Share

Istri Kecil Sang Pewaris
Istri Kecil Sang Pewaris
Author: Catatan Riska

Bab 1

Author: Catatan Riska
last update Last Updated: 2025-06-25 15:37:16

"Aku rasa ini mimpi buruk."

Alicia berdiri kaku di depan cermin rias berukir emas mengenakan gaun pengantin putih yang terlalu mewah untuk pernikahan yang bahkan tak pernah ia impikan sebelumnya.

Gaun itu bukan pilihannya. Riasan wajah ini pun bukan keinginannya. Bahkan suaminya—pria yang kini menyandang status pasangan sah di atas kertas—bukan seseorang yang dia kenal lebih dari sepuluh menit.

River Arthur Louis. Berusia 33 tahun, seorang konglomerat dingin, sukses, dan sama sekali tidak menyenangkan.

Pernikahan mereka dilangsungkan di sebuah ballroom hotel bintang lima sore tadi. Tidak ada yang special ketika pernikahan itu berlangsung. Hanya tanda tangan di atas selembar surat nikah, lalu sambutan dingin dari pria yang bahkan tidak menatap matanya saat mengucap, “Selamat datang di neraka.”

Alicia tertawa getir saat mengingatnya. Apa ini hidupnya sekarang? Seorang istri pesanan?

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam ketika dia akhirnya dipersilakan memasuki kamar utama mansion keluarga Louis—kamar yang konon hanya boleh dimasuki oleh istri sah River.

Tapi kini, tempat tidur besar itu hanya menjadi saksi bisu kegugupan yang tak berujung. Alicia duduk di tepi ranjang seraya menggenggam ujung rok gaunnya, menunggu sesuatu yang tak pasti.

"Kenapa dia belum datang juga?" gumamnya dengan pelan.

Namun, tak lama kemudian pintu kamar terbuka dan membuat Alicia tersentak. Di ambang pintu, berdiri sosok tinggi berbalut setelan hitam. Dasi telah dilepas, kancing kemeja bagian atas terbuka, menampilkan leher jenjang dan kulit yang bersih. Rambutnya sedikit berantakan, dan matanya tajam seperti biasa—dingin dan tak terbaca.

River masuk tanpa berkata sepatah kata. Ia tidak menatap Alicia. Tidak menanyakan kabar. Tidak memuji penampilannya. Hanya berjalan melewatinya seperti angin dingin musim gugur.

"Selamat malam." Alicia memberanikan diri untuk menyapa pria yang kini telah berstatus menjadi suaminya.

River tak menjawab. Dia hanya menaruh jam tangan di meja nakas, membuka coat-nya perlahan, lalu berjalan ke arah balkon. Alicia bangkit berdiri sebab bingung harus berbuat apa. Bukankah ini malam pengantin? Haruskah ia mencoba berbicara?

“River?” panggilnya dengan nada hati-hati.

Pria itu berhenti kemudian membalikkan badan perlahan, dan untuk pertama kalinya malam itu, mata mereka bertemu. Ada kilatan dingin di sana. Sesuatu yang menusuk dan membuat Alicia kehilangan kata-kata.

Lalu dia berjalan ke arahnya. Langkahnya yang berat seperti pemangsa yang mendekati mangsanya. Seketika itu jantung Alicia berdetak cepat.

River berhenti tepat di hadapannya. Hanya berjarak satu tarikan napas. Tatapan itu terlalu dekat, terlalu tajam dan terlalu dalam. Alicia menelan ludah, tidak tahu harus berbuat apa. Tapi sebelum sempat berpikir lebih jauh, tubuhnya terangkat begitu saja.

"A—Apa?!"

River mengangkatnya ke dalam gendongannya, tangan kirinya menopang punggung, tangan kanan menyelip di bawah pahanya. Alicia memekik pelan melihatnya. Napasnya tercekat dengan wajah yang memerah padam.

"Ke-kenapa kau—"

Namun sebelum sempat melanjutkan protes, River membawanya berjalan menuju tempat tidur. Alicia meneguk ludah. Apakah ini saatnya? Apakah dia akan—

Tapi yang terjadi justru kebalikannya.

Tanpa aba-aba, River melepaskannya. Alicia jatuh ke atas kasur empuk itu, nyaris tak sempat menahan diri. Ia mendesis pelan, tubuhnya sedikit terpantul sebelum akhirnya terbaring dengan gaun pengantin kusut.

