mencari kekurangannya
*** Reuni merasa pernikahan paksaan itu berujung dengan hatinya yang menghangat. Sekilas dia melihat wajah suaminya. Ternyata benar bisik-bisik tetangganya, bahwa pengantinnya tampan sekali. Belum pernah dia melihat lelaki setampan orang yang sudah menghalalkannya itu. Tanpa ia sadari, senyum bahagia tersungging di bibirnya. Tapi ada tanda tanya dalam hatinya yang belum terjawab. “Kenapa pria seganteng ini mau dijodohkan denganku? Tadinya aku pikir yang akan menikah denganku seorang kakek-kakek atau seorang yang cacat. Apa dia punya kekurangan yang belum aku lihat?” Acara ijab Qabul telah selesai. Namun ada rasa curiga yang masih tersimpan dalam benak Reuni. “Apa kekurangan orang ini sehingga dia mau melunaskan hutang ayahku yang sebanyak itu hanya dengan menikahiku.” hatinya terus bertanya. Sekarang saatnya dia bersalaman dan berkenalan dengan keluarga dari orang yang baru menghalalkannya. Saat bersalaman dengan kedua orang tua si suami, Reuni disambut dengan hangat. “Selamat datang dalam keluarga kami, Sayang.” Siti memeluk Reuni dengan penuh kasih sayang. Reuni yang tadinya masih merasa malu dan takut, kini merasa dekat dengan Siti. Dia merasa diterima dengan baik di keluarga itu. Begitupun saat bersalaman dengan ayah mertuanya. Samsul memeluk Reuni seperti seorang ayah kepada putri kandungnya. Sekarang saatnya dia bersalaman dengan kedua orang tuanya. Dia takkuasa menahan air matanya. Meskipun dia tidak jadi menikah dengan orang yang sudah tua seperti perkiraannya, tetapi dia tetap menyesali pernikahan di usia muda. Banyak tamu meminta berfoto dengan pasangan yang serasi itu. Mereka berdua sampai kewalahan. Senyum bahagia tidak lepas dari kedua pengantin. Tapi setiap gerakan Andika, tidak lepas dari pengawasan mata Reuni. Dia selalu mencari kekurangan di dalam kelebihan Andika yang tampak di matanya. “Wah! Ganteng banget! Ibu boleh berfoto dengan nak Andika, ya.” Seorang ibu-ibu berbadan gemuk menyosor ingin berfoto dengan Andika sampai-sampai Reuni hampir terjatuh. Untung Andika dengan cekatan menangkap tubuh mungil Reuni. Reuni terkejut karena hampir saja ia terjatuh. Tapi ia terpesona saat tatapan mata mereka bertemu. “Kamu tidak apa-apa Re?” tanya Andika cemas. Suara Andika begitu candu di telinga Reuni. Dia senang sekali mendengar suara lelaki itu. Tapi ia tidak mau menunjukkannya. Dalam hati dia berkata, “Suara, ok. Tenaga, aman. Ketangkasan dan kecekatan, baik. Mata bersih. Senyum lumayan. Pendengaran sepertinya tidak ada masalah. apa ya kekurangannya?” “Iya! Aku baik-baik saja,” jawabnya masih dengan rasa canggung. “Maaf ya, Nak Andika dan Nak Reuni. Gara-gara Ibu Nak Reuni hampir saja terjatuh.” Ibu itu menyatukan kedua telapak tangannya di dada dengan penuh penyesalan. “Tidak apa-apa, Bu.” Jawaban serentak terlontar dari bibir Andika dan Reuni. “Wah! Kalian memang pasangan serasi. Bikin iri banyak orang. Ibu do'akan, semoga rumah tangga kalian selalu dilimpahi kebahagiaan, Sakinah, mawadah dan warahmah. Aamiin.” Ucapan Aamiin pun serentak di ucapkan oleh pasangan sejoli itu. Setelah mengucap Aamiin, mereka saling pandang secara serentak. Tapi setelahnya, Reuni cepat-cepat menundukkan pandangannya. “Aduh! Kalau begini, bagaimana bisa aku mencari kelemahan atau kekurangannya? Menatap matanya saja aku sudah lembek,” batin Reuni. Para tamu sudah mulai menghilang satu persatu, sampai tinggallah hanya keluarga inti saja. Sekarang saatnya berfoto keluarga. Juragan Samsul berdiri di samping Reuni. Sedangkan Nyonya Siti berdiri di samping Andika, lalu sebaliknya. “Siti, Samsul dan juga kedua orang tua Reuni hanya tersenyum bahagia melihat Andika yang berinisiatif menggandeng tangan Reuni saat berfoto keluarga. Begitu juga saat berfoto bersama para tamu yang diundang atau pun yang tidak diundang. Sedangkan Reuni terlihat malu. “Sayang. Ini kado dari Mama untuk