Melihat kepergian Kirana, Nathan bergegas mengunci pintu. Bahkan Kirana mendengar suara pintu yang di kunci.Melihat sikap suaminya,Kirana semakin merasakan sakit hati.
Kini Kirana tiba di dalam kamar yang akan dia tempati mulai sekarang. Wanita itu melihat kamar yang tampak sederhana dan hanya ada satu lemari dan tempat tidur yang hanya bisa di tempati oleh satu orang saja. Mata Kirana kembali berkaca-kaca. Dia sama sekali tidak pernah menyangka jika hal ini akan terjadi.Bahkan dia tidak pernah memikirkan jika suaminya akan mengkhianati dirinya. Memikirkan semua itu, membuat Kirana meneteskan air matanya kembali.Dadanya kembali terasa sesak,air matanya tidak hentinya bercucuran. Sementara itu di kamar utama, suaminya sedang bersenang senang dengan istri keduanya. Tidak ada rasa bersalah yang di tunjukkan oleh Nathan. Bahkan dia tidak memikirkan sedikit pun perasaan Kirana saat ini. Ke esokan paginya.... Kirana sengaja tidak keluar dari kamar, ,selesai shalat subuh.Kirana memutuskan untuk tetap berada di dalam kamarnya. Kirana baru keluar setelah jam 7 pagi.Jika biasa dia akan membuat sarapan di pagi hari.Kali ini wanita itu tidak melakukannya.Dia tidak peduli dengan ucapan mertuanya lagi.Sakit hati yang di berikan oleh suaminya begitu besar. Begitu tiba di meja makan,Dia langsung mendapatkan tatapan tajam dari ibu mertuanya. Sedangkan ayah mertuanya sedang berangkat ke toko.Ayah mertuanya memang jarang sekali ikut sarapan bersama mereka. Tidak berselang lama kemudian,Nathan juga sudah tiba di meja makan bersama dengan Jihan.Wanita yang baru kemarin ia nikahi. "Lihatlah Kirana Nathan. Sekarang dia tidak melakukan apa pun.Bahkan sarapan tidak ada di meja makan." Claudia langsung mengadu kepada putranya. Kirana jelas tahu bagaimana kekesalan ibu mertuanya saat ini tapi dia sudah memutuskan untuk tidak peduli lagi. Kirana sudah melakukan semuanya selama tiga tahu untuk mendapatkan hati mertuanya tapi tetap saja dia tidak pernah mendapatkan hal itu. Ibu mertuanya tetap saja tidak pernah menyukai dirinya. Kini pandangan Kirana beralih kepada suaminya. Dia bisa melihat kekesalan pria itu tapi dia tidak mengatakan apa pun.Dia hanya mengajak istri keduanya berangkat ke kantor. Melihat tidak ada tanggapan dari putranya, hal itu semakin membuat Claudia kesal.Tatapannya semakin tajam kepada Kirana. "Sekarang kamu sudah puas.Suami mu berangkat ke kantor tanpa sarapan."Ucap Claudia dengan nada yang terdengar marah. Kirana tidak menjawabnya, wanita itu melangkah kakinya menuju ke dapur.Kirana membuka kulkas dan mengambil dua lembar roti tawar dan memangganya. Dia tidak membuat untuk ibu mertuanya karna ia tahu jika wanita paruh baya itu tidak akan menyantapnya jika dia dalam keadaan kesal. Sementara itu di dalam mobil, Jihan bergelayut manja di lengan suaminya. Nathan sendiri tampak begitu bahagia. Layaknya pengantin baru, mereka berdua selalu bermesraan jika punya kesempatan. Setibanya di perusahaan, Para rekan kerjanya mengucapkan selamat atas pernikahan mereka berdua. Tentu saja Nathan dan Jihan begitu senang dengan hal itu.Di tambah lagi dengan hadiah yang mereka dapatkan. Tidak ada yang tahu jika Nathan memiliki istri.Keberadaan Kirana menjadi sebuah rahasia Nathan. Pria itu tidak pernah mengatakan apa pun tentang Kirana.Bahkan tidak ada yang tahu jika Nathan sudah menikah.Mereka hanya tahu tentang hubungan Nathan dan Jihan. Kirana juga sama sekali tidak tahu jika suaminya merahasiakan pernikahan mereka di kantor.Meskipun mereka berdua menjalin hubungan sebelum menikah tapi Kirana tidak pernah ikut campur dengan masalah pekerjaan Nathan. "Terima kasih. "Jihan tersenyum bahagia menerima pemberian dari rekan kerja mereka. Begitu juga dengan Nathan, pria itu bahkan menggenggam tangan Jihan di depan semua rekan kerjanya. Sementara itu di satu sisi,Kirana kembali ke dalam kamarnya setelah selesai sarapan. Wanita itu menghubungi seseorang. Entah apa yang mereka bicarakan tapi tampaknya pembicaraan mereka berdua cukup serius. Kirana tidak menunjukkan ekspresi apa pun tapi matanya tidak bisa berbohong jika saat ini dia begitu terluka. "Apa