Share

Bab 2

Author: Evie Everly
last update Huling Na-update: 2023-05-26 00:26:37

Cengkeramannya semakin kencang di rambut Annabelle. Pria itu mengerang beriringan dengan gerakan tubuh yang semakin intens. Sesekali Samuel meracau dan mengumpat—seolah tak bisa menahan nikmatnya penyatuan mereka.

Annabelle tak memperdulikan hal itu, hasratnya kini sama-sama terbakar saat Samuel mencium lehernya dengan penuh gairah.

Untuk pertama kalinya Annabelle begitu hanyut oleh sentuhan pria yang harus dilayani. Bahkan, saat pertama kali Samuel mengecup bibirnya ketika mereka tiba di penginapan dua puluh menit lalu, Annabelle benar-benar bergetar oleh permainan bibir Samuel.

Memang, Annabelle bukan wanita yang menyukai pria yang mengonsumsi alkohol. Namun, entah mengapa aroma anggur yang berpadu dengan lumatan lembut bibir Samuel membuat Annabelle benar-benar seperti orang mabuk.

Kepalanya terasa melayang saat Samuel menyentuh lehernya ketika memperdalam pagutan bibir mereka. Awalnya Annabelle berpikir Samuel akan langsung melakukan permainan ranjang tanpa foreplay, seperti para pria yang selama ini selalu dilayani.

Namun, ketika Samuel memperlakukan Annabelle penuh pemujaan, mengecup setiap inci kulit dengan gerakan lembut dan sensual, hal itu berhasil membuat darah Annabelle berdesir. Kini saat Samuel memacu tubuhnya di atas tubuh Annabelle, wanita itu menyentuh bahu kokoh Samuel.

Annabelle menyentuh kulit hangat Samuel yang mendayu-dayu dengan irama primitif. Merasakan otot liat yang tampak tak ingin mengakhiri permainan mereka.

Seolah penasaran ingin melihat ekspresi wajah Samuel saat berkali-kali mengerang menyebut namanya, Annabelle memaksa diri untuk membuka mata, hal yang tak pernah dia lakukan sebelumnya.

Dia sedikit terkejut saat menyadari pupil mata hitam Samuel begitu lembut menatapnya. Annabelle harus mengontrol debaran jantungnya ketika Samuel tersenyum melihat dia membuka mata.

Gerakan pria itu berhenti sesaat, dia menunduk dan mendaratkan kecupan di pipi Annabelle sambil berbisik serak, "Kirain nggak akan buka mata sampe beres."

Mendapati dirinya diperlakukan dengan lembut, mau tak mau Annabelle melingkarkan kedua tangan di leher Samuel. Janggut kasar Samuel menggesek rahang Annabelle yang berkulit sensitif.

"Sakit nggak?" tanya Samuel, mengatur nafas yang terengah-engah saat mencium telinga Annabelle.

Embusan napas hangat Samuel membuat Annabelle mengeratkan pelukannya di leher pria itu. Annabelle tahu maksud Samuel menanyakan hal tersebut, mungkin karena miliknya yang terlalu ….

"Nggak." Pipi Annabelle terasa panas setelah mengatakan itu, perutnya sedikit tegang ketika Samuel kembali bergerak dengan irama lembut.

Lenguhan dan erangan kepuasan memenuhi isi kamar saat mereka mencapai puncak kenikmatan bersama-sama. Samuel berguling ke samping Annabelle dan menarik pinggang ramping wanita itu ke dalam pelukan.

Annabelle bisa merasakan jelas napas Samuel yang terengah-engah di belakang kepalanya. Tak berbeda dengan pria itu, napas Annabelle pun tersengal-sengal. Bahkan dia tak berdaya untuk menarik selimut di ujung ranjang, berniat ingin menutupi tubuh polosnya.

Menyadari kaki Annabelle bergerak dan berupaya turun dari ranjang, Samuel melonggarkan pelukannya di pinggang Annabelle—meski sebenarnya dia masih ingin mengecup punggung wanita itu.

"Beneran mau pulang?" tanya Samuel ketika melihat Annabelle memungut pakaiannya yang berserakan di atas karpet.

Annabelle hanya mengangguk sambil memasang pengait bra di belakang punggungnya. Lalu meloloskan kaos merah muda dari atas kepala. Dia tak menyadari bagaimana Samuel tak berkedip menatapnya.

Gerakan feminim yang tak asing dilihat Samuel, tetapi apa yang kini dilakukan Annabelle berhasil membuat Samuel tak ingin mengalihkan perhatian dari memandangnya.

"Kenapa buru-buru amat, sih?" Samuel memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, lalu menyambar kaos hitam dan boxer yang disodorkan Annabelle. "Nginep aja, ya? Pasti dibayar per—"

"Nggak bisa," tukas Annabelle buru-buru.

Dia menyambar handuk putih yang tersedia di atas meja, berdampingan dengan satu botol air mineral dan kotak tisu, juga asbak keramik berbentuk kura-kura. Annabelle melilitkan handuk di pinggangnya sambil berderap ke kamar mandi.

Annabelle membasuh bagian bawah tubuhnya yang terasa lengket—menghilangkan jejak-jejak pria yang baru saja membawanya terbang menggapai kenikmatan.

Tiba-tiba pintu kamar mandi dari PVC berwarna krem itu terbuka, Annabelle otomatis mendongak dan mendapati Samuel berdiri di ambang pintu.

"Kamu masih KB?" tanya Samuel sambil mengencangkan ikat pinggang.

"Hah?" Annabelle terkejut hingga tak menyadari sabun sirih cair yang dituangkan di telapak tangannya meluber terlalu banyak. "Apaan maksudnya?"

