Home / Romansa / Istri Kecil Tuan Andika / ijab Qabul dadakan

Share

ijab Qabul dadakan

Author: Neny nina
last update Last Updated: 2025-05-15 09:51:47

2 Ijab Qabul dadakan

***

Dari jauh sudah tampak tenda pelaminan dan hiasan bunga-bunga terpajang dan bergantungan di depan rumah Reina. Dada Reina berdebar kencang. Ternyata kata-kata ayahnya bukan sebuah lelucon seperti yang diharapkan.

Dia melangkahkan kakinya yang terasa ingin roboh ke tanah. Air matanya menetes mamandangi bunga yang bergelantungan di setiap sudut tenda di depan rumahnya, sampai ke dalam rumahnya.

Berbeda dengannya, ketiga adiknya tampak sangat bersemangat dan bergembira.

“Wah! Makan enak nih,” seru si bungsu sambil berlari ke dalam. Kedua kakaknya juga mengikutinya.

Seseorang datang menuntunnya untuk segera masuk dan berganti pakaian. Dia adalah bibinya. Adik dari ibunya yang datang dari desa sebelah. Dia sengaja datang untuk menghadiri pernikahan Rena.

“Bibi? Bibi di sini?” tanya Reina seperti orang bingung.

“Iya, Sayang. Tadi pagi ibumu menelpon Bibi. Katanya kamu akan menikah hari ini. Makanya Bibi ada di sini.” perempuan itu memeluk Reina dengan penuh kasih sayang.

Di dalam rumahnya, suasana sudah ramai oleh para tetangga yang menyiapkan hidangan. Sedangkan dekorasi, dikerjakan oleh orang-orang yang profesional. Terlihat dari rapi dan cepatnya mereka mengerjakan pekerjaan mereka.

“Pergilah mandi dan shalat Zuhur dulu, Re. Setelah itu, kamu makan dan berganti pakaian,” suruh bibinya setelah mereka di dalam. Reina tidak menjawab. Dia justru menanyakan keberadaan ibunya yang tidak tampak diantara orang banyak.

“Ibu mana, Bi?”

“Ibu di sini,” seru ibunya yang datang dari arah dapur.

Tanpa ba-bi-bu, Reuni menarik tangan ibunya ke dalam kamar. Lagi-lagi Reina terpana melihat isi kamarnya yang sudah berubah. Dari kasur butut sudah menjadi Spring bed baru yang besar dengan sprei mahal. Dari lemari butut yang pintunya sudah patah, menjadi lemari besar yang terlihat mewah, dan dihiasi dengan dekorasi yang indah. Dia tidak mau berlama-lama mengagumi kamarnya. Dia langsung bicara kepada ibunya.

“Bu! Aku tidak mau menikah! Aku masih mau sekolah, Bu.”

“Nanti kamu bicarakan dengan suamimu. Jika kamu sudah menikah, semua keputusan yang kamu ambil, harus seizin suamimu.Termasuk sekolah.”

“Tapi aku tidak mau menikah, Bu!” seru Reina dengan suara tercekat.

Sita menghempaskan napasnya sebelum menjawab kata-kata anaknya.

“Baiklah! Terserah kamu, Re. Ibu tidak akan memaksamu lagi. Semua hiasan, tenda dan hidangan termasuk tempat tidur dan lemari baru yang kamu lihat ini dibiayai oleh calon suamimu. Ibu dan ayahmu tidak rugi apa-apa. Ibu ikhlas jika ayahmu masuk penjara.”

Air mata Sita jatuh membasahi pipinya. Dia keluar dan menutup pintu kamar Reina.

Reina terduduk di ranjang empuk yang baru dia lihat di kamarnya. Sudah lama ia menginginkan ranjang baru seperti ini. Tapi sekarang, saat ia mendapatkannya, dia tidak menginginkannya sama sekali.

Kata-kata ibunya yang mengatakan ayahnya akan dipenjara jika ia menolak pernikahan ini, membuatnya harus mengambil keputusan yang berat dalam hidupnya. Dia harus mau menikah karena dia tidak ingin ayahnya masuk penjara hanya gara-gara dia menolak dinikahkan.

“Re … kamu cantik sekali! Calon suamimu pasti pangling melihatmu,” ucap bibinya yang bernama Dani. Dia menatap keponakan kesayangannya dengan rasa kagum.