Matanya menatap River dengan perasaan bingung yang menjalar. "Apa-apaan ini?" desisnya kemudian.

River menatapnya dari atas tanpa bersuara sedikit pun. Hanya menatapnya dengan tatapan dingin, penuh intimidasi namun sayangnya terlihat sangat menawan.

“Aku hanya ingin memastikan kau tidak berharap terlalu tinggi,” ucapnya dengan suara rendah tapi terdengar sangat tajam. “Jangan salah paham. Kita memang menikah, tapi bukan karena aku menginginkannya.”

Alicia terdiam. Matanya menatap nanar pria di hadapannya itu. Pria itu memang tampak indah, mempesona, tapi juga sangat dingin.

River mundur satu langkah lalu mengambil bantal dari ranjang dan melemparnya ke sofa panjang di pojok ruangan.

“Aku tidur di sana. Kau di sini. Jangan pernah menggangguku sedikit pun!”

Alicia mengerutkan alisnya kemudian duduk perlahan dengan tubuh masih gemetar. Perih? Ya. Tapi bukan karena jatuh. Bukan pula karena kecewa. Lebih kepada rasa ditolak yang membekas dalam dadanya.

“Kau tidak perlu bersikap seperti aku ini penyakit menular, River,” gumamnya lirih.

River berhenti di tengah langkahnya. Kemudian menoleh dengan tatapan datar. "Aku punya alasan sendiri. Jangan paksa aku untuk menjelaskan, karena kau tidak akan tahan jika mendengarnya."

“Coba saja,” tantangnya meski suaranya bergetar. Matanya menatap nanar wajah River yang masih menatapnya dengan tatapan dingin.

River hanya tersenyum sinis, lalu berkata dengan nada yang sangat jelas dan menusuk, “Jangan harap aku akan menyentuhmu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 32

    Waktu sudah menunjuk angka delapan pagi.Udara pagi di Pegunungan Rocky terasa menusuk tulang, tapi kabin mewah mereka tetap hangat.Dari jendela besar yang menghadap pegunungan bersalju, sinar matahari menyelinap pelan dan menyapa wajah Alicia yang masih tertidur di dada telanjang River.Lelaki itu sudah terjaga lebih dulu, matanya menatap istrinya dengan intensitas yang tenang namun dalam.Rambut Alicia berantakan dengan cara yang membuatnya terlihat semakin memesona.Di balik selimut bulu angsa itu, tubuh mereka masih telanjang, saling menyatu sejak semalam, tak terpisahkan oleh apapun.River mencium pelipis Alicia dengan lembut. “Pagi, Mrs. Louis,” bisiknya dengan suara serak penuh sisa gairah.Alicia menggumam kecil, lalu mengangkat wajahnya. Bibirnya memerah dan basah, mata cokelatnya masih setengah mengantuk. “Mmm ... pagi. Apa tadi malam nyata? Tubuhku … benar-benar seperti baru saja ditimpa oleh batu

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 31

    Perjalanan menuju tempat bulan madu mereka dimulai tepat setelah makan malam.Langit Kanada semakin gelap, namun lampu-lampu kota memancarkan kehangatan di balik udara yang mulai menggigit.Alicia duduk di dalam mobil hitam elegan yang membawa mereka menuju lokasi yang belum diberitahu oleh River.Ia sesekali melirik ke arah suaminya yang duduk diam di samping, tampak sibuk dengan ponselnya. Namun di sela-sela kesibukannya, River masih sempat menggenggam tangan Alicia.“Berapa lama lagi kita sampai?” tanya Alicia penasaran.River menoleh dan tersenyum samar. “Sedikit lagi. Bersabarlah.”Alicia hanya bisa mengangguk. Dalam hatinya, ia setengah gugup, setengah bersemangat.Ada bagian dalam dirinya yang ingin percaya ini akan menjadi malam yang berbeda dari malam-malam sebelumnya.Malam di mana River mungkin akan lebih terbuka. Malam di mana jarak mereka perlahan mencair.Sekitar tiga puluh menit kem

