แชร์

Bab 4 - Menawarkan Bantuan

ผู้เขียน: Afrita Ningsih
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-09-18 00:16:02

“Pak Bos, Nona Alya. Saya permisi ke kamar mandi dulu, ya. Soalnya saya belum cuci muka,” ujar Reno, ia juga sudah tidak tahan ingin segera buang air kecil. 

“Loh, Mas Reno tahu nama saya dari mana? Perasaan, saya belum sempat memperkenalkan diri dari semalam.” Alya cukup kaget saat mendengar Reno menyebut namanya. 

“Oh, iya. Soal itu, saya memang sudah tahu. Sudah ya, saya sudah nggak tahan ini.” Reno berbicara sambil mengernyit karena menahan rasa ingin buang air kecil. 

Alya masih penasaran dengan siapa sebenarnya orang-orang yang sudah menolongnya, apalagi melihat pria di hadapannya yang terus saja menggunakan penutup wajahnya. 

“Oh, ya. Siapa nama kamu?” tanya Yudha. 

Alya tersenyum kecut mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Yudha. “Saya tidak yakin kalau Anda belum mengetahui nama saya,” jawabnya. “Mas Reno selaku bawahan Anda saja sudah tahu siapa nama saya, rasanya sangat tidak mungkin jika Anda belum mengetahuinya.” 

Yudha mencebik bibirnya di dalam masker, ia lupa bahwa asisten pribadinya baru saja memanggil nama gadis itu di hadapannya. Baru kali ini seorang Yudha Kusuma kurang teliti dalam penyamaran. 

“Oke, baiklah. Saya memang sudah tahu siapa nama kamu,” ujar Yudha berterus terang. Karena sudah tidak ada yang perlu ia tutup-tutupi lagi dari gadis itu. 

Alya menjatuhkan sendok yang ada di tangannya setelah mendengar pengakuan Yudha. “Anda sudah tahu nama saya? Tapi bagaimana mungkin? Sejak kapan?” tanyanya tak percaya. 

“Ya, saya bahkan sudah lama mengetahui siapa kamu dan juga latar belakangmu. Kamu putrinya almarhum Tuan Frans Atmadja, ‘kan? Alya Namira Atmadja,” kata Yudha dengan tegas dan lantang ia menyebut nama lengkap Alya. 

“Ka-kamu sudah tahu soal itu juga? Jangan-jangan, kamu adalah salah satu saingan bisnis almarhum Papa saya. Iya, ‘kan?” tuduh Alya, tetapi Yudha langsung menggeleng cepat. 

“Bukan. Kamu salah kalau mengira saya seperti itu,” tangkas Yudha. Karena dia memang bukan saingan bisnis almarhum Tuan Frans Atmadja. 

“Lalu, dari mana Anda bisa mengetahui kalau saya adalah putri kandung Pak Frans Atmadja? Saat Papa dan Mama saya masih hidup, mereka tidak pernah memberitahu siapa pun bahwa saya adalah putri mereka,” ujar Alya. 

“Almarhum sendiri yang  memberitahu saya,” jawab Yudha. “Saya adalah rekan bisnis beliau, bukan musuhnya.”

“Papa sendiri yang cerita soal aku padanya? Sebenarnya, sedekat apa hubungan Papa sama orang ini? Kenapa Papa sampai memberitahu dia?” Alya bergumam pelan sambil menatap Yudha. 

Ia semakin penasaran siapa sebenarnya sosok Yudha Kusuma. Karena sejak kedua orang tuanya meninggal, saat itu pula kehidupan Alya langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Gadis malang itu harus menjadi pelayan di rumahnya sendiri.

Alya sudah tidak tahu menahu lagi soal dunia luar, ia hanya diperbolehkan datang ke sekolah dan pergi ke pasar untuk belanja bulanan, itu pun dengan pengawasan yang sangat ketat. 

Paman dan bibinya tidak ingin Alya terlalu banyak berinteraksi dengan orang-orang luar, mereka takut identitas Alya yang merupakan putri seorang pengusaha ternama akan terungkap. 

Saat Tuan Frans dan istrinya masih hidup, mereka memang tidak pernah memperkenalkan putri mereka pada rekan-rekan bisnisnya. 

