Share

Istri Kecil Tuan Andika
Istri Kecil Tuan Andika
Author: Neny nina

Dipaksa menikah

Author: Neny nina
last update Last Updated: 2025-05-15 09:50:19

Dipaksa nikah.

***

“Reina! Kamu harus menikah ldengan pria pilihan Ayah. Ayah sudah janji ke seseorang untuk menikahkan kamu dengannya.”

Wanita muda yang cantik bernama Reina natasya tersedak mendengar ayahnya mengatakan hal itu. Seketika matanya melebar. Ia meletakkan gelas air yang sedang ia minum di atas meja.

“Ayah … apaan sih, Yah! Aku kan masih SMA. Satu bulan lagi aku akan lulus. Aku akan mencari pekerjaan. Kok malah ngomongin soal nikah. Aneh-aneh saja Ayah ini.”

Reina bersungut dan hendak pergi ke kamarnya. Tapi ibunya, Sita, memanggilnya untuk duduk kembali.

“Reina! Kamu jangan pergi dulu! Tidak sopan meninggalkan orang tua yang belum selesai bicara!”

Dengan terpaksa, Reina duduk kembali. Wajahnya tidak lagi cerah.

Mahmud menarik napas dalam dan menghenpaskannya.

“Sebenarnya Ayah juga nggak tega memaksamu untuk nikah dengannya. Tapi mau bagaimana lagi? Hutang kita sudah menumpuk. Kita sudah tidak punya tanah lagi untuk melunasi hutang ke beliau. Apalagi uang. Jika kamu mau menikah dengan beliau, beliau menjanjikan, semua hutang kita akan dianggap lunas.”

Reina tertawa kecil. Tawa yang menyakitkan untuknya. Dia merasa antara percaya dan tidak percaya mendengar kata-kata ayahnya yang selama ini sangat menyayanginya. Ayah yang selalu menuruti keinginannya, walaupun dia hanya meminta apa yang bisa disanggupi ayahnya saja. Karena ia sadar ayahnya hanya seorang kuli bangunan.

“Jadi, Ayah mau menjadikan aku sebagai pelunas hutang?!” Mata Reina mulai berkaca-kaca.

“Ayah sebenarnya tidak tega! Tapi, kita tidak punya jalan lain, Nak. Maafkan Ayah.”

Mahmud menundukkan kepalanya. Dia meremas jemarinya. Sedangkan Sita, sang istri mengelus bahu suaminya yang terlihat sangat menyesali tindakannya.

Sebenarnya Sita juga kasihan kepada Reina. Putri pertama mereka harus berkorban demi melunasi hutang. Tapi karena tidak ada jalan lain, terpaksa dia mendukung keputusan suaminya.

Reina memperhatikan kedua orang tuanya. Nampak sangat jelas di matanya kalau kedua orang tuanya begitu putus asa. Tapi, ia juga tidak mau mengorbankan hidup dan sekolahnya demi membayar hutang kedua orang tuanya.

Ia berpikir keras. Lalu bertanya kepada ayahnya, “Berapa hutang Ayah?”

Tetapi, angka yang disebutkan ayahnya diluar prediksinya.

“Lima ratus juta.”

“Haaa! Li_lima ratus juta?! Hutang apaan itu?!”

“Kamu gak usah banyak tanya, Re! Sebaiknya kamu persiapkan saja dirimu untuk menikah besok!”

“Besok?! Reina harus menikah besok? Ayah akan menikahkan Reina, besok?! Dengan orang yang sama sekali belum Reina kenal?!”

Ketiga adiknya juga menunjukkan keterkejutan mereka.

Muka Reina merah padam. Matanya yang tadi hanya berkaca-kaca, sekarang dibanjiri air mata yang mengalir deras.”

“Re! Ibu yakin, kalau orang yang dipilihkan ayahmu untuk menjadi jodohmu, pasti yang terbaik untukmu.”

“Bu! Mungkin pilihan Ayah, yang terbaik menurut Ayah. Tapi bukan menurutku. Jodoh yang baik itu, jodoh yang datang dari Allah! Bukan jodoh yang datang karena hutang piutang.”

“Mungkin ini jalan dari Allah Subhana huwata'ala, Nak.” Sita meyakinkan anaknya agar menuruti keinginan Mahmud.

