Share

Dihina Lagi

‘Yang dilakukan Rain sudah benar. Lagipula mereka tidak hanya menyinggung Rain, tapi sudah ada orang yang merasa risih hingga membayar untuk melenyapkan kelompok itu. Sudahlah, jangan marahi putriku seperti itu, Ryan.’ Tuan Rafael menghentikan perdebatan Ryan dan Reed.

Alexa tersenyum mengakui kesalahannya, "Tapi aku memang ceroboh, Ayah. Aku seharusnya menahan diri agar tidak terlalu berlebihan.”

‘Jangan menundukkan kepalamu, cantikmu akan hilang, Nak...’ sang ayah berucap lembut.

‘Mari kita abaikan hal itu karena kau dan dua anak buahmu sudah berhasil dan celah kalian tertutupi. Yang ingin ayah tanyakan sekarang bagaimana dengan keadaanmu? Apa kau sudah ke dokter? Pasti sekarang sekujur tubuhmu sakit?’

‘Ayah menyesal memberimu izin ke sana, Rain...’

“Jangan merasa bersalah seperti itu, Ayah. Aku baik-baik saja. Hanya luka gores di tangan dan kaki, aku tidak mengalami patah tulang juga. Lagi pula dua anak buahku sudah merawatku di sini," Alexa jelas menenangkan keresahan ayahnya.

‘Tapi dua anak buahmu yang bodoh itu bukan dokter. Kau tunggu aku ke sana. Aku akan mengobatimu!’

"Tidak, jangan!" Alexa langsung menolak ucapan Ryan karena itu akan jelas menjadi buruk.

"Kau memang akan mengobati lukaku tapi kau juga akan membersihkan semua orang-orang yang berada di sekitarku. Tidak boleh, jangan ke sini!" Alexa memprotes, "Ayah tolong tahan Ryan, dia itu gila!" Alexa meminta bantuan sang ayah.

‘Jangan dengarkan dia, Ayah. Dia itu bodoh dan tidak tahu apapun. Bahkan menjaga dirinya sendiri saja tidak bisa!’ Ryan memprotes.

Ryan juga menolak ucapan Alexa, sementara Reed terlihat terkekeh sebelum menyesap secangkir kopi. Reed sungguh menikmati keributan antara dua adiknya itu.

‘Tahan kekesalanmu, Ryan. Rain bisa menjaga dirinya.’ ucapan Tuan Rafael langsung membuat Ryan diam.

"Bos, ada panggilan untukmu," dari balik pintu ruangan yang terbuka, Vin muncul dan mengantarkan kabar.

"Dari siapa?" tanya Alexa.

"Cora Benton,"

Alexa mengangguk singkat, "Sebentar!" lalu ia kembali fokus ke layar laptopnya.

"Ayah, Kak Reed, Ryan... aku mendapat panggilan dari keluarga sial itu. Aku tutup dulu, ya?" pamitnya pada keluarga nun jauh di sana.

Ketiganya mengangguk dan komunikasi berbeda tempat itu berakhir. Akan tetapi, baru saja panggilan video berakhir, muncul email masuk.

‘Tetaplah hidup sampai aku menemuimu!’

Itu dari Ryan yang begitu memperhatikan keadaan Alexa, hingga ia merasa terbebani dengan kasih sayang yang tidak biasa itu. Alexa tidak menjawab dan hanya mengabaikan layar laptopnya lalu menoleh pada Vin untuk meminta ponselnya.

"Berikan ponselku!"

Vin mengangguk dan mendekat, "Kira-kira apa lagi ulah yang mereka rencanakan untukmu, Bos?"

"Tidak tahu. Kita lihat saja." Alex mengendikkan bahu dan terkesan tidak peduli tentang apapun yang akan dilakukan keluarganya.

"Halo?" sapa Alexa singkat.

‘Datanglah ke rumah Keluarga Abbott, Tuan Besar menunggumu. Sekarang!’

