Share

Bab 13: Digodain Suami

Usai melaksanakan sholat tahajjud secara berjama'ah. Akram dan Rayyana pun duduk saling berhadapan.

"Sini setoran hafalan sama aku, dek. Kemarin kamu kan lagi sakit, jadi tidak setoran hafalan padaku." titah Akram sukses membuat Rayyana terkejut bukan main.

Rayyana meneguk salivanya dengan kasar. Bagaimana mau setoran hafalan? Dirinya saja tidak ada menghafal apapun sejak kemarin.

"Ehmm... itu... anu..." ucapan gadis itu tercekat. Ia bingung harus beralasan apalagi.

"Itu apa, dek? Kenapa wajahmu terlihat begitu pucat?" tanya Akram dengan tatapan yang sangat menyeramkan dimata Rayyana.

Rayyana mengernyitkan dahinya. 'Pake ditanya segala! Udah tau aku pucat karena disuruh setoran hafalan!' rutuk Rayyana di dalam hati.

"Rayya..." panggilan dari Akram sukses membuat Rayyana terhentak kaget. "Ada apa? Ada yang sedang kamu pikirkan?" Lagi-lagi Akram bertanya pada istri kecilnya itu.

Sedangkan yang ditanya justru semakin resah. "Hah? ehm... a-aku gak apa-apa kok, kak." jawab Rayyana gelagapan.

"Terus kenapa kamu terlihat begitu gelisah?" tanya Akram dengan tatapan selidik nya.

Rayyana terus memilin ujung mukena yang ia kenakan. "S-sebenarnya aku belum ada menghafal apapun sejak kemarin, kak. Makanya, aku terlihat begitu gelisah." jawab Rayyana menundukkan kepalanya.

Dahi Akram mengernyit usai mendengar jawaban sang istri. "Meskipun hanya satu lembar?"

Rayyana menganggukkan kepalanya. "I-iya kak," sahutnya terus menundukkan kepalanya. Sebab, ia tidak berani menatap wajah sang suami. "Maaf... tapi aku janji, aku bakal lebih giat lagi menghafalnya dan hari ini aku bakal setoran hafalan sama kamu!" lanjut Rayyana meyakinkan Akram bahwa dirinya akan lebih giat lagi menghafal Al-Qur'an serta hadist seperti syarat yang telah ditetapkan oleh Akram jika Rayyana tetap ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Lebih tepatnya ke sekolah kedokteran.

Akram menghela napas kasarnya. "Jangan berjanji jika tidak bisa ditepati," ucap Akram sengaja ingin menyindir istrinya. "Tapi yaudahlah, kamu sudah berjanji pasti akan kamu tepati! Benar 'kan?" sambung Akram menatap tajam ke arah Rayyana.

"I-iya kak," Rayyana terlihat begitu ketakutan. Sebenarnya ia bukan takut karena akan dimarahin oleh suaminya. Sebab, Rayyana tau kalau sang suami tidak pernah marah padanya. Sekalipun ia melakukan kesalahan yang begitu fatal. Akan tetapi, ia takut kalau sang suami tiba-tiba meminta haknya. Hanya itu saja yang menjadi ketakutan terbesar Rayyana.

"Ya sudah, sekarang kita muraja'ah bareng saja." putus Akram mengajak Rayyana untuk mengulang hafalannya.

"Muraja'ah?"

"Iya dek, kita akan mengulang hafalan secara bersama-sama. Karena kalau hanya menghafal saja sangatlah mudah, tapi yang sulit adalah menjaga hafalan itu sendiri. Sekalian aku ingin melihat apakah hafalan mu masih kuat atau sudah banyak yang terlupakan." tukas Akram memberi nasehat sedikit pada istri kecilnya.

Akram sadar, dirinya harus ekstra dalam menjaga Rayyana. Sebab, Rayyana masih sangat muda dan juga masih perlu bimbingan serta arahan yang baik. Ditambah Rayyana bisa dibilang kekurangan kasih sayang dari kedua orangtuanya karena mereka sibuk bekerja.

Jadi, Akram harus ekstra menjaga serta mendidiknya. Agar Rayyana menjadi wanita serta istri sholehah dan tidak terkontaminasi dunia luar.

"Kalau banyak yang lupa bagaimana, kak?" tanya Rayyana memberanikan diri untuk melontarkan apa yang ada di benaknya.

Akram terdiam sejenak. Tatapannya lalu menatap dalam ke arah Rayyana. "Maka saya akan meminta hak saya hari ini juga! Saya tidak akan segan-segan melakukannya karena kamu telah halal bagi saya." jawab Akram merendahkan suaranya. Sehingga terdengar begitu berat dan sangat menggoda.

"Hah?" Bola mata Rayyana membulat sempurna. Seolah-olah akan keluar dari tempatnya.