“... Akan lebih cantik lagi jika kamu tidak menangis.” Dia memegang bahu Reina dari belakang. Reina yang duduk menatap dirinya di cermin, sudah berusaha keras untuk tidak menangis. Tapi, sekuat apapun ia menahan air mata, sekuat itu pula air bening itu berontak untuk keluar.

Melihat Reina menangis, bibinya menarik napas dan tersenyum.

“Kamu tahu Re! Tadi ibumu juga menangis tidak henti-henti. Hanya di depanmu dan ayahmu dia terlihat tegar. Di belakangmu dia sangat rapuh. Jika kamu seperti ini, dia akan menyesali keputusannya karena sudah memaksamu menikah.”

Reina menghapus air matanya menggunakan tissue secara perlahan agar tidak merusak make upnya.

“Ibu tidak akan menyesal, Bi. Ibu sangat menyayangi ayah. Dia rela menjualku demi ayah. Baginya lebih baik mereka menjualku dari pada membiarkan ayah masuk penjara.”

“Lalu? Apa kamu mau membiarkan ayahmu masuk penjara?”

Reina menggeleng sambil terisak. Dani mengelus bahu Reina. Kembali ia menghempaskan napasnya.

“Re! Tidak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya, apalagi menjualnya. Suatu saat nanti, kamu akan mengerti, dan kamu akan berterima kasih kepada ayah dan ibumu.”

Dalam hati, Reina berkata, “Sudah pasti ayah dan ibu menjodohkan aku dengan seorang kakek-kakek. Apa aku harus berterima kasih karena telah dijodohkan dengan kakek-kakek?”

“Pengantin pria dan penghulu sudah menunggu,” ucap seorang tetangga menjemput Reina.

“Sudah, Nak. Sekarang kamu tarik napas, dan terima takdir ini dengan ikhlas. Maka hatimu, akan tenang,” bisik Dani di telinga Reina..

Reina keluar didampingi oleh Dani dan tetangganya.

Bisik-bisik tetangganya yang lain membuat Reina penasaran dengan wajah calon suami yang mereka gadang-gadang sangat tampan.

“Beruntung sekali Reina, ya? Dapat suami setampan itu.”

“Iya! Seperti seorang pangeran dari kahyangan. Jika aku mendapatkan menantu seperti dia, aku akan puasa setiap Senin dan Kamis.”

“Apa iya, dia setampan itu?” batin Reina..

Reuni terus berjalan perlahan. Karena ia memakai kebaya, kakinya tidak bisa melangkah lebar. Dia berusaha mencari celah untuk melihat wajah calon suaminya. Tapi, kerumunan orang yang hadir membuat Reuni kesulitan untuk melihat wajah calon suaminya.

“Tolong beri jalan untuk pengantin,” seru dua orang pemuda berseragam batik. Reina belum pernah melihat mereka sebelumnya.

“Mungkin mereka berdua anggota pelaksana acara,” batin Reina. Padahal, diluar sepengetahuan Reina, dua orang itu adalah ajudan Andika Permana, calon suaminya sendiri.

Akhirnya Reina dapat melihat punggung calon suaminya. Punggung yang kekar sedang duduk bersila membelakanginya di depan penghulu.

Reina dituntun duduk di sisi kiri calon suaminya. Reina ingin menoleh ke arah pengantin pria, untuk mengobati rasa penasarannya. Tapi entah kenapa ia merasa malu. Bulu romanya merinding saat duduk berdekatan dengan pria yang akan menjadi suaminya itu. Aroma tubuhnya yang wangi, seolah menghipnotis Reina. Sehingga ia merasa nyaman untuk duduk berdekatan dengan pria yang ada di sampingnya.

Akhirnya ijab Qabul pun dibacakan oleh penghulu. Andika menjawab dengan satu tarikan napas tanpa ada kesalahan.

“Saya terima nikah dan kawinnya Reina natasya binti Mahmud, dengan mas kawin satu hektar tanah, satu set perhiasan emas, sebuah cincin berlian dan uang lima ratus juta dibayar tunai!”

Semua saksi yang hadir mengucapkan kata sah. Reina dapat mendengar helaan napas lega dari mempelai pria. Selain itu ia juga heran dengan mahar yang diberikan oleh lelaki yang sudah menghalalkannya. Dia sudah melunasi hutang ayahnya yang setara dengan uang mahar. Tetapi kenapa lelaki itu masih memberinya mahar begitu banyak?

Kembali bisik-bisik tetangga riuh di belakangnya. Semua orang memuji dan mengagumi lelaki yang sudah menghalalkan Reina. Mereka juga memuji nasib baik Reina.