Suara Cora bagaikan petir, saking nyaringnya hingga Alexa refleks menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Apa yang kalian mau—"

‘Tuuut... tuuut... tuuut...’ Panggilan berakhir, bahkan sebelum Alexa menanggapi.

"Perawan tua brengsek. Siapa yang akan menikahinya kalau sikapnya cerewet sekali?" Alexa bergumam kesal.

Bersamaan dengan itu, Kay muncul di sana juga, "Kenapa lagi, Bos?"

"Kay, siapkan motorku. Aku akan ke rumah orang tua itu," ucap Alexa santai pada Kay lalu menoleh ke Vin, "dan kau di kantor saja, Vin. Siapa tahu ada orang yang datang." lanjut bos mereka.

"Siapa yang mau datang, Bos? Keluarga anak itu itu?" Vin menebak.

"Kenapa jadi dia? Apa aku bilang dia yang mau datang? Ck, kau ini!" Alexa berdecak. Bukan tanpa alasan, tapi sering kali tebakan Vin benar terjadi. Dan jika keluarga Axel benar datang, itu artinya masalah baru akan muncul karena identitasnya ketahuan.

"Maaf, Bos. Aku hanya menebak, hehe..." tawa garing Vin mewarnai suasana sebelum bos cantik mereka keluar.

Hanya belasan menit memacu kuda besinya, Alexa tiba di depan kediaman keluarga Abbott. Rumah besar yang sama sekali tidak memiliki hangat kasih sayang untuknya. Rumah besar yang selalu mengingatkannya akan kesakitan, air mata, dan penghinaan pada Alexa yang malang.

Di dalam sana telah menunggu para orang tua serta anak kesayangan mereka, juga Cora sebagai orang kepercayaan keluarga Abbott.

Alexa langsung mengedarkan matanya ke arah Isle, ibu angkatnya. Wanita itu berpenampilan sederhana namun masih saja terlihat kumal di antara orang sekitarnya saat ini.

"Ibu, kenapa di sini juga?" sapa Alexa menghampir ibu angkatnya itu, karena memang sekalipun Isle selalu membuatnya bersedih, tapi dengan wanita lusuh itulah Alexa bertumbuh.

"Dasar anak tidak tahu rasa hormat! Begitukah caramu saat kembali ke rumah orang tuamu, hah?!" bentak Regan pada Alexa yang malah tidak acuh padanya.

"Oh, aku salah? Maaf kalau begitu," Alexa menjawab ayahnya sendiri dengan santai, "Salamku pada Tuan Regan Abbott yang terhormat, apa kabarnya Tuan dan Nyonya?" ucap Alexa memberi salam dengan senyum yang sengaja dipaksakan.

Masih sangat awal, tapi Alexa sudah membuat orang tuanya sendiri marah melihat tingkahnya yang tidak sopan. Melihat Regan dan Harley yang kelihatan akan meledak, Isle menyentuh pundak Alexa dan menasihatinya.

"Lexa, sopanlah sedikit pada orang tua, mereka orang tuamu juga, kan? Ke mana saja kau setelah sebulan kembali ke sini?" Isle menasihati Alexa sekaligus bertanya.

"Baiklah, aku minta maaf. Aku juga baik, jadi jangan repot memikirkanku. Sebenarnya aku diundang ke sini untuk apa? Apa sudah diputuskan pembagian harta warisan atau bagaimana?" tanya Alexa dengan santainya.

"Tutup mulutmu gadis bermulut kotor! Kenapa aku melahirkan anak sepertimu! Apa kau tidak merasa bersalah mengatakan itu? Itu artinya kau mendoakan kematian kami dan membagikan warisan, begitu?" kali ini Harley mengeluarkan berangnya.

