MasukTatapan Kirana begitu terluka memandang ke arah pria yang begitu ia percayai.Tapi ternyata pria itu berkhianat kepadanya.
"Jangan bercanda Kirana,karena ini sama sekali tidak lucu." Nathan tentu saja terkejut mendengar ucapan itu keluar dari mulut Kirana.Nathan sama sekali tidak memikirkan hal itu meskipun dia sudah memiliki istri kedua tapi Nathan sama sekali tidak ingin bercerai dengan Kirana. "Apa aku terlihat bercanda?Aku tidak pernah main main dengan ucapan ku Nathan. Dengan kita bercerai, kamu bisa bebas bersama dengan Jihan.Aku berharap jika istri mu itu akan memberikan apa yang tidak bisa aku berikan." Kirana berjalan masuk ke dalam kamarnya dan beberapa menit kemudian, dia kembali dengan sebuah amplop cokelat di tangannya. Sementara Jihan yang mendengar jika Kirana ingin bercerai tampak begitu bahagia tapi dia tidak mungkin menunjukkan semua itu. Dia tidak mengatakan apa pun. "Tanda tangani ini dan mari kita akhiri pernikahan kita."Ucap Kirana kembali yang semakin membuat Nathan kesal. Nathan meraih amplop cokelat itu dan merobeknya tanpa melihat isinya.Kirana yang melihat sikap suaminya tentu saja merasa bingung. "Kita tidak akan bercerai karena aku menolak untuk bercerai.Kembali ke kamar mu dan pikirkan semuanya.Jangan pernah mengatakan perceraian lagi karena hal itu tidak akan pernah terjadi." Nathan terlihat begitu kesal, bahkan Kirana sendiri tampak terkejut dengan tanggapan Nathan yang seperti.Jihan sendiri merasa kesal dengan sikap Nathan yang menolak untuk bercerai. Sementara itu Claudia tidak mengatakan apa pun. Dia tahu jika situasi sekarang, tidak memungkinkan untuk dirinya ikut campur dengan masalah rumah tangga putranya. Dia melihat jika putranya sedang kesal saat ini dan dia tidak ingin semakin membuat putranya kesal.Claudia memilih untuk meninggalkan mereka. Begitu juga dengan Jihan,Meskipun sebenarnya dia ingin mereka bercerai tapi dia tidak mungkin mengatakan hal itu secara terang terangan. Dia juga tidak ingin menunjukkan hal itu kepada mereka. Kini hanya Kirana dan Nathan yang berada di sana.Nathan mendekat dan memeluk Kirana. "Aku tahu jika kamu terluka tapi aku ingin memiliki seorang anak.Kamu tidak bisa mewujudkan hal itu Kirana." "Aku baik baik saja Nathan. Kamu dengar sendiri jika dokter mengatakan jika kesehatan ku baik baik saja.Kita hanya perku berusaha dan berdoa tapi kamu menyakiti hatiku dengan mencari wanita lain." Mata Kirana kembali berkaca-kaca mengatakan semua hal itu. Sementara Nathan terus memeluk erat Kirana. "Maafkan aku." Kirana melepaskan pelukan Nathan dan kembali ke kamarnya. Dia sudah mendengar ucapan maaf dari suaminya tapi tetap saja, hal itu tidak akan mengubah apa pun.Hatinya sudah terlanjur sakit dan semuanya tidak akan pernah bisa sembuh dengan semudah itu. Nathan hanya menatap kepergian Kirana dan kembali ke dalam kamarnya. Begitu membuka pintu, dia melihat Jihan sedang merapikan tempat tidur mereka berdua. Nathan tidak mengatakan sepatah kata pun. Pria itu berlalu begitu saja melewati Jihan dan masuk ke dalam kamar mandi. Jihan yang melihat hal itu hanya menghela nafas kasar dan berusaha menahan rasa kesal nya. "Apa kamu masih memiliki perasaan kepada istri mu?Itu sebabnya kamu menolak untuk bercerai?"Batin Jihan menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup. Sementara itu di dalam kamar mandi. Nathan mengguyur tubuhnya dengan air dingin.Pikirannya sedang berkecamuk saat ini.Dia jelas marah ketika Kirana ingin bercerai dengannya.Meskipun hatinya sudah bukan untuk Kirana lagi tapi dia merasakan kesal ketika wanita itu ingin meninggalkan dirinya dan ingin bercerai. Satu jam berlalu... Kirana berjalan ke arah dapur. Wanita itu ingin membuat makan siang. Meskipun hatinya sedang tidak baik-baik saja. Tapi dia tetap seorang istri,dan dia memiliki tugas. Kirana dengan telaten menyiapkan semua bahan bahan yang akan dia masak untuk makan siang. Sesekali dia melamun tapi kedatangan seseorang mengalihkan perhatian wanita berhijab itu. "Boleh aku membantu kak Kirana?" Kirana menoleh dan menatap istri kedua suaminya. Kirana menghela nafas berat dan berusaha tersenyum.Melihat senyuman Kirana,Jihan mendekat dan mulai membantu. "Maafkan aku kak.Aku tahu jika kedatangan ku membuat kakak terluka.Tapi aku sedang hamil kak." Tangan Kirana terhenti ketika dia mendengar ucapan dari Jihan.Jadi wanita itu hamil sebelum mereka menikah. Hal itu semakin