Share

Bab 2 - Dijebak

“Saya?” tunjuk orang itu pada dirinya sendiri. “Saya yang menyewa kamar ini, saya juga yang sudah membayar kamu. Sekarang saatnya kita menikmati malam panjang yang penuh gairah,” ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya.

“Nggak, ini nggak mungkin. Mona nggak mungkin melakukan ini sama aku, Anda pasti berbohong.” Alya menggelengkan kepala seraya memundurkan langkahnya.

“Kenapa tidak mungkin? Buktinya, dia mengirimkan kamu ke sini,” ujar pria itu lagi.

“Mona …,” ucap Alya dengan kedua tangan yang terkepal erat. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa sahabat yang selama ini sudah ia anggap seperti saudara, ternyata tega mengkhianatinya dengan cara seperti ini.

Tidak cukup dengan paman dan bibinya yang berusaha menjualnya pada seorang mucikari beberapa waktu yang lalu, malam ini pun mereka kembali melakukan hal yang sama dengan menjodohkan dia dengan pria tua yang lebih pantas menjadi ayahnya.

Sekarang ditambah lagi sahabat karibnya sendiri yang juga ingin menjerumuskan dirinya seperti yang dilakukan oleh sang paman.

“Sudahlah, tidak usah sok jual mahal. Saya sudah mengeluarkan uang dalam jumlah yang sangat besar untuk bisa bersamamu malam ini,” ujar pria itu sambil berjalan mendekat ke arah Alya.

“STOP! Jangan mendekat!” Alya berusaha membuka pintu kamar itu. Namun, karena ia terlalu gugup sehingga kartu akses yang ada di tangannya pun terlepas dan terjatuh.

“Mau ke mana, hm? Mau coba-coba kabur, Cantik? Coba saja kalau kamu bisa!” tantang pria itu sambil menyeringai menatap Alya.

“Berhenti di sana! Tolong jangan mendekat!” pekik Alya dengan suara bergetar, menahan rasa takut.

“Ah, banyak bacot. Dasar jalang! Mau sok jual mahal lagi!” maki pria itu sambil menjambak rambut Alya dengan kasar. “Saya sudah membayar kamu dengan harga yang sangat fantastis, 200 juta itu bukan uang yang sedikit. Apa seperti ini pelayanan yang kamu berikan, hah?!” bentaknya.

“Akh, sakit. Tolong lepaskan,” pinta Alya sambil meringis menahan rasa sakit dan perih di kulit kepalanya.

Pria itu sama sekali tak peduli, dia malah menyeret Alya ke arah kasur, lalu mendorongnya dengan sangat kuat.

“Buka pakaianmu!” perintahnya dengan sorot mata tajam.

“Nggak.” Alya menggeleng cepat sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, ia sangat berharap ada seseorang yang datang menolongnya saat ini. Namun, hal itu sangat mustahil karena ia tidak mengenal satu pun orang-orang yang ada di hotel tersebut.

Yang bisa Alya lakukan saat ini hanyalah berdoa dan memohon kepada Tuhan, karena hanya keajaiban Tuhan yang bisa menyelamatkan dirinya dari cengkraman si pria hidung belang.

“Cepat buka! Atau, kamu mau saya yang membukanya?” tanya pria itu sambil mengulurkan tangannya ke arah wajah Alya.

“Tidak akan! Jangan berani-berani Anda melakukan hal menjijikkan seperti itu sama saya!” sahut Alya dengan tegas.

Meskipun ia merasa takut dengan keadaannya saat ini, tetapi Alya tidak akan menyerahkan dirinya begitu saja pada laki-laki bejat yang sedang bersamanya saat ini.

“Oh, begitu? Baiklah kalau kamu memaksa,” ucap pria itu sambil melepas kemejanya, lalu naik ke atas ranjang. Namun, suara ketukan pintu dari luar kamar seketika menghentikan aktivitasnya.

Alya yang tak ingin melewatkan kesempatan baik itu pun langsung mendorong tubuh pria hidung belang yang ingin melecehkan dirinya, kemudian bergegas turun dari ranjang dan berlari ke arah pintu kamar. Ia yakin jika ini adalah keajaiban dari Tuhan.

“Tolong! Siapa pun yang ada di luar, tolong saya. Tolong keluarkan saya dari sini,” pinta Alya sambil menggedor pintu kamar tersebut. Karena kartu akses yang tadi dimilikinya sudah diambil oleh si pria hidung belang.

“Akh, sial! Siapa lagi yang datang? Ganggu aja,” gumam pria itu sambil membenarkan kancing kemejanya.

Dengan perasaan kesal pria itu berjalan menuju pintu, lalu menarik tubuh Alya, meminta gadis itu untuk bersembunyi terlebih dahulu. Namun, sayangnya Alya tidak tertarik untuk menuruti keinginannya.

“Tolong! Tolong saya!” Alya kembali berteriak dengan sangat keras. Sehingga membuat sang pria hidung belang semakin geram dan langsung membekap mulutnya.

“Beraninya kau!” erang pria itu sambil mencengkram kuat rahang Alya.

“Saya akan terus berteriak sampai ada orang yang membantu saya keluar dari sini, saya bukan wanita panggilan seperti yang Anda pikirkan! Saya juga tidak menerima uang Anda sepeserpun,” ujar Alya dengan suara tercekat, air matanya pun sudah tak bisa dibendung.