Reina masuk ke kamarnya dengan kesal. Dia menangis dengan menutup mulutnya dengan bantal.

Sedangkan Sita dan Mahmud menyesali kemiskinan mereka.

“Jika saja saya tidak punya banyak hutang, tentu kita tidak harus memaksa anak kita untuk menikah muda!”

“Gak apa-apa, Mas! Reina itu bukan lagi anak kemarin sore. Dia sudah cukup umur untuk menikah. Dan orang yang akan kita nikahkan dengan Reina, bukanlah orang sembarangan. Hidupnya pasti akan terjamin jika dia menikah dengannya. Jadi, Mas gak perlu merasa menyesal. Seperti yang Aku bilang tadi, mungkin ini sudah jalan dari Yang Maha Kuasa.”

“Semoga saja keputusan kita ini tidak salah ya, Dek?”

Sita mengamini kata-kata suaminya.

“Terima kasih, Dek. Selama ini, kamu selalu memberiku semangat dan mendukung semua keputusanku,” ucap Mahmud penuh haru.

“Karena, aku yakin, keputusan Mas itu tidak pernah salah.”

Reina menutup kedua telinganya dengan bantal. Dia tidak mau mendengar perbincangan kedua orang tuanya. Ingin memberontak pun percuma. Terpaksa dia menerima nasibnya. Setidaknya, ini adalah baktinya kepada ayah ibunya.

Ketiga adiknya masuk ke kamarnya tanpa bersuara. Mereka tidak berani mengganggu kakak mereka yang sedang menangis. Buku pelajaran yang sudah selesai mereka baca, diletakkan di lemari belaja yang ada di samping tempat tidur mereka. Mereka tidur tanpa menghiraukan Reina.

Entah berapa lamanya Reina menangis, hingga dia terlelap.

Adzan subuh berkumandang. Sita membangunkan Reuni setelah ia selesai shalat subuh. Biasanya dia tidak perlu membangunkan Reina dan adik-adiknya. Mereka selalu terbangun saat suara adzan berkumandang. Tapi karena Reina habis menangis semalaman, membuat dia terlelap.

Reina bangun dan langsung pergi berwudhu tanpa bicara dengan ibunya.

Setelah melaksanakan shalat subuh, dia mencari buku pelajaran yang akan ia bawa ke sekolah. Menghapalnya sedikit, lalu menyimpan bukunya di dalam tas. Tak lupa ia menyapu rumah dan langsung mandi. Sedangkan ibunya menyiapkan sarapan. Setelah mandi, dia memakai seragam sekolahnya seperti biasa. Kemudian ia menyantap sarapan yang sudah ada di meja makan bersama ketiga adiknya, juga Sita dan Mahmud.

Reina menyantap sarapannya tanpa bicara sepatah kata pun. Dia tidak peduli dengan keheranan orang tuanya, yang menatapnya dengan tatapan heran.

Mahmud saling pandang dengan Sita lalu menatap Reina. Sedangkan ketiga adiknya menatap mereka bergantian.

“Kenapa kamu masih pakai seragam, Nak?” tanya Sita di sela-sela suapannya.

“Karena hari ini bukan hari libur,” jawabnya tanpa ekspresi. Dia memakan nasi goreng buatan ibunya dengan lahap. Setelah selesai, bergegas ia mengambil tas sekolahnya.

“ Aku berangkat,” ucap Reina seraya mengucapkan salam.

Sita ingin menghentikannya, tapi tangannya ditahan oleh Mahmud.

Ketiga adik Reina berseru, “Tunggu, Kak!” mereka mencium punggung tangan kedua orang tua mereka lalu berlari menyusul Reina.

Adiknya yang bungsu masih kelas empat sekolah dasar. Namanya Keysa. Adiknya yang di atas si bungsu, kelas tujuh SMP, namanya Caca. Sedangkan yang di bawah Reina, kelas sembilan SMP. Namanya Tasya. Arah ke sekolah mereka sama.

Sita mengutarakan kecemasannya kepada sang suami.

“Mas! Pernikahannya nanti sore. Kalau Reina masih berangkat ke sekolah, Aku takutnya dia akan melarikan diri nantinya. Kamu lihat kan? Bagaimana dia menolak perjodohan ini dengan keras?”

Mahmud tersenyum.