membuat hati Kirana hancur tapi dia tetap berusaha bersikap tenang di hadapan Jihan. "Jadi kamu sudah mengkhianati ku sejak lama Nathan. Kenapa aku tidak menyadari hal itu?Apa aku terlalu percaya kepada mu.Meskipun aku menyadari perubahan sikap mu selama ini tapi tetap saja aku tidak pernah memikirkan semua itu. "Mata Kirana tampak berkaca-kaca tapi dia tetap berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh di depan Jihan. Sementara itu Jihan diam diam mengamati ekspresi Kirana setelah mengatakan jika dirinya sedang hamil.Nathan sudah memintanya untuk merahasiakan hal itu untuk sementara waktu dari Kirana tapi tampaknya Jihan sudah tidak sabar untuk mengatakannya kepada Kirana. Selesai memasak untuk makan siang, Jihan menawarkan diri untuk mencuci piring bekas mereka memasak.Kirana tidak menolak dan membiarkan Jihan melakukannya. Kirana membawa makanan yang sudah mereka masak ke meja makan. Begitu ia kembali ke dapur,dia melihat kehadiran Nathan. Bahkan Nathan memeluk Jihan dari belakang. Melihat semua itu membuat hati Kirana sakit.Dulu,dia juga mendapatkan perlakuan seperti itu dari Nathan. Kirana tetap melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan mengambil makanan yang akan di bawa ke meja.Wanita itu mengabaikan suaminya yang sedang bermesraan dengan istri keduanya. Begitu juga dengan Nathan, pria itu sama sekali tidak melepaskan pelukannya kepada Jihan.Dia tetap memeluk Jihan. "Aku mengatakan kepada kak Kirana jika aku hamil sayang. " Nathan melerai pelukannya dan menatap wajah Jihan.Ada perasaan gugup yang terpancar di mata pria itu ketika mendengar ucapan dari Jihan.Nathan hanya tersenyum tipis dan melangkahkan keluar menuju ke meja makan. Beberapa menit kemudian, Jihan juga menyusul ke meja makan. Nathan dan Jihan duduk berdampingan. Sedangkan Kirana duduk berdampingan dengan Ibu mertuanya. Sesekali Nathan melirik ke arah Kirana. Semua itu terlihat oleh Jihan.Tentu saja hal itu membuat wanita itu kesal kepada suaminya. Sementara Kirana sama sekali tidak mengatakan sepatah kata pun.Wanita itu tetap saja diam dan menyantap makanannya. Sesekali hanya ibu mertuanya yang memecahkan keheningan dengan mengajak mengobrol Jihan.Tapi Nathan juga tidak mengatakan sepatah kata pun.Pria itu terlihat sedang mengkhawatirkan sesuatu saat ini. "Selamat untuk kalian berdua." Kirana membuka mulut setelah diam selama beberapa saat. Kini dia menatap wajah suaminya.Ke esokan paginya.. Nathan membuka matanya, pria itu menoleh ke arah sampingnya. Pria itu kembali menghela nafas kasar. Pagi ini, dia benar-benar tidak bersemangat. Semalam pria itu baru masuk setelah jam menunjukkan pukul 12 malam. Dia sengaja melakukan hal itu untuk menghindari sang istri. "Apa dia sudah berangkat ke kantor?" Pria itu mengedarkan pandanganya. Beberapa menit kemudian, dia bangkit dari tempat tidur. Dia berjalan ke arah kamar mandi, pria itu membersihkan diri. Di sisi lain, Jihan tiba di perusahaan lebih awal. Dia melakukan hal itu karena kesal dengan suaminya. Sepanjang malam dia tidak bisa tidur. Dia begitu gelisah karena memikirkan rumah tangganya. Wanita itu melangkah masuk ke dalam lift. Pikirannya sedang begitu kacau saat ini. "Bagaimana kabarnya? Apa dia laki-laki atau perempuan?" Jihan menoleh dan melihat pak Tony yang sedang tersenyum kepada dirinya. "Apa kamu ada masalah dengan Nathan?" Pria paruh baya itu kembali bertanya. Jihan menghemb
"Kamu benar, aku berharap jika kita akan di takdirkan untuk bersama Kirana. " Kini Zakki benar-benar telah memiliki harapan kepada wanita di sampingnya itu. Pria itu menoleh dan berharap jika wanita di sampingnya itu akan berubah pikiran suatu saat nanti. Kini pria itu mulai merasa lega setelah mendengar ucapan dari wanita di sampingnya itu. Lima belas menit kemudian, mobil mereka kembali melaju dengan kecepatan sedang. Sesekali Zakki melirik ke arah Kirana yang tidak mengatakan sepatah kata pun lagi. Setibanya di depan rumahnya, Kirana pamit kepada Zakki dan masuk ke dalam rumah. Sebelum turun dari mobil, wanita itu mengucapkan terima kasih terlebih dahulu. "Terima kasih Kirana, Aku berharap suatu saat kamu akan mencintai ku seperti aku mencintaimu."Gumam pria itu sebelum meninggalkan Kediaman Kirana. Pria itu kembali ke Kediaman miliknya dengan perasaan senang. Setelah bertahun-tahun lamanya akhirnya dia telah memiliki harapan untuk mendapatkan wanita yang dia cintai.
