แชร์

Bab 6 - Kamu Memang Unik

ผู้เขียน: Afrita Ningsih
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-01-17 23:56:45

 “Iya. Ayo, kita menikah!” Alya kembali mengulang ucapannya dengan posisi yang masih berlutut di hadapan pria asing yang baru dikenalnya. 

“Kamu bicara apa? Saya tidak salah dengar? Apa yang membuat kamu merubah keputusan begitu cepat? Beberapa waktu yang lalu kamu sendiri yang bilang kalau kamu tidak mau menikah dengan saya,” ujar Yudha seraya melipat kedua tangannya di dada. “Kamu juga bilang kalau saya lebih pantas menjadi ayahmu,” lanjutnya.

Alya terdiam dengan kedua mata yang masih terpejam. Seakan menjilat ludah sendiri, ia merasa sangat malu mendengar apa yang dikatakan oleh Yudha. Namun, sekarang bukan saatnya memikirkan gengsi dan harga diri. Karena ada hal yang jauh lebih penting yang harus ia pikirkan.

“Saya minta maaf soal ucapan saya yang tadi, tapi sekarang saya benar-benar serius. Saya butuh bantuan Anda,” ucap Alya seraya mendongak menatap pria bertubuh jangkung di hadapannya. 

Salah satu sudut bibir Yudha terangkat ke atas, pria itu mengulas senyum tipis mendengar ucapan Alya. “Oke. Saya bersedia menikahi kamu, tapi jangan menyesal saat nanti kamu melihat wajah saya.” 

Alya menelan saliva dengan susah payah setelah mendengar apa yang dikatakan Yudha, ia lupa jika laki-laki di hadapannya saat ini belum pernah memperlihatkan wajahnya. 

Yudha kembali tersenyum melihat reaksi yang ditunjukkan Alya. Ia semakin tidak sabar ingin segera memperlihatkan wajahnya pada gadis itu. 

“Bagaimana? Apa kamu tetap mau menikah sama saya? Kamu masih bisa merubah keputusan sebelum saya mengucapkan ijab kabul di depan penghulu,” kata Yudha. 

Alya kembali mendongakkan kepalanya, menatap Yudha dengan lekat. “Saya akan tetap menikah dengan Anda,” jawabnya dengan suara bergetar. 

Keputusan yang diambilnya kali ini bukan hal yang mudah bagi Alya. Karena ini menyangkut masa depannya, ia tidak pernah menyangka akan menikah dengan laki-laki yang baru satu hari dikenalnya. 

Apalagi laki-laki itu terpaut usia yang sangat jauh dengan dirinya, tetapi Alya sudah tidak punya pilihan lain. Ia terpaksa menerima tawaran pernikahan dari Yudha, karena ingin membalas semua yang telah dilakukan oleh paman, bibi dan sahabatnya.

“Baiklah, silahkan masuk! Kita bicara di dalam,” kata Yudha sembari berjalan masuk ke dalam unit apartemennya. 

Dengan langkah berat dan tertatih, Alya mengikuti langkah pria itu. Ia berharap ini semua hanya mimpi buruk yang saat nanti dia terbangun semuanya akan menghilang, tetapi sayangnya ini adalah suatu kenyataan yang harus ia terima. 

“Tuhan … kenapa ini terjadi padaku? Kenapa Engkau terus saja memberikan cobaan kepadaku? Kenapa?” tanya Alya sembari menyeka kasar air matanya. 

Yudha menghela napas panjang saat tak sengaja mendengar Alya bergumam, lalu ia menoleh ke belakang dan mendapati gadis itu meneteskan air matanya. 

Dalam hatinya ia berjanji tidak akan membiarkan netra indah itu kembali menangis, tak akan ada lagi air mata yang keluar meski hanya setetes, kecuali air mata kebahagiaan. 

“Kamu istirahat saja dulu, nanti kita bicarakan soal pernikahan. Banyak hal yang harus kamu lakukan sebelum kita menikah,” ujar Yudha. 

Alya hanya mengangguk pelan, lalu melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar yang tadi malam ia tempati. Sementara Yudha memilih duduk di sofa sambil mengotak-atik ponselnya. 

Pria itu tampak menghela napas berat sambil meletakkan ponsel pintarnya di atas meja, lalu ia pun membuka masker yang selalu menjadi penutup wajahnya. 

“Semoga Mama bisa menerima keputusanku kali ini,” ucap Yudha sembari meraup wajahnya dengan gusar.

