LOGIN"Sudah terlambat untuk memberi mereka selamat.Mereka Sudah menikah beberapa hari dan kamu baru memberi mereka selamat."Timpal Claudia terus menyantap makanannya.
"Selamat juga untuk ibu karena akan segera menggendong cucu."Kini pandangan Kirana beralih kepada ibu mertuanya. Dari pandangan Kirana,tampaknya ibu mertuanya tidak tahu apa apa tentang kehamilan Jihan.Kini pandangan Kirana beralih kepada. Kekecewaan terpancar jelas di mata wanita itu. Kirana menyelesaikan makan siangnya dan meninggalkan meja makan.Baru beberapa langkah, dia mendengar ibu mertuanya yang terlihat begitu senang dengan kehamilan Jihan. Bahkan wanita paruh baya itu kembali membandingkan dirinya dengan Jihan. Mendengar semua itu,Kirana hanya bisa menahan diri untuk tidak menangis. Entah kesalahan besar apa yang pernah ia lakukan hingga mendapatkan cobaan seberat ini.Kirana terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya. Sementara itu di satu sisi, Claudia tidak hentinya memuji Jihan. Wanita paruh baya itu sama sekali tidak peduli dengan perasaan Kirana saat ini. Selama ini,kirana berusaha untuk memberikan cucu kepada ibu mertuanya untuk meluluhkan hati wanita paruh baya itu tapi nyatanya dia tidak berhasil padahal kesehatannya baik baik saja. "Ibu,sudah.Kirana akan mendengar ucapan ibu." "Memangnya kenapa?Perkataan ibu benar,dia memang tidak bisa memberi mu keturunan. "Ucap Claudia tersenyum tanpa mempedulika perasaan Kirana. Nathan hanya menghela nafas mendengar ucapan dari ibunya.Dia tahu jika selama ini ibunya begitu menginginkan cucu. Nathan juga tahu jika selama ini,Kirana begitu berusaha untuk mewujudkannya tapi sampai sekarang dia tidak berhasil.Dan sekarang dia tahu jika wanita itu sudah begitu kecewa dengan dirinya. "Mulai dari sekarang, Jihan tidak boleh menyiapkan makanan. Biarkan Kirana yang melakukannya.Dia itu tidak melakukan apa apa.Dia hanya berada di rumah sepanjang hari dan dia begitu santai."Ucap Claudia kembali. Kirana yang masih berada tidak jauh dari mereka jelas mendengar obrolan mereka. Perkataan ibu mertuanya jelas membuatnya sakit hati.Kirana melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar dengan perasaan hancur. Ke esokan paginya... Selesai shalat subuh,Kirana meninggalkan rumah.Wanita sedang berada di cafe bersama dengan seorang wanita.Entah apa yang mereka bicarakan tapi sepertinya wanita yang di temui Kirana bukanlah orang sembarangan.Dari cara berpakaiannya,dia tampak berkelas. "Sebaiknya aku kembali. "Ucap Kirana beranjak dari tempat duduknya. "Baik bu." Kirana tersenyum kecil dan melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 6 pagi.Kirana meninggalkan cafe dan masuk ke dalam mobil taksi yang dia pesan. Setibanya di depan rumah, dia sudah melihat tatapan ibu mertuanya. Tatapannya jelas tidak begitu senang saat ini. "Assalamu alaikum bu."Kirana tahu jika ibu mertuanya sedang kesal saat ini tapi dia tetap mengucapkan salam kepada ibu mertuanya. "Waalaekum salam, sekarang kamu sudah pergi tanpa izin Kirana.Dari mana kamu pagi pagi begini?" Claudia menatap tajam ke arah menantunya. Dia jelas tidak senang saat ini. Kirana menyadari hal itu tapi dia tidak ingin mengambil pusing semua itu. Dia sudah terbiasa dengan sikap mertuanya. Jika itu dulu, dia akan berusaha untuk menenangkan hati mertuanya tapi sekarang dia tidak ingin melakukan hal itu.Dia sudah begitu lelah dengan semuanya. Kirana tidak ingin mengambil pusing semua itu.Dia ingin mementingkan kebahagiaannya sekarang. "Aku ada urusan sebentar bu."Jawab Kirana hendak melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. "Kamu harus menyiapkan sarapan Kirana. Jihan tidak bisa melakukannya karena dia sedang hamil.Dia juga harus ke kantor." "Ibu benar Kirana. Jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi. Kamu itu masih istri ku dan kamu harus menuruti perkataan ku." Kirana