergantung di bahunya.Steven tersenyum miring, seperti orang yang baru saja menemukan celah untuk menusuk lawan.“Aku cuma ingin bicara. Dan … aku tahu sesuatu,” ujarnya santai tapi nadanya mengandung racun.Alis Alicia sedikit berkerut. “Sesuatu?” ulangnya kemudian. “Apa yang kau tahu, Steven?”Steven mengangguk dan melangkah beberapa langkah ke arah Alicia.“Aku tahu kau melihatnya,” lanjut Steven kemudian memperlihatkan foto saat Alicia melihat River tengah menggendong Elena menuju klinik.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status