menantu tertua Mama!” Siti berkata seraya mengeluarkan sebuah kotak kecil yang berisi gelang emas. Dia langsung memakaikannya ke pergelangan tangan kiri Reuni. Reuni ingin menolak. Tapi dia merasa tidak enak hati melakukannya, karena takut akan melukai perasaan wanita yang sudah menjadi mertuanya itu. Wanita yang terlihat sangat baik dan penyayang. “Terima kasih, Tante.” “Jangan panggil Tante, Sayang. Sekarang, kamu sudah menjadi putri mama. Kedudukanmu di mata mama, sama dengan Andika. Jadi, kamu panggil Mama ya, Sayang?” ucapnya lembut seraya menggenggam tangan Reuni. “I_iya, Mama. Makasih, Ma.” “Nah. Gitu, dong.” Senja sudah berganti malam. Kedua orang tua Andika dan juga sanak famili terdekatnya berpamitan untuk pulang. Memang mereka sengaja hanya mengundang keluarga terdekat saja, karena acaranya mendadak. “Andika? Sekarang sudah malam. Papa sama Mama pamit pulang dulu. Apa kamu mau ikut, atau tinggal?” tanya Juragan Samsul. Siti mencubit kecil tangan Juragan Samsul sambil tersenyum. Reuni merasakan ada hal-hal yang belum pernah ia rasakan dalam hatinya. Ia berharap lelaki itu pergi, tapi di lubuk hatinya yang paling dalam juga berharap lelaki itu tinggal bersamanya. Dengan dada berdebar dan harap-harap cemas, Reuni menanti jawaban dari Andika. Dari sudut matanya, Reuni dapat melihat Andika melirik ke arahnya sebelum menjawab pertanyaan papanya. “Enggak, Ma. Pa. Andika tinggal saja.” Jawaban Andika sontak disambut gelak tawa seluruh keluarga Reuni dan keluarga Andika. Andika terlihat malu karena merasa sudah dikerjai papanya sendiri. “Reuni … Mama pulang dulu, ya? Mama titip suamimu! Kalau dia nakal, bilang sama Mama. Biar Mama marahi dia nanti.” Reuni hanya tersenyum malu mendengar kata-kata mama mertuanya.Reuni segera melepas rengkuhan tangan Andika dan menyambar handuk yang ada di gantungan kain lalu bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu. Saat melewati dapur, ternyata Sita sedang di dapur.Pada hari -hari sebelumnya, Sita memang selalu bangun sepagi itu, untuk menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anak dan suaminya. Tidak hanya itu, dia selalu memanaskan air untuk mandi suaminya. Karena suaminya tidak kuat mandi dengan air dingin.“Reuni! Ibu sudah panaskan air untuk mandi suamimu. Apa suamimu sudah bangun?”Andika yang tiba-tiba datang dari belakang Reuni menyahuti, “Tidak usah repot-repot, Bu. Aku mandi pakai air dingin saja.”Reuni terkejut saat Andika menyahuti kata-kata ibunya. Dia tidak tahu kalau Andika mengekor dari belakang. Dia merasa malu berdekatan dengannya di depan ibu dan ayahnya. Apalagi saat mengingat kejadian barusan, dia benar-benar merasa malu terhadap Andika. Dia pergi ke kamar mandi tanpa berkata apapun.“Gak repot kok nak Andika. Sekalian tadi Ibu juga
Setelah shalat isya berjamaah, Reuni mencium punggung tangan Andika. Andika memanjatkan do'a yang di Aamiinkan oleh Reuni.Sita dan Mahmud tersenyum bahagia melihat mereka melaksanakan shalat wajib berjamaah. Sita merapatkan pintu kamar mereka yang masih terbuka separuh, lalu mengajak suaminya untuk kembali ke kamar mereka yang ada di sebelah kamar Reuni.Rumah itu hanya memiliki tiga kamar yang letaknya bersebelahan. Kamar yang pertama dihuni oleh Reuni dan Andika. Kamar kedua dihuni oleh Mahmud dan Sita, kamar ke tiga dihuni oleh ketiga adik Reuni. Sedangkan kamar mandinya hanya ada satu. Mereka menggunakannya secara bergantian.Setelah sampai di kamar mereka, Mahmud duduk di tempat tidurnya dengan tersenyum bahagia. Tetapi di sela senyumnya, ada bulir bening yang menetes dari bola matanya.“Kenapa Mas menitikkan air mata?” tanya Sita heran setengah berbisik, karena takut akan didengar oleh Reuni dan menantunya.“Ini air mata bahagia, Bu. Mas bersyukur, akhirnya anak kita bisa mener