“Beruntung sekali Reina, ya?”

“Iya! Gak nyangka maharnya sebesar itu. Gak kaleng-kaleng.”

“Mana orangnya tampan banget. Tajir melintir lagi.”

“Cium punggung tangan suamimu,” bisik Dani di telinga Reina.

Reina dan lelaki yang bernama Andika Permana itu mengubah posisi duduknya sehingga saling berhadapan.

Reina menjabat tangan Andika yang sudah disodorkannya sebelum Reuni. Mencium punggung tangan yang hangat dan lembut itu dengan khidmat. Tanpa dia sadari, ternyata keningnya dipegang dengan tangan kiri dan dibacakan do'a, lalu dicium dengan penuh rasa syukur dan kasih sayang.

Saat bibir lelaki itu menyentuh keningnya, Reuni merasa ada kehangatan di sana. Andika tersenyum ramah lalu mengedipkan sebelah matanya, menggoda Reuni. Semua yang melihat pun riuh menyoraki dengan penuh kegembiraan.

Reuni bergegas menunduk dan menyembunyikan mukanya yang merona karena malu.

ini

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kecil Tuan Andika   Berpikir lebih dewasa

    Reina segera melepas rengkuhan tangan Andika dan menyambar handuk yang ada di gantungan kain lalu bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu. Saat melewati dapur, ternyata Sita sedang di dapur. Pada hari -hari sebelumnya, Sita memang selalu bangun sepagi itu, untuk menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anak dan suaminya. Tidak hanya itu, dia selalu memanaskan air untuk mandi suaminya. Karena suaminya tidak kuat mandi dengan air dingin. “Reina! Ibu sudah panaskan air untuk mandi suamimu. Apa suamimu sudah bangun?” Andika yang tiba-tiba datang dari belakang Reina menyahuti, “Tidak usah repot-repot, Bu. Aku mandi pakai air dingin saja.” Reina terkejut saat Andika menyahuti kata-kata ibunya. Dia tidak tahu kalau Andika mengekor dari belakang. Dia merasa malu berdekatan dengannya di depan ibu dan ayahnya. Apalagi saat mengingat kejadian barusan, dia benar-benar merasa malu terhadap Andika. Dia pergi ke kamar mandi tanpa berkata apapun. “Gak repot kok nak Andika. Sekalian tad

  • Istri Kecil Tuan Andika   Teriakan dimalam pertama

    Setelah shalat isya berjamaah, Reina mencium punggung tangan Andika. Andika memanjatkan do'a yang di Aamiinkan oleh Reina. Sita dan Mahmud tersenyum bahagia melihat mereka melaksanakan shalat wajib berjamaah. Sita merapatkan pintu kamar mereka yang masih terbuka separuh, lalu mengajak suaminya untuk kembali ke kamar mereka yang ada di sebelah kamar Reina. Rumah itu hanya memiliki tiga kamar yang letaknya bersebelahan. Kamar yang pertama dihuni oleh Reina dan Andika. Kamar kedua dihuni oleh Mahmud dan Sita, kamar ke tiga dihuni oleh ketiga adik Reina. Sedangkan kamar mandinya hanya ada satu. Mereka menggunakannya secara bergantian. Setelah sampai di kamar mereka, Mahmud duduk di tempat tidurnya dengan tersenyum bahagia. Tetapi di sela senyumnya, ada bulir bening yang menetes dari bola matanya. “Kenapa Mas menitikkan air mata?” tanya Sita heran setengah berbisik, karena takut akan didengar oleh Reina dan menantunya. “Ini air mata bahagia, Bu. Mas bersyukur, akhirnya anak kita b

  • Istri Kecil Tuan Andika   Malam pertama

    Malam Pertama *** Suara ponsel Andika berdering. Andika mohon pamit kepada Reina untuk mengangkat ponselnya. “Re! Mas keluar sebentar.” Reina mengengguk dengan tersenyum kecil. “Baru malam pertama menikah saja sudah mau sembunyi-sembunyi mengangkat teleponnya,” batin Reina.. Lagi-lagi ada rasa curiga di hati Reina melihat tingkah orang yang baru tadi sore menghalalkannya itu. Dengan sengaja dia mengikuti Andika secara diam-diam. Andika meletakkan ponselnya di telinga sambil bergegas berjalan ke luar. Setelah sampai di luar, dia kembali mematikan ponselnya. Terlihat Andika menemui seorang lelaki berpakaian seragam warna hitam. Orang itu menyerahkan beberapa bungkusan kepada Andika. Lalu dua orang yang memakai pakaian batik yang tadi mengatur kerumunan di acaranya juga ada di sana. Reina mengernyitkan dahinya heran. “Kenapa orang organizer masih ada di sini? Ini kan sudah malam,” batin Reina. Mereka terlihat menunduk memberi hormat sebelum meninggalkan Andika. Reina m