*** 

Sore harinya. Alya menggeliat dan perlahan membuka netra indahnya, kemudian tatapannya langsung tertuju pada jam dinding yang ada di kamar itu. 

“Astaga … aku ketiduran sampe jam segini lagi,” ucap gadis itu sembari bangun dari tempat tidur, lalu bergegas keluar kamar dengan langkah tergesa-gesa. Karena stres akan masalah yang tengah dihadapinya dan juga kelelahan, Alya sampai tertidur dalam waktu yang sangat lama. 

Setelah sekian tahun lamanya, ini pertama kalinya gadis cantik yang memiliki mata biru itu bisa tidur siang dengan nyaman tanpa gangguan. Biasanya jangankan untuk tidur siang, waktu makan pun terlalu sering ia lewatkan. 

“Sudah bangun?” Suara bariton seseorang yang sedang duduk di sofa, seketika mengejutkan Alya. 

“Maaf, saya tidurnya kelamaan. Apa yang harus saya lakukan sekarang?” tanya Alya dengan wajah tertunduk. 

“Tidak ada. Kamu tidak perlu melakukan apa-apa,” jawab Yudha seraya melirik sekilas ke arah Alya. 

“Tapi, saya tidak terbiasa berdiam diri seperti ini. Katakan saja, apa yang harus saya lakukan? Saya akan melakukannya dengan senang hati,” ujar Alya, ia tetap memaksa untuk melakukan sesuatu seperti yang biasa dia lakukan di rumahnya. 

Yudha meletakkan surat kabar yang sedang dibacanya di atas meja, lalu berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Alya.

“Kamu mau melakukan sesuatu, ‘kan? Kalau gitu, ayo ikut saya!” seru Yudha sambil meraih pergelangan tangan Alya. Hal itu pun secara refleks ia lakukan, karena biasanya pria itu paling tidak suka bersentuhan dengan perempuan kecuali sama ibu dan saudara perempuannya. 

“Eh, mau ke mana?” tanya Alya sambil mengikuti langkah Yudha, karena pria itu terus menarik pergelangan tangannya. 

“Ikut saja,” jawab Yudha sembari berjalan keluar dari apartemen. 

Alya tak ingin membantah dan lebih memilih untuk menuruti semua yang dikatakan oleh Yudha, meskipun ia tidak tahu ke mana pria itu akan membawanya. 

“Loh, kok ke sini? Mau ngapain?” tanya Alya setelah mereka sampai di salah satu pusat perbelanjaan yang berada di dalam kawasan apartemen. Sebuah mall yang cukup besar dan lengkap, berada di lantai dua bangunan bertingkat itu. 

“Sekarang kamu masuk ke dalam toko itu dan pilih pakaian mana yang kamu suka!” perintah Yudha sambil mengarahkan jari telunjuknya ke salah satu toko pakaian yang berada di hadapannya. 

Alya menggeleng cepat, menolak melakukan apa yang diperintahkan oleh Yudha. Meskipun ia terlahir sebagai putri dari seorang pengusaha ternama dan sukses dalam berbisnis, tetapi kedua orang tua Alya memang tidak pernah memanjakan putri mereka terlalu berlebihan. 

Terlebih lagi sejak ayah dan ibunya meninggal, hidup Alya semakin menderita dan sangat memprihatinkan. Namun, gadis cantik itu tidak pernah mengeluh meski begitu berat kehidupan yang harus ia jalani.

“Nggak, saya nggak mau.Saya tidak membutuhkan pakaian itu, karena baju-baju saya sudah banyak dan semuanya masih layak pakai. Di sini pasti harganya mahal-mahal,” ujar Alya. 

Yudha menggeleng pelan sambil mengulas senyum mendengar apa yang dikatakan Alya. “Kamu memang unik,” gumamnya dengan sangat pelan dan hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

“Sudahlah, Om. Lebih baik kita pergi dari sini,” kata Alya, bersiap untuk pergi dari tempat itu. Namun, pergelangan tangannya kembali ditarik oleh Yudha. 

“Mau ke mana? Kamu belum membeli apapun, apa kamu akan menggunakan pakaian ini lagi?” tanya Yudha. 

Alya langsung terdiam dengan wajah yang tertunduk, ia lupa jika dirinya keluar dari rumah hanya membawa pakaian yang dikenakannya saat ini. 

