Alvaro menarik tengkuk Cara dan semakin memperdalam ciuman mereka. Dia melumat bibir atas dan bawah gadis itu dengan penuh gairah. Jantung keduanya berdetak semakin cepat.
Cara tanpa sadar meremas kedua lengan Alvaro sebagai pelampiasan. Rasanya seperti ada jutaan kupu-kupu yang mengepakkan sayap di dalam perutnya.
Ini sungguh gila dan mendebarkan.
"Erngh ...." Alvaro melepas pagutan bibirnya karena mendengar erangan halus keluar dari bibir Cara.
Napas keduanya tampak terengah. Cara segera menarik napas sebanyak mungkin ke dalam paru-parunya karena Alvaro tidak memberinya kesempatan sama sekali untuk mengambil napas.
Alvaro mengusap bibir basah Cara yang terlihat sedikit membengkak akibat ulahnya. Sangat menggoda, pikirnya. Dia suka sekali mel
Seoul, Korea Selatan.Jalanan kota Seoul terlihat padat karena sekarang bertepatan dengan jam pulang kantor. Jafier berulang kali mengembuskan napas panjang. Dia merasa sangat lelah karena pekerjaan di kantor hari ini lumayan banyak menguras tenaganya.Sebelum pulang, dia mampir sebentar ke rumah Alexandra karena ingin memberi hadiah untuk Dio."Uncle Jafiel!" teriak Dio sambil berlari kecil menghampiri Jafier saat pamannya itu turun dari Audy R8 miliknya. Anak laki-laki berusia lima tahun itu sontak mengulurkan kedua tangannya, minta digendong.Jafier pun segera mengangkat tubuh mungil Jafier dalam gendongannya."Dio kangen sekali sama, Uncle Jafiel," ucap anak itu dengan aksen cadelnya."Uncle juga kangen sekali sama, Dio," balas Jafier seraya mengacak-acak puncak kepala Dio dengan gemas membuat anak laki-laki berusia lima
Cara mengerjabkan mata perlahan. Gadis itu terbangun di tengah malam karena perutnya mendadak terasa lapar. Kening gadis itu berkerut dalam ketika melihat samping tempat tidurnya kosong.Di mana Alvaro? Apa lelaki itu sedang berada di dalam kamar mandi?Cara pun beranjak ke kamar mandi untuk mencari Alvaro. Namun, suaminya itu tidak ada di sana. Alvaro mungkin sedang menonton bola di ruang tengah, pikir Cara. Gadis itu pun bergegas mencari Alvaro ke ruang tengah. Namun, lelaki itu tidak ada di sana.Merasa sudah sangat lapar, Cara memutuskan untuk pergi ke ruang makan. Helaan napas panjang sontak lolos dari bibirnya karena di atas meja makan hanya ada nasi putih sisa makan malam semalamDi dalam lemari es sebenarnya ada bahan masakan. Akan tetapi Cara sedang malas untuk memasak.
Tempat itu sangat minim penerangan. Suara musik pun terdengar keras di mana-mana. Asap rokok dan minuman berakohol sudah menjadi teman bagi orang yang menghabiskan waktu di kelab malam.Mirror merupakan kelab malam paling cantik di Bali. Desain bangunannya mirip katedral Gothic dengan langit-langit yang cukup tinggi.Allendra kembali menuang wine ke dalam gelas, lalu memberikan minuman tersebut ke wanita seksi yang duduk tepat di sampingnya."Aku tidak mau, Allend," tolak Angela.Allendra menghela napas panjang karena malam ini Angela tidak bersemangat pergi ke kelab bersamanya. Padahal wanita itu biasanya menemaninya minum sampai pagi.Allendra pun meletakkan gelas tersebut kembali di atas meja. "Kau kenapa, Baby? Aku perhatikan hari ini kau lebih banyak diam?"