"Silahkan di nikmati pak Zakki dan bu Kirana. " Ucap pak Tony mempersilahkan mereka berdua. Nathan dan Jihan hanya diam dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Mereka berdua jelas tidak ingin banyak bicara dan menimbulkan kecurigaan Zakki. Jauh dari lubuk hatinya, Jihan merasakan sakit hati ketika melihat bagaimana orang-orang menghormati Kirana. Wanita yang selalu ia rendahkan dan merasa dirinya paling sempurna. Tapi justru hal tidak terduga terjadi. Wanita yang dia rendahkan justru adalah orang yang memiliki jabatan penting. Bahkan dia tidak akan pernah mampu menandingi wanita itu. Jihan terus saja larut dengan pemikirannya. Dia tidak begitu Fokus hingga dia tidak tahu apa yang telah mereka bicarakan. Tiga puluh menit berlalu.. "Sebaiknya kami pergi. Terima kasih atas jamuan makan malamnya pak Tony. " Ucap Kirana tersenyum kecil. Wanita itu kemudian mengajak Zakki dan meninggalkan ruangan tersebut. Begitu Kirana pergi, pak Tony menghancurkan ruangan itu. Nathan
"Assalamualaikum, Zakki."Ucap Kirana tersenyum kecil memandang ke arah laki-laki yang tengah berdiri di hadapannya. Pria itu mengenakan jas berwarna hitam dan juga dasi kupu-kupu yang semakin menunjang penampilannya. Senyuman pria itu sejenak membuat hati Kirana berdebar. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, Kirana tersentak ketika pria itu membuka pintu mobilnya dan memegang tangannya. Spontan wanita itu menarik tangannya hingga membuat Zakki tersenyum tipis. Sejenak wanita itu merasa bingung dengan sikap pria di hadapannya itu. Kirana masuk ke dalam mobil begitu pria itu memberi isyarat. Sedangkan pria di hadapannya itu tidak hentinya tersenyum hingga keduanya masuk ke dalam mobil. Di perjalanan, Zakki berusaha mencairkan suasana. Bahkan pria itu melontarkan candaan yang membuat Kirana tertawa kecil. Tanpa mereka sadari kini, mereka sudah tiba di depan restoran. Begitu turun dari mobil, seorang pelayan wanita menyambut kedatangan mereka berdua. "Nona Kirana?" Pelayan
"Tidak ada salahnya membuka hati untuk seseorang yang begitu tulus. Aku mengerti bagaimana perasaan anda tapi setidaknya terima ajakan makan malamnya. Ini udah kesekian kalinya. "Ucap Ana tersenyum tipis. Ana meninggalkan ruangan atasannya dan kembali ke meja kerjanya. Sementara Kirana hanya menatap buket bunga itu. Hatinya di penuhi dengan perasaan gundah. Entah dia harus menyetujuinya atau tidak. Ada keraguan di dalam hati wanita itu. "Ya ,allah.Tunjukkan jalan yang benar untukku. Aku tahu jika Zakki adalah laki-laki yang baik tapi aku belum siap untuk semuanya." Tatapan wanita itu begitu sendu. Dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya saat ini. Dia sudah berusaha untuk bersikap biasa saja tapi tetap saja dia tidak bisa menghilangkan rasa trauma di dalam hatinya. Wanita itu menghembuskan nafas kasar sebelum dia menyalakan komputer miliknya. Dia terus saja berusaha menenangkan dirinya. Kirana menyalakan komputer miliknya dan mulai melakukan pekerjaannya yang sempat
Ke esokan paginya.. Kirana baru saja tiba di depan perusahaan miliknya. Mobil wanita itu berhenti ketika seseorang melambaikan tangan ke arahnya. Orang itu tidak lain adalah Zakki. Pria itu sedang duduk manis di dalam mobilnya memandang ke arah Kirana yang baru saja turun dari mobilnya. Wanita itu tersenyum tipis ke arahnya. "Assalamualaikum. '' Kirana menghampiri Zakki yang masih berada di dalam mobilnya. "Waalaekum salam. Apa aku mengganggu?" Pria itu tersenyum tipis, tatapannya begitu dalam memandang wanita cantik di hadapannya itu. Rambutnya yang tertutupi hijab semakin menimbulkan kesan elegan dan anggun kepada wanita di hadapannya. Terakhir mereka berdua bertemu, empat tahun yang lalu. Wanita itu masih belum mengenakan hijab. Pakaian masih belum tertutup, Zakki tahu kebiasaan wanita itu mengerai rambut panjangnya. Sekarang, penampilan wanita di hadapannya sangat tertutup. Sejenak pria itu terpesona, tatapannya begitu dalam. Siapa pun yang melihatnya pasti bisa t