menatap suaminya. Dia tidak menyangka jika ucapan itu akan keluar dari mulut laki-laki yang pernah berjanji ingin seumur hidup dengannya. "Perkataan apa yang tidak aku patuhi?Aku keluar karena ada urusan. Aku tidak melakukan sesuatu atau pun menemui seseorang. "Kirana melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Melihat sikap Kirana seperti itu membuat Nathan kesal.Nathan jelas mengenal bagaimana sosok wanita itu. Selama ini,Kirana tidak pernah mengecewakan dirinya.Wanita itu selalu saja menuruti apa pun keinginannya. "Sekarang kamu sudah mulai mengacuhkan ku Kirana. " "Ada apa dengan Kirana?" Claudia menghampiri putranya setelah melihat kepergian Kirana.Wanita paruh baya itu jelas geram melihat sikap Kirana yang mulai bersikap dingin. "Aku juga tidak tahu bu."Nathan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dan menuju ke meja makan. Pagi ini,Claudia terpaksa membuat sarapan. Nathan dan Jihan harus ke kantor sedangkan Kirana sedang tidak ada.Selama ini,mereka tidak pernah memakai jasa pembantu karena ada Kirana yang melakukan semua pekerjaan rumah. "Dari mana sayang?"Jihan baru saja tiba di meja makan. "Tidak ada sayang.Kamu harus sarapan yang banyak.Satu hal lagi sayang,kamu tidak boleh terlalu kecapean. "Ucap Nathan yang terlihat begitu perhatian. "Nathan benar nak."Timpal Claudia tersenyum memandang ke arah Jihan. "Iya sayang, bu."Jihan tersenyum tipis melihat bagaimana suaminya dan ibu mertuanya begitu perhatian kepadanya. Kirana yang berada di dalam dapur jelas mendengar bagaimana suaminya dan juga ibu mertuanya begitu perhatian kepada Jihan. Di awal pernikahan mereka berdua, Nathan juga begitu perhatian kepadanya tapi setelah pernikahan mereka menginjak tiga tahun,Sikap Nathan mulai berubah. "Kamu begitu perhatian kepada Jihan Nathan. Kamu dengan cepat melupakan semua tentang kita."Batin Kirana tetap menyelesaikan pekerjaannya.Ke esokan paginya.. Nathan membuka matanya, pria itu menoleh ke arah sampingnya. Pria itu kembali menghela nafas kasar. Pagi ini, dia benar-benar tidak bersemangat. Semalam pria itu baru masuk setelah jam menunjukkan pukul 12 malam. Dia sengaja melakukan hal itu untuk menghindari sang istri. "Apa dia sudah berangkat ke kantor?" Pria itu mengedarkan pandanganya. Beberapa menit kemudian, dia bangkit dari tempat tidur. Dia berjalan ke arah kamar mandi, pria itu membersihkan diri. Di sisi lain, Jihan tiba di perusahaan lebih awal. Dia melakukan hal itu karena kesal dengan suaminya. Sepanjang malam dia tidak bisa tidur. Dia begitu gelisah karena memikirkan rumah tangganya. Wanita itu melangkah masuk ke dalam lift. Pikirannya sedang begitu kacau saat ini. "Bagaimana kabarnya? Apa dia laki-laki atau perempuan?" Jihan menoleh dan melihat pak Tony yang sedang tersenyum kepada dirinya. "Apa kamu ada masalah dengan Nathan?" Pria paruh baya itu kembali bertanya. Jihan menghemb
"Kamu benar, aku berharap jika kita akan di takdirkan untuk bersama Kirana. " Kini Zakki benar-benar telah memiliki harapan kepada wanita di sampingnya itu. Pria itu menoleh dan berharap jika wanita di sampingnya itu akan berubah pikiran suatu saat nanti. Kini pria itu mulai merasa lega setelah mendengar ucapan dari wanita di sampingnya itu. Lima belas menit kemudian, mobil mereka kembali melaju dengan kecepatan sedang. Sesekali Zakki melirik ke arah Kirana yang tidak mengatakan sepatah kata pun lagi. Setibanya di depan rumahnya, Kirana pamit kepada Zakki dan masuk ke dalam rumah. Sebelum turun dari mobil, wanita itu mengucapkan terima kasih terlebih dahulu. "Terima kasih Kirana, Aku berharap suatu saat kamu akan mencintai ku seperti aku mencintaimu."Gumam pria itu sebelum meninggalkan Kediaman Kirana. Pria itu kembali ke Kediaman miliknya dengan perasaan senang. Setelah bertahun-tahun lamanya akhirnya dia telah memiliki harapan untuk mendapatkan wanita yang dia cintai.