Malam Pertama***Suara ponsel Andika berdering. Andika mohon pamit kepada Reuni untuk mengangkat ponselnya. “Re! Mas keluar sebentar.” Reuni mengengguk dengan tersenyum kecil.“Baru malam pertama menikah saja sudah mau sembunyi-sembunyi mengangkat teleponnya,” batin Reuni.Lagi-lagi ada rasa curiga di hati Reuni melihat tingkah orang yang baru tadi sore menghalalkannya itu. Dengan sengaja dia mengikuti Andika secara diam-diam.Andika meletakkan ponselnya di telinga sambil bergegas berjalan ke luar. Setelah sampai di luar, dia kembali mematikan ponselnya. Terlihat Andika menemui seorang lelaki berpakaian seragam warna hitam. Orang itu menyerahkan beberapa bungkusan kepada Andika. Lalu dua orang yang memakai pakaian batik yang tadi mengatur kerumunan di acaranya juga ada di sana. Reuni mengernyitkan dahinya heran.“Kenapa orang organizer masih ada di sini? Ini kan sudah malam,” batin Reuni.Mereka terlihat menunduk memberi hormat sebelum meninggalkan Andika. Reuni merasa Andika tidak
mencari kekurangannya***Reuni merasa pernikahan paksaan itu berujung dengan hatinya yang menghangat. Sekilas dia melihat wajah suaminya. Ternyata benar bisik-bisik tetangganya, bahwa pengantinnya tampan sekali. Belum pernah dia melihat lelaki setampan orang yang sudah menghalalkannya itu.Tanpa ia sadari, senyum bahagia tersungging di bibirnya.Tapi ada tanda tanya dalam hatinya yang belum terjawab.“Kenapa pria seganteng ini mau dijodohkan denganku? Tadinya aku pikir yang akan menikah denganku seorang kakek-kakek atau seorang yang cacat. Apa dia punya kekurangan yang belum aku lihat?”Acara ijab Qabul telah selesai. Namun ada rasa curiga yang masih tersimpan dalam benak Reuni.“Apa kekurangan orang ini sehingga dia mau melunaskan hutang ayahku yang sebanyak itu hanya dengan menikahiku.” hatinya terus bertanya.Sekarang saatnya dia bersalaman dan berkenalan dengan keluarga dari orang yang baru menghalalkannya.Saat bersalaman dengan kedua orang tua si suami, Reuni disambut dengan ha
2 Ijab Qabul dadakan***Dari jauh sudah tampak tenda pelaminan dan hiasan bunga-bunga terpajang dan bergantungan di depan rumah Reuni. Dada Reuni berdebar kencang. Ternyata kata-kata ayahnya bukan sebuah lelucon seperti yang diharapkan.Dia melangkahkan kakinya yang terasa ingin roboh ke tanah. Air matanya menetes mamandangi bunga yang bergelantungan di setiap sudut tenda di depan rumahnya, sampai ke dalam rumahnya.Berbeda dengannya, ketiga adiknya tampak sangat bersemangat dan bergembira. “Wah! Makan enak nih,” seru si bungsu sambil berlari ke dalam. Kedua kakaknya juga mengikutinya.Seseorang datang menuntunnya untuk segera masuk dan berganti pakaian. Dia adalah bibinya. Adik dari ibunya yang datang dari desa sebelah. Dia sengaja datang untuk menghadiri pernikahan Reuni.“Bibi? Bibi di sini?” tanya Reuni seperti orang bingung. “Iya, Sayang. Tadi pagi ibumu menelpon Bibi. Katanya kamu akan menikah hari ini. Makanya Bibi ada di sini.” perempuan itu memeluk Reuni dengan penuh kasih
Dipaksa nikah.***“Reuni! Kamu harus menikah ldengan pria pilihan Ayah. Ayah sudah janji ke seseorang untuk menikahkan kamu dengannya.”Wanita muda yang cantik bernama Reuni tersedak mendengar ayahnya mengatakan hal itu. Seketika matanya melebar. Ia meletakkan gelas air yang sedang ia minum di atas meja.“Ayah … apaan sih, Yah! Aku kan masih SMA. Satu bulan lagi aku akan lulus. Aku akan mencari pekerjaan. Kok malah ngomongin soal nikah. Aneh-aneh saja Ayah ini.”Reuni bersungut dan hendak pergi ke kamarnya. Tapi ibunya, Sita, memanggilnya untuk duduk kembali.“Reuni! Kamu jangan pergi dulu! Tidak sopan meninggalkan orang tua yang belum selesai bicara!”Dengan terpaksa, Reuni duduk kembali. Wajahnya tidak lagi cerah.Mahmud menarik napas dalam dan menghenpaskannya.“Sebenarnya Ayah juga nggak tega memaksamu untuk nikah dengannya. Tapi mau bagaimana lagi? Hutang kita sudah menumpuk. Kita sudah tidak punya tanah lagi untuk melunasi hutang ke beliau. Apalagi uang. Jika kamu mau menikah