"Kenapa menatap saya seperti itu, dek?" tegur Akram membuat Rayyana langsung menundukkan kepalanya.

Gadis itu menggelengkan kepalanya. "M-maaf kak," ucapnya gugup. "K-kalau aku boleh tau, muroja'ahnya dimulai dari Surah apa ya, kak?" Rayyana memberanikan diri untuk bertanya agar dirinya bisa menyambung ayat yang dibacakan oleh sang suami nantinya.

"Random sih, tergantung aku mau memulainya dari Surah apa! Tugas kamu tinggal melanjutkan ayat yang saya baca," jawab Akram mengedipkan sebelah matanya. Sengaja ingin menggoda istri kecilnya itu.

"T-tapi aku hanya hafal lima belas juz, kak." ucap Rayyana menundukkan kepalanya.

"Tidak masalah, humairah ku! Aku akan membacakan surah yang sudah pernah kamu hafal. Namanya juga muroja'ah, dan muroja'ah itu artinya mengulang hafalan." tutur Akram tersenyum tipis saja.

Bahkan, sangking tipisnya. Rayyana tidak bisa melihat senyuman diwajah Akram.

"Sekarang sudah siap, hmm? Keburu masuk waktu subuh nanti," tanya Akram menatap wajah Rayyana dengan tatapan lembut nan teduh.

Rayyana hanya mengangguk saja. Saat ini jantungnya berdegup dengan kencang. Bukan hanya karena ditatap dengan tatapan teduh oleh sang suami, tapi juga karena dirinya takut tidak bisa menyambung ayat yang akan dibacakan oleh suaminya.

Melihat respon sang istri, Akram pun mulai menarik napasnya dalam-dalam. Lalu, ia memulai membaca Ayat suci Al-Quran dimulai dari Surah al-a'raf ayat ke 88.

Lantunan ayat suci Al-Quran yang keluar dari bibir Akram mengalun dengan sangat merdu dan begitu sopan masuk ke telinga Rayyana. Hingga membuat wanita itu terpana akan suara merdu sang suami.

"qâla a walau kunnâ kârihîn..." Akram menyelesaikan lantunan ayat suci Al-Quran nya dan menunggu istri kecilnya untuk menyambung bacaannya.

Namun, bukan menyambung lantunan ayat suci Al-Quran darinya, Rayyana justru bengong dan menatap dirinya dengan tatapan tak biasa.

"Dek..." suara panggilan dari Akram sukses membuat Rayyana tersadar dari lamunannya.

"Kenapa malah bengong? Ayo disambung ayat yang baru saja aku lantunkan!" titah Akram membuat Rayyana menganggukkan kepalanya kikuk.

Gadis itu segera melanjutkan lantunan ayat suci yang telah dibacakan oleh sang suami. Keduanya saling menyambung ayat yang mereka lantunkan satu sama lain. Hingga akhirnya, Akram sengaja melantunkan surah al-anbiya, dimana surah tersebut belum dihafal oleh Rayyana.

"Fa lammâ aḫassû ba'sanâ idzâ hum min-hâ yarkudûn--”

Raut wajah Rayyana tampak kebingungan. Pasalnya, ia tidak mengingat ayat yang baru saja dilantunkan oleh sang suami berada di surah apa dan ayat berapa.

Akram yang melihat ekspresi wajah istri kecilnya pun mendekat ke arah Rayyana. "Kenapa tidak disambung, hmm? Apakah kamu mau kalau aku mengambil hak ku atas dirimu?" tanya Akram sengaja ingin menggoda Rayyana.

Rayyana menggeleng pelan. "B-bukan gitu kak, t-tapi aku gak inget itu surah apa dan ayat berapa. Soalnya aku belum hafal," jawab Rayyana menundukkan kepalanya. Ia benar-benar takut kalau sang suami akan mengambil haknya detik ini juga.

"Benarkah? Apakah kamu tidak berbohong?" Akram menatap Rayyana dengan tatapan mengintimidasinya.

"Benar kak! Aku gak bohong! Aku emang belum hafal ayat yang baru saja kamu lantunkan," ucap Rayyana dengan polosnya.

Melihat wajah sang istri yang polos sedang ketakutan, membuat Akram tidak tega. Pria itu pun tertawa kecil lalu menjauh sedikit dari Rayyana.

"K-kamu kenapa tertawa kak?" tanya Rayyana memberanikan diri untuk menatap wajah suaminya.

"Habisnya kamu lucu sih!" jawab Akram tanpa sadar.

"Hah?" Rayyana menatap wajah sang suami dengan tatapan polosnya.

"Tidak ada! Yaudah muroja'ah kita sampai disini saja dulu, kamu harus lebih giat menghafal Al-Quran nya ya humairah ku," ucap Akram beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju meja kerjanya.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status