kamu yakin?Kalian sudah menikah selama tiga tahun.Aku juga tahu jika kamu begitu mencintai pria itu.Mungkin saja dia sedang khilaf. " Kirana tersenyum tipis mendengar ucapan dari seseorang yang menjadi lawan teleponnya. Kirana jelas tahu kenapa dia mengatakan hal seperti itu. Selama ini Kirana selalu memuji suaminya yang selalu bersikap baik kepada dirinya. Bahkan selama ini Nathan selalu melakukan apa pun yang dia inginkan. Tapi setahun belakangan ini,Kirana mulai menyadari perubahan sikap suaminya.Tapi tidak ada sedikit pun yang terbersit di benaknya jika suaminya akan melakukan pengkhianatan kepada diri nya. Dua hari setelah pernikahan Nathan dan Jihan.Hari ini adalah hari minggu maka itu artinya Nathan dan Jihan berada di rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi tapi Kirana masih belum keluar dari kamar. Semenjak suaminya menikah,Kirana jarang sekali meninggalkan kamar jika bukan hal yang penting. Dia tidak ingin melihat suaminya selalu bermesraan dengan istri keduanya. Nathan dan Jihan tidak memilih tempat,entah mereka sengaja melakukan hal itu untuk membuat Kirana cemburu atau apa pun itu.Tapi Nathan dan Jihan sama sekali tidak menghargai perasaan Kirana. "Kirana,keluar kamu." Kirana yang berada di dalam kamarnya, jelas mendengar teriakan dari ibu mertuanya. Suaranya menggema di seluruh rumah. Kirana jelas tahu pemicu ibu mertuanya melakukan hal itu.Tapi dia tetap bersikap tenang dan melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. Tidak berselang lama kemudian, Nathan dan Jihan juga keluar dari kamar mereka.Karena kamar mereka yang berdekatan, tentu saja Nathan dan Jihan mendengar teriakan dari ibu mertuanya. "Ada apa bu?" Nathan menoleh kepada ibunya. Dia bisa melihat kekesalan dari wanita paruh baya itu.Tapi berbeda dengan Kirana wanita itu terlihat begitu santai. "Kirana tidak membuat sarapan sama sekali.Dia sudah melakukan hal itu selama dua hari ini Nathan. Apa kamu akan membiarkan dia melakukan hal itu?Dia mulai bersikap seenaknya. " Kirana bisa melihat kekesalan dari ibu mertuanya. Tapi dia sudah tidak peduli dengan hal itu lagi.Kiran sudah memutuskan untuk bercerai dengan Nathan. "Tenang saja bu,mulai sekarang. Ibu akan di layani sama menantu kesayangan ibu.Nathan mari bercerai. "Kirana menoleh kepada ayah mertuanya yang berdiri tidak jauh darinya.Kirana tersenyum tipis memandangi wajah ayah mertuanya yang terlihat begitu tenang. Bahkan pria paruh baya itu itu tidak pernah menunjukkan kemarahannya di depannya. Kirana mendekati ayah mertuanya dan meraih tangannya. Laki-laki yang sudah di anggap seperti ayahnya sendiri. "Maafkan putraku nak karena sudah menyakiti hatimu.Ayah tahu jika kamu begitu terluka saat ini.Tapi ayah tidak bisa menentang pernikahan mereka ketika ada bayi di dalam perut Jihan." Kirana menatap ayah mertuanya, ternyata dia sudah tahu.Apa mungkin hanya dirinya yang tidak tahu.Kirana semakin merasakan sakit hati ketika mengetahui sebuah fakta. Hermawan memandang wajah menantunya yang terlihat menyimpan sebuah kesedihan yang begitu dalam.Pria paruh baya itu jelas bisa merasakan kesedihan menantunya. Hermawan menepuk bahu Kirana dan tersenyum. "Jika kamu tidak sanggup,ayah tidak bisa memaksa mu nak.Kamu juga berhak bahagia, Nathan s
Di satu sisi,Nathan dan Jihan sudah berangkat ke kantor. Kini hanya Claudia yang berada di meja makan. Sedangkan Hermawan lebih dulu berangkat ke toko roti. Selesai membersihkan di dapur, Kirana hendak menuju ke kamarnya tapi langkahnya terhenti ketika mendengar ucapan dari ibu mertuanya. "Kamu harus sadar posisi mu Kirana.Kamu tidak bisa memberikan Nathan keturunan setidaknya jadilah istri yang penurut. Jangan keluyuran tidak jelas. "Ucapan ibu mertuanya jelas menyakiti hati Kirana. Bukan keinginannya untuk tidak memiliki seorang anak.Semua itu sudah di takdirkan oleh sang pencipta. Kirana merasakan hati sakit saat setiap kali ibu mertuanya mengatakan hal seperti itu tapi semua yang dikatakan oleh ibu mertuanya benar adanya. Dia tidak bisa memberikan keturunan kepada Nathan. "Itu bukan keinginan ku bu.Aku juga ingin memiliki seorang anak seperti wanita yang lain.Tapi tampaknya bukan takdir ku menjadi seorang ibu." Mata Kirana tampak berkaca-kaca mengatakan semua hal itu. Me