“Baiklah. Om. Saya akan beli satu set pakaian untuk nanti malam, besok pagi saya akan pulang dan mengambil baju-baju saya yang ada di rumah. Saya mau beli satu set piyama yang itu,” tunjuk Alya ke arah salah satu toko yang bersebelahan dengan toko yang ditunjukkan oleh Yudha. 

“Jangan di toko itu!” kata Yudha yang langsung melarang Alya agar tidak pergi ke toko tersebut. 

“Loh, kenapa? Om kenal sama pemilik toko itu?” tanya Alya dengan kedua alis yang nyaris bertaut. 

Yudha terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa. Di saat dia sedang berusaha mencari jawaban atas pertanyaan Alya, tiba-tiba ada seseorang yang datang menghampiri mereka berdua. 

“Yudha, kamu di sini? Lalu, ini siapa?” tanya orang itu sambil menatap Alya.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Istri Kecil Tuan Presdir   Bab 20. Saya Bukan Perempuan Jalang

    Melihat kakak sepupunya kesakitan akibat ditampar oleh sang ibu, Desi bukannya merasa iba, gadis itu justru tersenyum puas.“Makanya kalau bicara sama orang tua itu yang sopan, Mbak,” kata Desi seraya menatap Alya dengan tatapan sinis. “Kalian akan membayar mahal atas apa yang kalian lakukan padaku,” ucap Alya sambil memegang pipinya yang terasa panas. “Hahahaha ….” Ratih malah tertawa mendengar ucapan Alya. “Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh anak ingusan sepertimu, Alya Namira Atmadja? Apa, hah?” sentaknya sambil menjambak rambut Alya dengan kuat. “Akh, sakit. Lepasin, Tante!” pinta Alya sambil mencengkram pergelangan tangan Ratih, lalu mendorong tubuh wanita itu dengan sekuat tenaga. “Mama …!” Desi berteriak melihat ibunya didorong oleh Alya. Saat ibu dan anak itu sedang lengah, Alya langsung bergegas ke kamarnya untuk mengambil pakaian dan barang-barang penting lainnya. “Des, telepon Papa! Cepat!” perintah Ratih pada putrinya. “Iya, Ma.” Dengan sigap Desi mengambil pon

  • Istri Kecil Tuan Presdir   Bab 19 - Pulang Ke Rumah

    “Tentu saja dari pemilik perusahaan itu sendiri,” jawab Yudha dengan santai. Alya yang penasaran langsung membaca apa yang tertulis pada selembar kertas yang ada di tangannya. Seketika itu pula matanya langsung membulat sempurna melihat tulisan tangan seseorang yang ada pada kertas itu. “I-ini,” ucap Alya dengan mata berkaca-kaca. Yudha mengangguk seraya tersenyum lembut. “Iya, kamu pasti sudah kenal dengan tulisan tangan itu.” Alya tidak bisa berkata-kata, ia benar-benar terharu melihat tulisan tangan almarhum ayahnya. Rasa rindu terhadap sang ayah sedikit terobati setelah melihat hasil goresan tangannya. “Papa, apa yang sebenarnya Papa sembunyikan dari Al?” Alya bergumam sambil mendekap selembar kertas yang terdapat tulisan tangan almarhum ayahnya. Alya benar-benar tidak tahu seperti apa hubungan almarhum ayahnya dengan keluarga Kusuma. Ia bahkan baru mengetahui siapa Yudha sebenarnya setelah menikah dengan laki-laki itu. Sejak ayah dan ibunya masih hidup hingga mereka berdua

  • Istri Kecil Tuan Presdir   Bab 18 - Pemilik Laluna Enterprise

    Merasa tidak tenang dengan kepergian Alya yang terburu-buru, Pak Didi pun bergegas keluar dari ruangannya untuk menyusul wanita itu. Semua karyawan Laluna Enterprise merasa penasaran apa yang terjadi antara direktur perusahaan dengan karyawan baru itu, tetapi mereka tidak punya keberanian hanya untuk sekedar mengajukan pertanyaan. Bahkan, termasuk Amanda selaku orang yang cukup berpengaruh di perusahaan itu. Ia sendiri hanya bisa diam saat melihat Alya keluar dari ruangan direktur dan bergegas pergi meninggalkan perusahaan tanpa berbicara apapun padanya. “Bu Amanda, apa yang terjadi? Kenapa anak baru itu pergi terburu-buru?” salah satu karyawan akhirnya memberanikan diri untuk bertanya setelah memastikan direktur perusahaan sudah tidak bisa mendengarnya. “Saya juga tidak tahu,” jawab Amanda sembari berlalu meninggalkan salah satu rekan kerjanya. Karena ia memang tidak tahu menahu apa yang terjadi pada Alya dan pimpinan perusahaan tempatnya bekerja. Sementara Alya sampai di parkir