"Mama sudahlah, jangan marah-marah seperti itu. Tolong maklumi Lexa yang biasa hidup bebas di luar sana. Ingat kesehatan Mama sendiri," Megan mencoba menenangkan amarah ibu mereka.

"Syukurlah kami memilikimu, Sayang. Kalau tidak, mungkin aku sudah mati sejak lama melihat tingkahnya!" gerutu Harley dan membandingkan Alexa dengan Megan.

Sementara Alexa yang menyaksikan semua itu di hadapannya memutar bola matanya malas. Suasana seperti ini seakan bisa ditebaknya, sekalipun mereka lama tidak bertemu. Bahkan Alexa sudah hafal dengan akting Megan yang akan terus mencari muka pada orang tuanya.

Tapi Alexa bahkan tidak peduli sekalipun pada mereka semua.

"Isle, tolong kau yang jelaskan padanya, apa maksud dia dipanggil ke sini!" ucap Harley Abbott memerintahkan Isle. Meski usia Isle lebih tua dibandingkan dengan Harley, namun status sosial yang amat berbeda membuat Harley dengan seenaknya menghilangkan kesopanan.

Terlebih, apa yang telah Tom Wood—suami Isle lakukan pada mereka saat anak-anak mereka lahir.

"Lexa, maksud kami menyuruhmu datang ke sini untuk menasihatimu agar tidak terjerumus lebih dalam dengan kehidupan liar," Isle menjelaskan.

"Apa maksudnya? Aku tidak mengerti," tanya Alexa yang sedikit bingung.

"Kami hanya ingin mengingatkanmu untuk menjaga dirimu sendiri. Jangan sampai kejadian lima tahun lalu terjadi lagi dan sampai membuat malu keluarga ini."

"Kau tahu, untuk menutupi kelakuanmu yang hamil dengan orang yang tidak jelas siapa, keluarga Abbott dan keluarga Carr mengeluarkan banyak uang untuk menutup mulut orang-orang di rumah sakit saat itu." Isle mengutarakan kecemasan.

Tapi setelah itu Harley kembali membentak.

"Jadi kalau kau buat lagi kebodohanmu yang dulu di masa sekarang, lebih baik kau mati dari pada harus membuat namaku tercemar dan malu karena memiliki anak sepertimu!" Harley menyela seketika. Ucapannya membentak Alexa hingga membuatnya terpejam dan mengepalkan tangannya.

'Memangnya kapan kalian peduli padaku?' batin Alexa.

Regan langsung pergi meninggalkan mereka setelah istrinya memarahi Alexa seperti itu. Harley dan Megan terlihat tersenyum puas melihat Alexa yang tersudutkan.

"Ada lagi? Apa masih ada lagi penghinaan yang ingin kalian katakan padaku hari ini?" tanya Alexa dengan nada yang masih tenang.

Namun, tidak ada yang tahu kala hatinya sudah terbakar amarah. Kalau tidak mengingat semua orang yang ada di hadapannya saat ini adalah orang biasa, maka mereka sudah habis oleh Alexa karena amarahnya.

"Tidakkah kau merasa bersalah karena menyusahkan Megan?" Isle bertanya lagi.

"Aku? Menyusahkannya? Kapan? Aku baru sebulan kembali ke sini." tanya Alexa lagi sambil menunjuk hidungnya sendiri.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Alexa, begitu juga Megan. Karena memang sebenarnya dirinya tidak disusahkan oleh Alexa. Omongan yang tidak masuk akal.

"Oh, tidak ada yang menjawab, ya? Jadi hari ini aku dipanggil hanya untuk dipermalukan dengan alasan yang tidak masuk akal? Hebat. Kalian benar-benar hebat!" ucap Alexa setelah menunggu repon semua orang.

"Kenapa tidak sekalian saja aku dihapus dari nama keluarga ini? Aku akan sangat berterima kasih." tambahnya.

"Alexa, kenapa kau tidak sopan pada keluargamu?!" bentak Isle pada Alexa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status