Demi melindungi sang putri dari para musuhnya, Tuan Frans dan istrinya terpaksa menyembunyikan buah hati mereka. Orang-orang memang mengetahui jika Tuan Frans mempunyai seorang putri, tapi tak ada satu orang pun yang tahu seperti apa wajah anak itu. 

Sampai akhirnya pasangan suami istri itu meninggal, identitas putri mereka tetap tidak diketahui oleh siapa pun kecuali anggota keluarga Atmadja. 

“Kamu bicara apa? Jangan berbisik-bisik, katakan saja. Apa kamu sama sekali tidak tahu tentang keluarga Kusuma?” tanya Yudha. 

“Saya sering dengar waktu saya masih SMP dulu, tetapi saya sama sekali tidak tertarik untuk mengetahui tentang mereka lebih jauh. Terlebih lagi setelah kedua orang tua saya meninggal, kehidupan saya berbanding terbalik dengan sebelumnya,” tutur Alya dengan sendu, matanya pun sudah berkaca-kaca. 

“Tidak perlu kamu ceritakan apa yang terjadi padamu, karena saya sudah mengetahui semuanya. Saya bisa membantu jika kamu tidak keberatan,” kata Yudha sambil menuangkan kuah sup ke dalam piringnya. 

“Membantu saya? Soal apa?” tanya Alya balik. 

“Apa saja. Termasuk mengambil kembali seluruh harta kekayaan keluarga Atmadja,” ujar Yudha. 

Seperti mendapat angin surga, Alya terlihat sangat senang mendengar apa yang dikatakan Yudha. 

“Anda serius mau membantu saya? Gimana caranya? Karena sekarang, semua harta peninggalan almarhum Papa dan Mama saya sudah berpindah tangan menjadi milik Om Pandu. Rumah, villa, mobil dan juga perusahaan, semuanya sudah mereka kuasai,” papar Alya sambil menundukkan wajahnya. 

“Itu hanya perkara kecil bagi saya. Semua orang juga tahu bahwa Pak Pandu dan istrinya sama sekali tidak berhak atas semua kekayaan yang mereka saat ini,” ujar Yudha. 

“Mereka mengambilnya dengan paksa, seandainya saya tidak menuruti keinginan mereka pada waktu itu, mungkin saat ini saya sudah tidak ada lagi di dunia ini. Saya hanya ingin menyelamatkan perusahaan Papa, karena perusahaan itu dibangun oleh almarhum Kakek saya. Om Pandu seharusnya memang tidak punya hak sama sekali, karena dia bukan saudara Papa.” 

Alya menyeka kasar air matanya. Ia tidak ingin menangis dan memperlihatkan kelemahannya di depan orang yang masih asing baginya. Namun, butiran kristal itu menetes dengan sendirinya tanpa bisa ia cegah. 

“Saya bisa membantu kamu, tetapi dengan satu syarat.” Yudha tampak menghela napas panjang setelah mengucapkan kalimat terakhirnya. 

“Syarat? Apa syaratnya?” tanya Alya penasaran. 

“Menikahlah dengan saya,” jawab Yudha dengan cepat dan tegas. 

“Apa …? Me-menikah?” Wajah Alya langsung berubah pucat setelah mendengar syarat yang diajukan oleh Yudha. 

“Pak Bos bicara apa? Saya tidak salah dengar, ‘kan?” tanya Reno yang baru saja kembali ke dapur. Pria itu pun sudah berpakaian rapi dan siap untuk segera pergi ke kantor.

Tidak hanya Alya yang kaget mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Yudha. Selaku asisten pribadi, Reno juga sangat kaget dan merasa tak percaya. 

“Tolong jangan bercanda, ya, Tuan. Saya harus menikah dengan Anda? Yang benar saja? Anda bahkan lebih pantas menjadi ayah saya, saya juga belum kepikiran untuk menikah. Sekarang saya baru mengerti apa tujuan kalian menolong saya,” ujar Alya sambil berdiri dari tempat duduknya. “Saya ucapkan terima kasih atas niat baik Anda yang ingin membantu saya, tapi syaratnya tidak bisa saya penuhi. Saya permisi,” ucapnya seraya berlalu pergi meninggalkan meja makan. 