  • Istri Kecil Tuan Presdir   Bab 17 - Dipecat

    “Sekarang Mama sudah tenang setelah mengetahui latar belakang istrimu, tapi Mama belum puas sebelum kamu mengumumkan ke publik tentang pernikahanmu. Kapan kamu akan mengadakan konferensi pers dan memperkenalkan istri kamu kepada semua orang?” tanya Nyonya Indriana. “Jangan, Ma. Yudha belum bisa melakukan itu, belum untuk sekarang.” Yudha langsung menolak permintaan ibunya. “Kenapa, Yudha? Bukankah sekarang semuanya sudah jelas? ” tanya Tuan Mahendra sambil membuka kacamatanya. “Iya, tapi masalahnya tidak sesimpel itu, Pa. Sebelum menikah, kami sudah membuat kesepakatan. Alya tidak ingin ada yang tahu kalau dia sudah menikah sebelum dia berhasil mengambil alih perusahaan keluarganya yang saat ini sudah dikuasai oleh Pak Pandu,” ujar Yudha. “Oh, iya. Pandu itu adik sepupunya Regina, ‘kan?” tanya Nyonya Indriana. “Iya, Ma. Dia juga yang merupakan dalang dibalik kecelakaan yang dialami Om Frans bersama Nyonya Regina,” ungkap Yudha. Sontak saja apa yang disampaikannya membuat Tuan Mah

  • Istri Kecil Tuan Presdir   Bab 16 - Identitas Alya

    Tentu saja Tuan Mahendra akan kaget ketika ia mendengar nama Frans Atmadja. Karena orang tersebut dulunya sangat berjasa bagi keluarga Kusuma, terutama bagi Yudha. “Iya, Pa. Alya adalah putri beliau. Papa tentu belum lupa apa peran Om Frans Atmadja dalam keluarga kita. Bukan hanya perusahaan keluarga Kusuma yang beliau selamatkan, tapi nyawa Yudha juga. Seandainya tidak ada Om Frans pada waktu itu, mungkin saat ini Yudha sudah tidak ada di sini bersama Papa,” tutur Yudha dengan sendu. “Jangan bicara seperti itu, Yudha. Papa tidak mau mengingat kejadian buruk itu lagi,” tandas Tuan Mahendra. Darahnya mendidih tatkala mengingat apa yang pernah dialami putranya beberapa tahun silam. “Om Frans mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan Yudha waktu itu, Pa. Tapi di saat dia meninggal, Yudha malah tidak bisa mengantar beliau ke peristirahatan terakhir.” Yudha meraup wajahnya dengan gusar, ia sangat menyesal karena tidak bisa menghadiri acara pemakaman almarhum Frans Atmadja. “Apa kam

  • Istri Kecil Tuan Presdir   Bab 15 - Siapa Wanita Itu Sebenarnya?

    “Akh!” Yudha menjerit tertahan saat sikut Alya tak sengaja menghantam benda pusakanya. Secepat kilat Alya bangkit dari pangkuan pria itu. “Om apa-apaan, sih?” gerutunya sambil menatap Yudha dengan raut wajah kesal. “Maaf,” ucap Yudha. Ia tidak menyangka akan terjadi hal seperti itu. “Sudahlah. Saya mau ke kamar,” ucap Alya, tapi langkahnya terhenti lagi saat Yudha kembali bersuara. “Tunggu dulu! Saya belum selesai bicara,” kata Yudha. Alya memutar bola matanya. “Apa lagi yang mau Om bicarakan?” tanyanya. Belum sempat Yudha menjawab pertanyaan Alya, ponselnya sudah lebih dulu berdering. Dilihatnya nama sang ayah yang sedang menghubunginya, maka dengan sigap pria itu meraih ponsel yang ada di atas meja lalu menjawab panggilan dari ayahnya. “Iya, Pa.” Suara Yudha terdengar begitu lembut saat bicara dengan orang tuanya. “Yudha, Papa perlu bicara sama kamu. Papa tunggu di rumah malam ini,” kata Tuan Mahendra. “Harus malam ini, Pa? Apa nggak bisa lain waktu?” tanya Yudha sa

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status