“Aku yakin, Dek. Putri kita tidak seperti itu. Dia pasti akan menuruti keinginan kita. Dia tidak akan membiarkan kita terlilit hutang.”

“Bagaimana jika keyakinan Mas, salah?”

“Aku tidak akan salah menilai putri kita. Aku sangat percaya, putri kita mempunyai jiwa yang luhur dan berbakti kepada kita. Jadi, dia tidak akan melarikan diri.”

“Terserah Mas saja! Tapi kalau dia tidak pulang, jangan salahkan aku.”

Sita beranjak meninggalkan meja makan dengan semua piringkotor untuk dibawanya ke tempat pencucian piring.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kuli bangunan punya hutang 500 juta?? utk apa tu duit
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Kecil Tuan Andika   Mengakui atau Diakui

    Letty menikukkan pandangan merendahkan Reina. Dengan tersenyum miring dia berkata, "Reina. Kamu itu lebih cocok jadi pembantu mas Andika dari pada menjadi istrinya. Jadi aku sarankan jangan terlalu percaya diri."Mata Reina tak sengaja melebar saat dia direndahkan oleh Letty. Mulutnyapun ternganga. Tape terlihat lucu dan menggemaskan oleh Andika. Tapi kemudian Reina tersenyum sebelum menjawab perkataan Letty."Oh ya? Kamu menganggapku lebih cocok jadi pembantu Mas Andika? Kamu tahu? Jika aku saja yang lebih cocok jadi pembantu justru dilamar jadi seorang ratu, dengan mahar pantastis, oleh Mas Andika, sebaiknya kamu lebih menyadari kedudukan kamu di mata Mas Andika." Kata-kata Reina penuh penekanan.Letty merasa direndahkan oleh gadis kecil yang dianggapnya hanya pantas menjadi seorang pembantu. Dia mencoba mencari pembelaan dari Andika."Mas! Berani sekali wanita ini menghinaku."Tangannya hendak memangku Andika. Tetapi Andika segera berpindah posisi ke samping Reina. Hampir saja Lett

  • Istri Kecil Tuan Andika   Saya Istri Sahnya

    Sita heran melihat karyawan yang ternyata seorang menejer di mall itu sangat sopan kepadanya. Begitu juga dengan petugas keamanan. Baik Sita maupun Mahmud merasa aneh dengan pelayanan yang ia terima berbeda dengan pelayanan terhadap pengunjung yang lain.Sita pun bertanya untuk mengobati rasa penasarannya."Eh, em, Pak. Maaf. Saya mau tanya.""Silakan, Buk. Tanya saja.""Apa Bapak kenal dengan menantu saya?""Maksud Ibuk Tuan Andika?""Iya. Benar.""Tuan Andika adalah pemilik mall ini.""Apa?!" Sita dan Mahmud serentak berkata.Dia tidak menyangka kalau menantunya ternyata sekaya itu. Dan yang lebih membuatnya heran, kenapa menantunya tidak seperti orang kaya lainnya yang suka memamerkan kekayaannya. Andika terlihat ramah seperti orang biasa."Tidak aku sangka anakku mempunyai suami yang setajir ini," batin Sita.Sita memegang pergelangan tangan suaminya."Ibu tidak apa-apa?" tanya menejer hotel tersebut.Sita yang sempoyongan merasa tenggorokannya kering. Dia meraba lehernya."Cepat

  • Istri Kecil Tuan Andika   ke mall

    Mobil mulai melaju di jalanan beton sampai ke jalanan aspal. Keseruan masih terjadi di dalam mobil yang sudah penuh oleh keluarga Reina.Reina terpesona melihat keakraban antara Andika dengan seluruh keluarganya. Seperti tidak ada batasan menantu dan mertua, Andika juga begitu akrab dengan ayah dan ibunya.Tidak ada kekurangan Andika yang bisa membuatnya tidak menyukai Andika. Tapi entah kenapa di hatinya masih ada dilema. Diantaranya, adik iparnya yang ternyata orang yang pernah mengucapkan janji kepadanya untuk mempersuntingnya kelak, pernikahannya yang dibangun atas dasar kebohongan, dan juga mantan kekasih Andika yang tiba-tiba datang ke rumah baru yang katanya sengaja disediakan Andika untuknya."Ah. Kenapa aku kepikiran mantan pacarnya mas Andika? Apa aku cemburu?" batin Reina. Dia segera menghilangkan rasa itu.Mobil yang dikendarai Andika sudah sampai di parkiran mall. Seorang petugas keamanan memberi hormat kepada Andika. Reina dan keluarganya heran melihatnya.Setelah menyer