"Sudah terlambat untuk memberi mereka selamat.Mereka Sudah menikah beberapa hari dan kamu baru memberi mereka selamat."Timpal Claudia terus menyantap makanannya. "Selamat juga untuk ibu karena akan segera menggendong cucu."Kini pandangan Kirana beralih kepada ibu mertuanya. Dari pandangan Kirana,tampaknya ibu mertuanya tidak tahu apa apa tentang kehamilan Jihan.Kini pandangan Kirana beralih kepada. Kekecewaan terpancar jelas di mata wanita itu. Kirana menyelesaikan makan siangnya dan meninggalkan meja makan.Baru beberapa langkah, dia mendengar ibu mertuanya yang terlihat begitu senang dengan kehamilan Jihan. Bahkan wanita paruh baya itu kembali membandingkan dirinya dengan Jihan. Mendengar semua itu,Kirana hanya bisa menahan diri untuk tidak menangis. Entah kesalahan besar apa yang pernah ia lakukan hingga mendapatkan cobaan seberat ini.Kirana terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya. Sementara itu di satu sisi, Claudia tidak hentinya memuji Jihan. Wanita paru
Tatapan Kirana begitu terluka memandang ke arah pria yang begitu ia percayai.Tapi ternyata pria itu berkhianat kepadanya. "Jangan bercanda Kirana,karena ini sama sekali tidak lucu." Nathan tentu saja terkejut mendengar ucapan itu keluar dari mulut Kirana.Nathan sama sekali tidak memikirkan hal itu meskipun dia sudah memiliki istri kedua tapi Nathan sama sekali tidak ingin bercerai dengan Kirana. "Apa aku terlihat bercanda?Aku tidak pernah main main dengan ucapan ku Nathan. Dengan kita bercerai, kamu bisa bebas bersama dengan Jihan.Aku berharap jika istri mu itu akan memberikan apa yang tidak bisa aku berikan." Kirana berjalan masuk ke dalam kamarnya dan beberapa menit kemudian, dia kembali dengan sebuah amplop cokelat di tangannya. Sementara Jihan yang mendengar jika Kirana ingin bercerai tampak begitu bahagia tapi dia tidak mungkin menunjukkan semua itu. Dia tidak mengatakan apa pun. "Tanda tangani ini dan mari kita akhiri pernikahan kita."Ucap Kirana kembali yang semaki
Melihat kepergian Kirana, Nathan bergegas mengunci pintu. Bahkan Kirana mendengar suara pintu yang di kunci.Melihat sikap suaminya,Kirana semakin merasakan sakit hati. Kini Kirana tiba di dalam kamar yang akan dia tempati mulai sekarang. Wanita itu melihat kamar yang tampak sederhana dan hanya ada satu lemari dan tempat tidur yang hanya bisa di tempati oleh satu orang saja. Mata Kirana kembali berkaca-kaca. Dia sama sekali tidak pernah menyangka jika hal ini akan terjadi.Bahkan dia tidak pernah memikirkan jika suaminya akan mengkhianati dirinya. Memikirkan semua itu, membuat Kirana meneteskan air matanya kembali.Dadanya kembali terasa sesak,air matanya tidak hentinya bercucuran. Sementara itu di kamar utama, suaminya sedang bersenang senang dengan istri keduanya. Tidak ada rasa bersalah yang di tunjukkan oleh Nathan. Bahkan dia tidak memikirkan sedikit pun perasaan Kirana saat ini. Ke esokan paginya.... Kirana sengaja tidak keluar dari kamar, ,selesai shalat subuh.Kirana
Kirana kembali menangis tersedu sedu sambil memukul mukul dadanya yang terasa begitu sesak. Dia semakin yakin jika tidak ada lagi cinta suaminya untuk dirinya. "Kenapa sesakit ini ya Allah?Aku tidak pernah menyangka jika suami yang begitu aku hormati dan pernah berjanji seumur hidup dengan ku,nyatanya sekarang ingin menikah dengan wanita lain."Lirih Kirana dengan bercucuran air mata. Sementara itu di ruang tamu, tidak ada kesedihan yang di tunjukkan oleh Nathan. Pria itu terlihat begitu santai bersama dengan wanita yang akan dia nikahi. "Tante,sebaiknya aku kembali."Jihan pamit kepada calon mertuanya. "Iya nak,abaikan saja sikap Kirana.Dia memang terkadang seperti itu." "Iya tante."Jihan tersenyum kecil dan meninggalkan rumah Nathan. Tentu saja Nathan akan mengantarkannya.Kini keduanya sudah berada di dalam mobil.Nathan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke apartemen milik Jihan. Di sisi lain,Ibu Claudia berjalan menuju ke kamar putranya. Wanita paruh bay