“Nona Alya,” panggil Reno, berusaha mencegah Alya, tetapi Yudha mengerjapkan mata seraya menggelengkan kepalanya, sebagai isyarat agar membiarkan gadis itu pergi sesuai keinginannya. 

Alya masuk ke kamar hanya untuk mengambil tasnya, kemudian gadis itu segera keluar dan bersiap untuk pergi dari tempat itu. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara seseorang.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Istri Kecil Tuan Presdir   Bab 20. Saya Bukan Perempuan Jalang

    Melihat kakak sepupunya kesakitan akibat ditampar oleh sang ibu, Desi bukannya merasa iba, gadis itu justru tersenyum puas.“Makanya kalau bicara sama orang tua itu yang sopan, Mbak,” kata Desi seraya menatap Alya dengan tatapan sinis. “Kalian akan membayar mahal atas apa yang kalian lakukan padaku,” ucap Alya sambil memegang pipinya yang terasa panas. “Hahahaha ….” Ratih malah tertawa mendengar ucapan Alya. “Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh anak ingusan sepertimu, Alya Namira Atmadja? Apa, hah?” sentaknya sambil menjambak rambut Alya dengan kuat. “Akh, sakit. Lepasin, Tante!” pinta Alya sambil mencengkram pergelangan tangan Ratih, lalu mendorong tubuh wanita itu dengan sekuat tenaga. “Mama …!” Desi berteriak melihat ibunya didorong oleh Alya. Saat ibu dan anak itu sedang lengah, Alya langsung bergegas ke kamarnya untuk mengambil pakaian dan barang-barang penting lainnya. “Des, telepon Papa! Cepat!” perintah Ratih pada putrinya. “Iya, Ma.” Dengan sigap Desi mengambil pon

  • Istri Kecil Tuan Presdir   Bab 19 - Pulang Ke Rumah

    “Tentu saja dari pemilik perusahaan itu sendiri,” jawab Yudha dengan santai. Alya yang penasaran langsung membaca apa yang tertulis pada selembar kertas yang ada di tangannya. Seketika itu pula matanya langsung membulat sempurna melihat tulisan tangan seseorang yang ada pada kertas itu. “I-ini,” ucap Alya dengan mata berkaca-kaca. Yudha mengangguk seraya tersenyum lembut. “Iya, kamu pasti sudah kenal dengan tulisan tangan itu.” Alya tidak bisa berkata-kata, ia benar-benar terharu melihat tulisan tangan almarhum ayahnya. Rasa rindu terhadap sang ayah sedikit terobati setelah melihat hasil goresan tangannya. “Papa, apa yang sebenarnya Papa sembunyikan dari Al?” Alya bergumam sambil mendekap selembar kertas yang terdapat tulisan tangan almarhum ayahnya. Alya benar-benar tidak tahu seperti apa hubungan almarhum ayahnya dengan keluarga Kusuma. Ia bahkan baru mengetahui siapa Yudha sebenarnya setelah menikah dengan laki-laki itu. Sejak ayah dan ibunya masih hidup hingga mereka berdua

  • Istri Kecil Tuan Presdir   Bab 18 - Pemilik Laluna Enterprise

    Merasa tidak tenang dengan kepergian Alya yang terburu-buru, Pak Didi pun bergegas keluar dari ruangannya untuk menyusul wanita itu. Semua karyawan Laluna Enterprise merasa penasaran apa yang terjadi antara direktur perusahaan dengan karyawan baru itu, tetapi mereka tidak punya keberanian hanya untuk sekedar mengajukan pertanyaan. Bahkan, termasuk Amanda selaku orang yang cukup berpengaruh di perusahaan itu. Ia sendiri hanya bisa diam saat melihat Alya keluar dari ruangan direktur dan bergegas pergi meninggalkan perusahaan tanpa berbicara apapun padanya. “Bu Amanda, apa yang terjadi? Kenapa anak baru itu pergi terburu-buru?” salah satu karyawan akhirnya memberanikan diri untuk bertanya setelah memastikan direktur perusahaan sudah tidak bisa mendengarnya. “Saya juga tidak tahu,” jawab Amanda sembari berlalu meninggalkan salah satu rekan kerjanya. Karena ia memang tidak tahu menahu apa yang terjadi pada Alya dan pimpinan perusahaan tempatnya bekerja. Sementara Alya sampai di parkir