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 30

    Pagi itu, udara Kanada masih menyisakan kesejukan. Salju tipis yang mencair di sepanjang jalan terlihat berkilau tertimpa cahaya matahari.Alicia bangun lebih awal dari biasanya. Ia berdiri di depan cermin, mengenakan gaun krem elegan tanpa lengan yang jatuh rapi hingga mata kaki.Rambutnya digulung rapi ke atas, menyisakan beberapa helai lembut yang menggantung di sisi pipinya. Ia terlihat menawan—dan kali ini, ia benar-benar menyadarinya.River hanya menatapnya sebentar dari balik koran yang dibacanya sambil duduk di sofa.Senyum tipis menghiasi wajahnya. “Kau semakin mirip istri CEO sekarang,” komentarnya.Alicia menoleh dengan alis terangkat. “Jangan-jangan kau baru sadar aku memang istrimu?”River terkekeh pelan. “Oh, aku sadar. Hanya saja baru sekarang kau terlihat seperti akan menggantikan posisi CEO.”“Berlebihan.”“Sedikit.”Mereka berangkat menuju kantor cabang baru River yang berada di jantung kota, tepat di gedung pencakar langit yang menghadap Danau Ontario.Hari ini adal

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 29

    Langit Kanada menjuntai cerah dengan bias matahari yang lembut memantul di atas hamparan salju yang mulai mencair.Perjalanan dari London ke Toronto berlangsung cukup tenang, dan kali ini Alicia tampak lebih tenang daripada sebelumnya.Ia mencoba menghibur dirinya sendiri. Senyum tipis sering menghiasi wajahnya meski hatinya belum sepenuhnya pulih dari pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab.River yang duduk di sampingnya sesekali melirik ke arah Alicia. Ia menyadari bahwa istrinya tengah berusaha keras untuk menyesuaikan diri.Dan meskipun hatinya ingin berkata banyak, ia tetap memilih diam. Mungkin karena kebiasaan. Mungkin karena takut jika penjelasan justru membuka luka baru.Setibanya di Kanada, mereka disambut oleh udara sejuk dan langit biru jernih.River yang biasanya kaku, untuk pertama kalinya mengajak Alicia berjalan santai di pusat kota, berkeliling di kawasan tua Quebec dengan bangunan-bangunan Eropa yang megah dan jalanan berb

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 28

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Langit London berwarna kelabu, nyaris tanpa cahaya matahari.Embun masih menempel di kaca jendela suite hotel saat Alicia terbangun lebih dulu. Ia menoleh ke sisi tempat tidur, mendapati River sudah tidak ada di sana. Hanya sisa kehangatan di ranjang yang menandakan sang suami baru saja pergi.Ia duduk perlahan, menarik selimut hingga ke dada, memandangi ruang kosong yang sunyi.Tidak ada secangkir teh di meja nakas, tidak ada jejak kebersamaan yang tersisa dari semalam. Hanya hening. Dingin. Dan jarak yang rasanya makin membesar, tak terlihat, tapi menyakitkan.Sesaat kemudian, pintu kamar terbuka. River masuk dengan tablet di tangan, masih mengenakan kemeja putih yang belum sepenuhnya dikancing. Wajahnya serius, seperti sedang memikirkan banyak hal.“Kau sudah bangun?” tanyanya singkat bahkan tanpa senyum di bibirnya.Alicia mengangguk pelan. “Kau baru saja keluar?” tanyanya kemudian.“Ya. Meme

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 27

    Langit London menyambut dengan nuansa abu-abu yang elegan. Gerimis tipis jatuh di atas jendela saat mobil mewah berhenti di depan sebuah hotel bintang lima yang berdiri megah di tengah kota.Gedung itu menjulang anggun dengan lampu-lampu hangat di setiap sudutnya, dan petugas hotel segera membuka pintu dengan senyum profesional.Alicia turun lebih dulu, mengenakan coat krem panjang dan sepatu hak yang dipilihkan langsung oleh stylist pribadi River.Wajahnya tampak tenang, meski jantungnya berdegup kencang. Ini pertama kalinya ia datang ke luar negeri sebagai istri CEO—bukan hanya sebagai tamu, bukan sebagai staf, tetapi sebagai representasi pribadi dari seorang River Louis.River turun menyusul, mengenakan jas abu-abu gelap yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Sikapnya tetap tenang dan penuh wibawa. Di belakang mereka, beberapa bodyguard segera menyebar, mengawasi sekitar.Begitu mereka masuk ke lobi, sebuah tim yang terdiri dari beberapa orang pria dan wanita berpakaian formal sud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status