"Good morning, Baby!"Tubuh Alvaro menegang, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak, wajahnya pun sontak berubah pucat melihat seorang wanita bergaun merah yang berdiri tepat di tengah pintu kamarnya."Angela?" gumam Alvaro terdengar sangat lirih.Cara segera turun dari gendongan Alvaro. Gadis itu tampak heran karena Alvaro tiba-tiba berdiri mematung dengan wajah pucat.Cara pun segera mengikuti arah pandang Alvaro. Napas gadis itu tercekat melihat wanita yang sedang menatapnya dengan lekat."No-Nona Angela?!" gumam Cara terdengar gugup.Angela berjalan dengan anggun menghampiri Alvaro. Sepasang mata biru miliknya menatap lurus ke dalam manik mata lelaki itu. Jantung Alvaro semakin berdetak tidak nyaman. Dia seolah-olah ketahuan selingkuh dengan Cara oleh Angela.Cara
Cara ingin mengambil ponselnya yang tertinggal di kamar. Namun, gadis itu tiba-tiba saja berhenti melangkah. Sepasang mata zamrud miliknya terpaku menatap Alvaro dan Angela yang sedang berciuman di meja makan.Cara tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Entah kenapa oksigen di sekitarnya seolah-olah berubah menjadi karbon dioksida yang begitu mencekik leher. Dadanya sesak.Rasanya dia ingin sekali menarik Angela agar menjauh dari Alvaro. Namun, gadis itu tidak mempunyai cukup keberanian untuk melakukan hal itu karena sadar dengan posisinya jika dirinya hanya menjadi istri kedua bagi Alvaro.Cara pun cepat-cepat kembali mencabut rumput di halaman belakang karena tidak tahan melihat Alvaro yang memagut bibir Angela dengan penuh perasaan. Dia berdecak kesal karena cairan hangat kembali membasahi pipinya tanpa permisi."Aku kenapa, sih?" Cara mengusap air matanya dengan kasar. Namun, bayangan Alvar
Alexandra menggigit kuku jari cemas karena pikirannya mendadak tidak tenang. Wajah gadis yang dijumpainya bersama Dio di taman tadi terus melintas di ingatan.Benarkah gadis yang dia lihat di taman bersama Dio tadi adalah Caramell?Alexandra masih ingat dengan jelas bagaimana wajah Cara karena setahun yang lalu Jafier pernah menunjukkan foto gadis itu pada dirinya. Di foto tersebut Cara terlihat sangat manis dan menggemaskan. Namun, Cara yang baru saja dia lihat sangat berbeda. Gadis itu sekarang terlihat semakin cantik dan dewasa.Ada satu hal yang membuat Alexandra sangat terkejut. Perut Cara terlihat membesar. Apa gadis itu hamil?Alexandra tanpa sadar terus menggigit kuku jari tangannya. Apa Cara sudah menikah?"Ah, semua ini membuat kepal
Angela segera mengeluarkan ponselnya dari saku celana untuk menelepon Allendra karena Alvaro sedang mengambil minum di dapur. Senyum model seksi itu mengembang sempurna saat teleponnya diterima oleh Allendra. 'Kenapa kau baru meneleponku? Kau pasti sedang asyik menghabiskan waktu dengan Alvaro, kan?' berondong Allendra di seberang sana. Angela malah terkikik geli mendengarnya. "Apa kau merindukanku, Allend?" Allendra mendesah panjang. 'Kenapa kau masih bertanya, Baby? Tentu saja aku sangat merindukanmu.' Angela kembali terkekeh. Padahal baru satu minggu mereka berpisah, tapi Allendra sudah merindukan dirinya. "Aku juga merindukanmu, Allend. Tapi—" 'Kau pasti ingin mengatakan, aku terpaksa tinggal lumayan lama karena tidak ingin membuat Alvaro curiga. Begitu, kan?' "Astaga, Allend. Kenapa kau menggemaskan sekali?" pekik Angela tanpa sadar. W
"Kamu dari mana?"Alvaro berjingkat kaget mendengar suara Angela begitu memasuki kamar. Istri pertamanya itu sedang bersandar di ujung tempat tidur sambil memainkan ponselnya."A-aku tadi habis ngambil minum di dapur," jawab Alvaro terdengar gugup. Semoga saja Angela percaya dengan ucapannya padahal dia baru saja melihat Cara.Angela hanya ber'oh' ria menanggapi jawaban Alvaro. Wanita itu sebenarnya tidak percaya dengan apa yang Alvaro katakan. Namun, Angela dia tidak mau ambil pusing."Kenapa kamu bangun, Sayang?" tanya Alvaro sambil naik ke atas tempat tidur. Dia sengaja mengalihkan perhatian Angela agar tidak berpikir yang macam-macam."Mama baru saja meneleponku, Al."Kedua alis Alvaro menyatu. "M