Share

Bab 12: Tidak Diakui

Akram berjalan masuk ke dalam kamarnya. Sungguh, ia sangat kesal karena kamarnya terlihat begitu berantakan. Namun, ia tetap berusaha untuk mengatur emosinya agar tidak kelepasan.

"Astaghfirullah... Akram tenang!" gumam Akram mengelus dadanya sendiri. Ia benar-benar kehabisan cara untuk mendidik istri kecilnya itu.

Dengan wajah yang terlihat begitu kesal, Akram pun membereskan kamarnya. Termasuk laptop serta buku yang berantakan diatas ranjang. "Rayya, Rayya... kapan kamu akan belajar hmm..?" gumam Akram menggelengkan kepalanya saja.

Pria itu lalu memunguti buku-buku miliknya yang berserakan diatas ranjang dan meletakkannya kembali ke meja kerjanya. Tak hanya itu, Akram juga meraih laptopnya. Ia terkejut saat melihat laptopnya dalam keadaan hidup dan menampilkan notifikasi bahwa ada yang sedang berusaha untuk membobol keamanannya.

"Ternyata tadi Rayya berusaha untuk membuka laptopku? Tapi untuk apa dia memerlukan laptop?" gumam Akram bertanya-tanya. Lelaki berparas tampan yang memiliki mata teduh itu pun segera mematikan laptopnya.

Tak butuh waktu lama bagi Akram untuk menyelesaikan beres-beres kamarnya. Saat ini, pria itu sudah selesai membereskan kamarnya. Ia juga memindahkan posisi tidur istri kecilnya itu agar badannya tidak sakit semua.

"Dasar gadis kecil! Sudah berapa kali saya bilang untuk tidur dengan benar, hmm?" omel Akram memindahkan posisi kepala Rayyana ke atas bantal. Ia juga menyelimuti istri kecilnya itu dengan menggunakan selimut tebal.

Setelah itu, barulah Akram berjalan menuju kamar mandi untuk berganti pakaian. Ia juga membersihkan diri serta mengambil wudhu.

Usai menyelesaikan kegiatannya, Akram berjalan kembali menuju ranjang dan berbaring di sebelah Rayyana. Jujur saja, ia sempat kesal pada istri kecilnya saat melihat kamarnya berantakan tadi. Namun, ia juga tidak bisa marah pada Rayyana. Sebab, rasa sayangnya melebihi rasa kesalnya.

Netra pria itu menatap lekat wajah cantik istrinya yang tengah tertidur pulas. Entah dorongan darimana, Akram membelai lembut kepala Rayyana. Ia juga menyingkirkan rambut yang menutupi wajah polos istrinya.

Perlu diketahui bahwa Rayyana sudah melepas hijabnya saat berdua saja bersama dengan Akram. Itu pun atas perintah serta permintaan dari Akram. Sebab, Akram tidak mau jika istrinya merasa tidak nyaman ataupun gerah saat tidur.

"Lailatul sa'idah ya zaujati," bisik Akram mengelus lembut kepala Rayyana.

Kemudian, Akram membaca doa dan mulai mengarungi alam mimpi menyusul Rayyana yang sudah tertidur pulas sejak tadi. Namun, baru saja Akram hendak tertidur. Tiba-tiba istri kecilnya itu memeluknya dan membuat rasa kantuk nya hilang begitu saja.

"Dek..." lirih Akram berusaha untuk melepaskan pelukan Rayyana. Ia bukannya tidak suka dipeluk oleh sang istri, hanya saja Akram takut khilaf.

Sebagai laki-laki normal, tentu saja dirinya memiliki syahwat. Dan Akram tidak mau jika syahwatnya sampai membuatnya melanggar janji yang telah ia sepakati dengan Rayyana.

Sebisa mungkin Akram melepaskan pelukan Rayyana. Namun bukannya lepas, Rayyana justru semakin erat memeluk Akram. Bahkan, wanita itu menenggelamkan wajahnya di dada bidang Akram.

"Astaghfirullah..." gumam Akram menetralkan detak jantungnya yang berdegup begitu kencang.

Pria itu menggelengkan kepalanya saja. Ia juga membiarkan Rayyana untuk tetap tidur sembari memeluknya.

Cukup lama Akram terjaga dari tidurnya. Hingga tanpa sadar pria itu pun terlelap dalam tidurnya sembari memeluk Rayyana pula.

Keduanya saling memeluk satu sama lain. Menghantarkan kehangatan diantara keduanya. Malam itu, suasana begitu tenang dan syahdu.