  • Istri Kecil Tuan Andika   Mencari kekurangan

    mencari kekurangannya *** Reina merasa pernikahan paksaan itu berujung dengan hatinya yang menghangat. Sekilas dia melihat wajah suaminya. Ternyata benar bisik-bisik tetangganya, bahwa pengantinnya tampan sekali. Belum pernah dia melihat lelaki setampan orang yang sudah menghalalkannya itu. Tanpa ia sadari, senyum bahagia tersungging di bibirnya. Tapi ada tanda tanya dalam hatinya yang belum terjawab. “Kenapa pria seganteng ini mau dijodohkan denganku? Tadinya aku pikir yang akan menikah denganku seorang kakek-kakek atau seorang yang cacat. Apa dia punya kekurangan yang belum aku lihat?” Acara ijab Qabul telah selesai. Namun ada rasa curiga yang masih tersimpan dalam benak Reina. “Apa kekurangan orang ini sehingga dia mau melunaskan hutang ayahku yang sebanyak itu hanya dengan menikahiku.” hatinya terus bertanya. Sekarang saatnya dia bersalaman dan berkenalan dengan keluarga dari orang yang baru menghalalkannya. Saat bersalaman dengan kedua orang tua si suami, Reina d

  • Istri Kecil Tuan Andika   ijab Qabul dadakan

    2 Ijab Qabul dadakan *** Dari jauh sudah tampak tenda pelaminan dan hiasan bunga-bunga terpajang dan bergantungan di depan rumah Reina. Dada Reina berdebar kencang. Ternyata kata-kata ayahnya bukan sebuah lelucon seperti yang diharapkan. Dia melangkahkan kakinya yang terasa ingin roboh ke tanah. Air matanya menetes mamandangi bunga yang bergelantungan di setiap sudut tenda di depan rumahnya, sampai ke dalam rumahnya. Berbeda dengannya, ketiga adiknya tampak sangat bersemangat dan bergembira. “Wah! Makan enak nih,” seru si bungsu sambil berlari ke dalam. Kedua kakaknya juga mengikutinya. Seseorang datang menuntunnya untuk segera masuk dan berganti pakaian. Dia adalah bibinya. Adik dari ibunya yang datang dari desa sebelah. Dia sengaja datang untuk menghadiri pernikahan Rena. “Bibi? Bibi di sini?” tanya Reina seperti orang bingung. “Iya, Sayang. Tadi pagi ibumu menelpon Bibi. Katanya kamu akan menikah hari ini. Makanya Bibi ada di sini.” perempuan itu memeluk Reina deng

  • Istri Kecil Tuan Andika   Dipaksa menikah

    Dipaksa nikah. *** “Reina! Kamu harus menikah ldengan pria pilihan Ayah. Ayah sudah janji ke seseorang untuk menikahkan kamu dengannya.” Wanita muda yang cantik bernama Reina natasya tersedak mendengar ayahnya mengatakan hal itu. Seketika matanya melebar. Ia meletakkan gelas air yang sedang ia minum di atas meja. “Ayah … apaan sih, Yah! Aku kan masih SMA. Satu bulan lagi aku akan lulus. Aku akan mencari pekerjaan. Kok malah ngomongin soal nikah. Aneh-aneh saja Ayah ini.” Reina bersungut dan hendak pergi ke kamarnya. Tapi ibunya, Sita, memanggilnya untuk duduk kembali. “Reina! Kamu jangan pergi dulu! Tidak sopan meninggalkan orang tua yang belum selesai bicara!” Dengan terpaksa, Reina duduk kembali. Wajahnya tidak lagi cerah. Mahmud menarik napas dalam dan menghenpaskannya. “Sebenarnya Ayah juga nggak tega memaksamu untuk nikah dengannya. Tapi mau bagaimana lagi? Hutang kita sudah menumpuk. Kita sudah tidak punya tanah lagi untuk melunasi hutang ke beliau. Apalagi uang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status