  • Istri Kecil Tuan Presdir   Bab 17 - Dipecat

    “Sekarang Mama sudah tenang setelah mengetahui latar belakang istrimu, tapi Mama belum puas sebelum kamu mengumumkan ke publik tentang pernikahanmu. Kapan kamu akan mengadakan konferensi pers dan memperkenalkan istri kamu kepada semua orang?” tanya Nyonya Indriana. “Jangan, Ma. Yudha belum bisa melakukan itu, belum untuk sekarang.” Yudha langsung menolak permintaan ibunya. “Kenapa, Yudha? Bukankah sekarang semuanya sudah jelas? ” tanya Tuan Mahendra sambil membuka kacamatanya. “Iya, tapi masalahnya tidak sesimpel itu, Pa. Sebelum menikah, kami sudah membuat kesepakatan. Alya tidak ingin ada yang tahu kalau dia sudah menikah sebelum dia berhasil mengambil alih perusahaan keluarganya yang saat ini sudah dikuasai oleh Pak Pandu,” ujar Yudha. “Oh, iya. Pandu itu adik sepupunya Regina, ‘kan?” tanya Nyonya Indriana. “Iya, Ma. Dia juga yang merupakan dalang dibalik kecelakaan yang dialami Om Frans bersama Nyonya Regina,” ungkap Yudha. Sontak saja apa yang disampaikannya membuat Tuan Mah

  • Istri Kecil Tuan Presdir   Bab 16 - Identitas Alya

    Tentu saja Tuan Mahendra akan kaget ketika ia mendengar nama Frans Atmadja. Karena orang tersebut dulunya sangat berjasa bagi keluarga Kusuma, terutama bagi Yudha. “Iya, Pa. Alya adalah putri beliau. Papa tentu belum lupa apa peran Om Frans Atmadja dalam keluarga kita. Bukan hanya perusahaan keluarga Kusuma yang beliau selamatkan, tapi nyawa Yudha juga. Seandainya tidak ada Om Frans pada waktu itu, mungkin saat ini Yudha sudah tidak ada di sini bersama Papa,” tutur Yudha dengan sendu. “Jangan bicara seperti itu, Yudha. Papa tidak mau mengingat kejadian buruk itu lagi,” tandas Tuan Mahendra. Darahnya mendidih tatkala mengingat apa yang pernah dialami putranya beberapa tahun silam. “Om Frans mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan Yudha waktu itu, Pa. Tapi di saat dia meninggal, Yudha malah tidak bisa mengantar beliau ke peristirahatan terakhir.” Yudha meraup wajahnya dengan gusar, ia sangat menyesal karena tidak bisa menghadiri acara pemakaman almarhum Frans Atmadja. “Apa kam

  • Istri Kecil Tuan Presdir   Bab 15 - Siapa Wanita Itu Sebenarnya?

    “Akh!” Yudha menjerit tertahan saat sikut Alya tak sengaja menghantam benda pusakanya. Secepat kilat Alya bangkit dari pangkuan pria itu. “Om apa-apaan, sih?” gerutunya sambil menatap Yudha dengan raut wajah kesal. “Maaf,” ucap Yudha. Ia tidak menyangka akan terjadi hal seperti itu. “Sudahlah. Saya mau ke kamar,” ucap Alya, tapi langkahnya terhenti lagi saat Yudha kembali bersuara. “Tunggu dulu! Saya belum selesai bicara,” kata Yudha. Alya memutar bola matanya. “Apa lagi yang mau Om bicarakan?” tanyanya. Belum sempat Yudha menjawab pertanyaan Alya, ponselnya sudah lebih dulu berdering. Dilihatnya nama sang ayah yang sedang menghubunginya, maka dengan sigap pria itu meraih ponsel yang ada di atas meja lalu menjawab panggilan dari ayahnya. “Iya, Pa.” Suara Yudha terdengar begitu lembut saat bicara dengan orang tuanya. “Yudha, Papa perlu bicara sama kamu. Papa tunggu di rumah malam ini,” kata Tuan Mahendra. “Harus malam ini, Pa? Apa nggak bisa lain waktu?” tanya Yudha sa

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status