Tepat pukul satu dini hari, tiba-tiba saja Rayyana terbangun dari tidurnya. Betapa terkejutnya gadis itu saat menyadari dirinya sedang berpelukan dengan ustadz yang sangat ia benci. Ralat, lebih tepatnya suaminya.

"Arrrggghhh...." teriak Rayyana langsung menepis tangan Akram dan membuat Akram mau tidak mau harus membuka matanya.

Pria itu mengerjapkan matanya berulangkali untuk menajamkan penglihatannya. "Ada apa, dek?" tanya Akram dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

"K-kamu ngapain peluk-peluk aku?" tanya Rayyana melayangkan tatapan tajamnya pada Akram.

Akram menghela napas kasarnya. Ternyata tidurnya terganggu hanya karena masalah sepele. Ia kira terjadi hal besar pada Rayyana.

"Bukankah kamu istriku? Sudah menjadi hak ku untuk memelukmu," timpal Akram dengan santainya.

"Hah? Kamu ngomong apa tadi? Istri? Gak! Aku gak mau jadi istri kamu!" celetuk Rayyana yang entah mengapa sifatnya tiba-tiba berubah. Padahal baru beberapa hari yang lalu gadis itu kagum dan sudah mulai menerima Akram menjadi suaminya.

Dengan satu tarikan, Akram berhasil mengunci pergerakan Rayyana. "Oh iya? Tapi aku sudah menikahimu, otomatis kamu adalah istriku." bisik Akram tepat di telinga Rayyana.

Gadis itu terus berusaha memberontak dan mencoba untuk melepaskan diri dari dekapan Akram. Namun sayangnya, tenaganya kalah jauh dari Akram.

"Sepertinya perjanjian kita beberapa hari yang lalu gagal ya? Karena kamu tidak mau mengakui ku sebagai suamimu, maka aku berhak untuk mendapatkan hak ku. Bukankah seperti itu ya zaujati?" sambung Akram membuat Rayyana bergidik ngeri.

"E-enggak! A-aku gak siap!" ucap Rayyana dengan raut wajah yang begitu ketakutan.

"Gak siap apa hmm?" tanya Akram menatap lekat manik mata indah milik istrinya.

Wajah pria itu semakin mendekat ke arah Rayyana. Hal itu tentu saja membuat Rayyana ketakutan bukan main. "Kamu jangan macem-macem ya kak!" ancam Rayyana gelagapan. Gadis itu benar-benar takut kalau sang suami meminta haknya malam ini.

'Mampus lo Rayyana! Habis lah lo malam ini! Salah siapa gak ngakui tuh ustadz galak bin killer!' batin Rayyana merutuki dirinya sendiri.

"Bukankah kamu duluan yang macem-macem, dek? Salah siapa tidak mengakui aku sebagai suamimu? Bukankah kita sudah sepakat hmm? Jika kamu melanggar perintah ku, maka aku akan meminta hak ku! Dan kamu sudah setuju akan hal itu," ucap Akram masih terus menatap Rayyana dengan intens.

Jarak diantara keduanya hanya tinggal beberapa cm saja. Jika Akram atau Rayyana yang bergerak sedikit saja, maka wajah keduanya akan menempel.

"M-maaf kak, aku janji tidak akan mengulanginya lagi! Habisnya kamu sih, meluk-meluk aku!" tutur Rayyana dengan ekspresi wajah yang sangat menggemaskan.

Melihat istrinya ketakutan, membuat Akram tidak tega padanya. Lelaki tampan yang memiliki tatapan teduh itu pun melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang istri kecilnya.

"Kamu yakin? Kalau sudah berjanji berarti tidak boleh mengingkarinya, paham?" ucap Akram dan dibalas anggukan kecil oleh Rayyana.

"I-iya kak," sahut Rayyana ketakutan.

"Sudah tenanglah, aku hanya bercanda saja. Tapi, jika lainkali kamu tidak mengakui ku sebagai suamimu, maka aku tidak akan segan-segan untuk mengambil hak ku!" timpal Akram menaikkan sebelah alis tebalnya.

Lalu, pria itu bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Karena dirinya hendak melaksanakan sholat tahajjud. "Dek, ayo sholat tahajjud dulu!" ajak Akram yang langsung menyeret Rayyana untuk ikut dengannya ke kamar mandi.

Rayyana hanya diam dan menurut. Ia takut jika dirinya membantah perintah sang suami, maka dirinya akan terkena masalah lagi.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status