"Silahkan di nikmati pak Zakki dan bu Kirana. " Ucap pak Tony mempersilahkan mereka berdua. Nathan dan Jihan hanya diam dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Mereka berdua jelas tidak ingin banyak bicara dan menimbulkan kecurigaan Zakki. Jauh dari lubuk hatinya, Jihan merasakan sakit hati ketika melihat bagaimana orang-orang menghormati Kirana. Wanita yang selalu ia rendahkan dan merasa dirinya paling sempurna. Tapi justru hal tidak terduga terjadi. Wanita yang dia rendahkan justru adalah orang yang memiliki jabatan penting. Bahkan dia tidak akan pernah mampu menandingi wanita itu. Jihan terus saja larut dengan pemikirannya. Dia tidak begitu Fokus hingga dia tidak tahu apa yang telah mereka bicarakan. Tiga puluh menit berlalu.. "Sebaiknya kami pergi. Terima kasih atas jamuan makan malamnya pak Tony. " Ucap Kirana tersenyum kecil. Wanita itu kemudian mengajak Zakki dan meninggalkan ruangan tersebut. Begitu Kirana pergi, pak Tony menghancurkan ruangan itu. Nathan
"Assalamualaikum, Zakki."Ucap Kirana tersenyum kecil memandang ke arah laki-laki yang tengah berdiri di hadapannya. Pria itu mengenakan jas berwarna hitam dan juga dasi kupu-kupu yang semakin menunjang penampilannya. Senyuman pria itu sejenak membuat hati Kirana berdebar. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, Kirana tersentak ketika pria itu membuka pintu mobilnya dan memegang tangannya. Spontan wanita itu menarik tangannya hingga membuat Zakki tersenyum tipis. Sejenak wanita itu merasa bingung dengan sikap pria di hadapannya itu. Kirana masuk ke dalam mobil begitu pria itu memberi isyarat. Sedangkan pria di hadapannya itu tidak hentinya tersenyum hingga keduanya masuk ke dalam mobil. Di perjalanan, Zakki berusaha mencairkan suasana. Bahkan pria itu melontarkan candaan yang membuat Kirana tertawa kecil. Tanpa mereka sadari kini, mereka sudah tiba di depan restoran. Begitu turun dari mobil, seorang pelayan wanita menyambut kedatangan mereka berdua. "Nona Kirana?" Pelayan
"Tidak ada salahnya membuka hati untuk seseorang yang begitu tulus. Aku mengerti bagaimana perasaan anda tapi setidaknya terima ajakan makan malamnya. Ini udah kesekian kalinya. "Ucap Ana tersenyum tipis. Ana meninggalkan ruangan atasannya dan kembali ke meja kerjanya. Sementara Kirana hanya menatap buket bunga itu. Hatinya di penuhi dengan perasaan gundah. Entah dia harus menyetujuinya atau tidak. Ada keraguan di dalam hati wanita itu. "Ya ,allah.Tunjukkan jalan yang benar untukku. Aku tahu jika Zakki adalah laki-laki yang baik tapi aku belum siap untuk semuanya." Tatapan wanita itu begitu sendu. Dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya saat ini. Dia sudah berusaha untuk bersikap biasa saja tapi tetap saja dia tidak bisa menghilangkan rasa trauma di dalam hatinya. Wanita itu menghembuskan nafas kasar sebelum dia menyalakan komputer miliknya. Dia terus saja berusaha menenangkan dirinya. Kirana menyalakan komputer miliknya dan mulai melakukan pekerjaannya yang sempat
Ke esokan paginya.. Kirana baru saja tiba di depan perusahaan miliknya. Mobil wanita itu berhenti ketika seseorang melambaikan tangan ke arahnya. Orang itu tidak lain adalah Zakki. Pria itu sedang duduk manis di dalam mobilnya memandang ke arah Kirana yang baru saja turun dari mobilnya. Wanita itu tersenyum tipis ke arahnya. "Assalamualaikum. '' Kirana menghampiri Zakki yang masih berada di dalam mobilnya. "Waalaekum salam. Apa aku mengganggu?" Pria itu tersenyum tipis, tatapannya begitu dalam memandang wanita cantik di hadapannya itu. Rambutnya yang tertutupi hijab semakin menimbulkan kesan elegan dan anggun kepada wanita di hadapannya. Terakhir mereka berdua bertemu, empat tahun yang lalu. Wanita itu masih belum mengenakan hijab. Pakaian masih belum tertutup, Zakki tahu kebiasaan wanita itu mengerai rambut panjangnya. Sekarang, penampilan wanita di hadapannya sangat tertutup. Sejenak pria itu terpesona, tatapannya begitu dalam. Siapa pun yang melihatnya pasti bisa t