  • Istri Kecil Tuan Andika   kesepakatan

    Sita terkejut mendengar Tasya, Caca dan Keisya bersorak kegirangan menyambut Andika dan Reina. Dia juga ikut senang melihat kegembiraan ketiga putrinya menyambut kakak mereka."Hore! Bang Andika dan Kak Reina sudah pulang.""Iya! Kita jadi dong pergi ke mall beli baju baru."Sita dan Mahmud keluar untuk menyambut mereka. Tetapi melihat wajah Reuni yang kusut kegembiraan mereka berubah menjadi ketegangan. Sita menyuruh ketiga anaknya untuk masuk ke kamar mereka."Kalian bertiga pergilah ke kamar kalian dulu. Nanti kalau mau pergi, akan Ibu panggil," suruhnya.Andika dan Mahmud saling pandang penuh arti. Mahmud menaikkan sedikit alisnya untuk bertanya menggunakan kode itu. Andika membalas dengan anggukan. Seketika wajah Mahmud menjadi pucat. Sita mendekati Reina untuk bertanya."Ada apa, Nak? Semuanya baik-baik saja kan?""Tidak ada yang baik-baik saja, Bu."Sita menoleh ke arah Andika yang menundukkan pandangannya."Ayo duduk dulu, dan ceritakan apa yang terjadi." Mereka semua duduk d

  • Istri Kecil Tuan Andika   Terkejut melihat Letty pinsan

    Reina terkejut melihat Letty yang tiba-tiba pingsan dan dipapah oleh Andika. Andika segera meletakkannya di atas sofa.Andika menyuruh Bi Mumun mengambil segelas air. Kemudian dia mengambil air sedikit dan mencipratkannya ke muka Letty. Letty tersadar dan segera memeluk Andika.“Sayang! Aku tadi bermimpi buruk,” rengeknya dengan manja.Andika melepaskan tangan Letty dari tubuhnya. “Letty! Sadarlah. Ini adalah kenyataan. Kenyataan bahwa aku sudah menikah, dan kita juga sudah putus sebelum aku menikahi Reina.”“Tidak, Sayang! Kamu adalah calon suamiku. Aku datang untuk melanjutkan hubungan kita kembali.”“Sudah terlambat. Sekarang aku suami Reina. Lebih baik sekarang kamu lanjutkan hidupmu dengan orang lain.”“Aku tidak mau!” Air bening mulai membasahi pipinya yang mulus.“ … Kamu adalah masa depanku. Kalaupun aku mau, aku tidak bisa melupakanmu, Mas!”“Mas Andika akan jadi milikmu sampai kami bercerai nanti,” timpal Reina yang sudah muak mendengar perdebatan mereka. Seketika Andika da

  • Istri Kecil Tuan Andika   Teman lama atau cinta lama

    Reina mengatur napasnya yang sudah tidak beraturan. Suasana kamar yang sejuk hampir saja membuatnya terbuai dalam asmara yang belum pernah dia alami sebelumnya. Hal yang ditunggunya tidak jadi terjadi.Tetapi bukannya senang, dia justru bertanya-tanya dan menduga, kemungkinan suaminya ini tidak punya selera untuk berhubungan dengan wanita.“Apa karena itu, dia mau menerima perjodohan denganku? Apa itu kekurangannya? Kalau memang itu, pantas saja dia memberikan mahar yang cukup besar kepadaku dan bersedia melunaskan hutang ayahku hanya dengan menikahiku,” batinnya. “Jika aku mengatakan yang sebenarnya, kamu janji tidak akan marah, Sayang?”“Iya. Aku janji.”“Semua hutang ayahmu adalah kebohongan. Kami sengaja membohongimu agar kamu mau menikah denganku.”“Apa?! Jadi Mas dan ayahku bersekongkol membohongiku?!”“Bukankah kamu sudah janji untuk tidak marah?” tanyanya seperti anak kecil.“Tapi ini penipuan!” Su

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status