“Hahaha.” Pria itu malah tertawa mendengar apa yang dikatakan Alya. “Lalu, untuk apa kamu datang ke kamar ini?” tanyanya sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Alya.

“Saya dijebak! Saya datang ke sini karena ingin bertemu dengan sahabat saya,” jawab Alya sambil memalingkan wajahnya.

“Bodo amat! Saya tidak peduli, mau kamu dijebak atau apapun itu. Yang jelas, kamu harus memuaskan saya malam ini.” Pria itu kembali mendorong tubuh Alya ke atas kasur, lalu menindihnya. Namun, lagi-lagi aksinya harus terhenti saat mendengar suara keras yang berasal dari arah pintu kamar.

BRAK!

Suara pintu kamar dibuka oleh seseorang dengan cara ditendang dengan sangat kuat, sehingga membuat si pria hidung belang terperanjat kaget dan melompat dari atas ranjang.

“Brengsek!” maki pria itu, ia benar-benar merasa malu atas apa yang terjadi padanya malam ini.

Sebagai seorang pria yang sudah beristri dan memiliki dua orang anak, tentu saja pria itu ingin bermain cantik, tidak ingin ada yang sampai mengetahui apa yang dilakukannya di luar rumah. Namun, sepertinya kali ini nasib baik sedang tidak berpihak padanya.

“Ada apa ini? Saya baru saja mendapat laporan bahwa kamar ini ditempati oleh dua orang yang bukan pasangan suami istri, apa itu benar?” tanya seseorang yang berpakaian serba hitam dan menggunakan penutup wajah.

“Itu tidak benar,” jawab pria hidung belang dengan cepat.

“Itu benar,” pungkas Alya.

“Tidak, itu tidak benar. Jangan percaya dia, saya ini suaminya. Iya, ‘kan, Sayang.” Pria hidung belang berusaha merangkul pundak Alya, tetapi dengan cepat ditepis oleh sang empunya.

“Najis! Saya tidak sudi memiliki suami tua bangka seperti Anda!” pungkas Alya. “Mas, tolong saya. Laki-laki ini mau melecehkan saya, kami bukan pasangan suami istri. Saya bahkan tidak kenal siapa dia,” ujarnya sembari melirik ke arah si pria hidung belang.

“Pak, saya tidak akan memperpanjang masalah ini asalkan Bapak segera pergi dan tinggalkan wanita ini. Saya adalah manajer hotel ini,” ujar pria yang menyebut dirinya sebagai manajer hotel.

“Tidak bisa! Saya sudah membayar sewa kamar ini, jadi saya berhak membawa siapa saja ke sini. Saya juga sudah mengeluarkan uang banyak untuk wanita jalang ini,” ujar pria hidung belang seraya menatap Alya dengan tatapan merendahkan.

“Tarik kembali kata-kata Anda, Tua Bangka! Karena saya bukan jalang!” sergah Alya dengan kedua tangan yang terkepal erat.

“Berapa harga yang harus saya bayar untuk wanita ini?” tanya sang manajer hotel. Pertanyaannya itu pun seketika mengejutkan Alya dan juga si pria hidung belang.

“Apa maksud Anda bicara seperti itu?” tanya Alya dengan mata berkaca-kaca. Karena ia merasa saat ini harga dirinya sedang diperdagangkan oleh dua orang pria asing.

“Saya sudah membayarnya seharga 200 juta,” jawab pria hidung belang.

“Oke, baiklah. Saya akan memberikan Anda 500 juta. Setelah itu wanita ini akan menjadi milik saya,” kata sang manajer sembari menyerahkan selembar kertas pada pria hidung belang.

Seketika itu pula mata si pria hidung belang langsung terbelalak. Namun, bukan karena nominal uang yang diberikan oleh sang manajer hotel, tetapi ia kaget melihat tanda tangan seseorang yang tertera pada kertas tersebut.

“Yu …Yu …,” ucap si pria hidung belang dengan terbata-bata, bahkan untuk menyebut nama Yudha saja lidahnya terasa kelu.

“Nona, ikut saya!” Sang manajer hotel langsung membawa Alya keluar dari kamar itu.

“Lepaskan saya!” sentak Alya sambil menarik tangannya yang ditarik oleh sang manajer hotel. “Siapa Anda sebenarnya?”

“Tidak penting siapa saya, Nona. Yang terpenting saat ini Nona harus segera pergi dari tempat ini,” ujar sang manajer seraya meraih kembali pergelangan tangan Alya, kemudian membawanya keluar dari hotel itu.

“Lepaskan saya!” Alya terus memberontak dan berusaha untuk melepaskan diri dari orang asing yang sedang menyeretnya saat ini, tetapi tenaganya kalah jauh dari pria itu.

Sang manajer hotel membawa Alya menuju parkiran, lalu memaksanya untuk masuk ke mobil. Namun, Alya langsung menolak karena ia tidak ingin terperangkap untuk yang ke sekian kalinya.

“Nona tenang saja, saya bukan orang jahat. Silakan!” pinta sang manajer hotel sambil menghalau tangannya ke depan.

Awalnya Alya ragu, tetapi setelah melihat ketulusan dari pria asing itu ia pun menurut dan masuk ke mobil. Akan tetapi, Alya tidak menyangka jika di dalam mobil itu ada orang lain yang duduk di samping kursi kemudi.

“Kalian ingin menjebakku?” Alya yang kaget pun langsung bergegas keluar dari mobil dan berlari ke seberang jalan.

BRAK!

“Aaa ….”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status