"Kalau nggak KB, kalau itu jadi, biarin aja," kata Samuel sambil tertawa kecil dan berbalik.

Dengan pintu kamar mandi yang kini terbuka lebar, Annabelle bisa melihat Samuel menyambar jaket kulit dan topinya di atas tempat tidur. Dia masih belum menyadari apa maksud ucapan pria itu.

Annabelle terburu-buru membersihkan diri, lalu keluar kamar mandi dan segera meraih jeans yang diletakkan di atas tempat tidur. Ketika Annabelle menyadari banyaknya uang seratus ribuan tergeletak di atas selimut, dia langsung melirik Samuel yang tengah duduk dan menikmati sebatang rokok.

"Itu buat aku, Om?" tanya Annabelle sambil mengenakan celana, lalu menyambar jaket jeans pudar dan terburu-buru memakainya.

"Kenapa? Kurang, ya?" Suara Samuel tenang.

"Engga, bukan." Annabelle meraih lembaran uang itu, lalu mengambil beberapa lembar dan memberikan sisanya pada Samuel. "Ini kelebihan, aku kan cuma sejam nemeninnya."

Samuel melirik tangan Annabelle, sedikit tak senang saat berpikir Annabelle pantas mendapatkan lebih dari harga yang sudah mereka tetapkan.

"Besok kita ketemu lagi," kata Samuel tanpa mempedulikan tangan Annabelle yang melayang di udara. Dia meraih kunci motor di atas meja, lalu melangkah menuju pintu. "Udah mau jam dua, buruan pake sepatutnya. Katanya tadi nggak bisa lama-lama."

"Mau nganterin?" Suara Annabelle tampak ragu. "Aku bisa pake angkot, kok."

Sambil membuka pintu dan melangkah keluar, Samuel mendengkus jengkel. Apa wanita itu sekali lagi ingin menolak niat baiknya?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Kedua Om Tampan    Garis Dua (Ending)

    Samuel berhasil tiba di rumah ketika waktu menunjukkan pukul lima subuh, persis seperti yang Annabelle ingatkan.Selimut tebal berbulu lembut menggulung di atas betis Annabelle, dan Samuel memperkirakan wanita itu tampaknya berulang kali terbangun. Lalu, keadaan kembali menyeret Samuel pada realita tentang Annabelle. Menyadarkan dirinya tentang apa yang sudah dia lakukan pada wanita itu.Wanita yang sekali lagi Samuel paksa untuk masuk ke kehidupan dirinya dengan sisa-sisa kebahagiaan yang mungkin masih dia miliki. Jika Samuel berpikir masa lalunya begitu mengerikan, lalu bagaimana dengan Annabelle yang tadi siang histeris di rumah sakit?Samuel berjalan mengendap-endap ke arah tempat tidur, menarik selimut dan menutupi tubuh Annabelle. Meski gerakan Samuel begitu hati-hati, tetapi tetap saja hal itu membuat Annabelle terperanjat dengan mata terbelalak sekaligus. Untuk beberapa saat, keterkejutan jelas mewarnai Annabelle.Lalu, kemudian wanita itu mengembuskan napas lega— meskipun wa

  • Istri Kedua Om Tampan    Hanya Milik Annabelle

    "Banyak, Om, banyak ..." Annabelle menaikkan dagu dan menatap Samuel dengan angkuh."Misalnya?" Samuel menaikkan sebelah alis, mendesak penjelasan yang sama sekali tidak bisa dia pahami."Kan waktu itu kamu kasih aku sembilan juta, waktu kamu bilang mau pergi ke Bali sama istri dan anakmu selama sebelas hari, kamu janjinya mau luangin waktu seharian buat aku kalau udah pulang—""Anna, aku udah hampir dua minggu ini nemenin kamu seharian, masa kamu masih mau ungkit—""Dengerin dulu ih!" gerutu Annabelle kesal.Jadi, Samuel mengamati Annabelle sambil menahan sorot geli. Samuel menatap Annabelle lekat-lekat sementara dia menanti untaian kalimat yang akan bergulir di bibir ranum istrinya."Nih, yah, dengerin ... Kalau sebelas hari kepergian kamu sama dengan satu hari buat aku, aku perkirakan waktu kita berpisah itu selama dua ratus dua puluh hari, yang artinya utang waktu kamu buat aku itu ada dua puluh hari ..."Annabelle memelototi Samuel ketika pria itu hampir menertawainya, dan saat S

  • Istri Kedua Om Tampan    Annabelle Wanita Matre

    Tepat pukul sepuluh malam, Annabelle dan Samuel bersama anak mereka tiba di villa. Annabelle sudah terlihat sangat lelah, seolah ingin segera melemparkan tubuhnya ke tempat tidur— tak berbeda dengan Samuel.Namun, sayangnya Samuel tak bisa langsung beristirahat, terutama karena dia sudah ditunggu Dika sejak tadi.Selama tinggal di villa, Annabelle sudah terbiasa melihat kehadiran adik lelaki Samuel yang datang setiap malam, dan dia tak pernah mempertanyakan apa yang dilakukan Samuel dan adiknya.Saat itu, dia memilih untuk sama sekali tak peduli dengan apa yang dilakukan Samuel, atau pun ke mana pria itu pergi.Akan tetapi, kali ini mungkin dia harus sedikit peduli dan mencari tahu lebih banyak tentang suaminya. Terutama setelah dia Annabelle menyadari bahwa rumah tangganya dengan Samuel kali ini benar-benar dimulai dari awal, dengan status yang jelas berbeda dari sebelumnya."Kamu istirahat duluan, nanti aku nyusul," kata Samuel setelah mengantar Annabelle ke kamar. "Kalau mau mandi

  • Istri Kedua Om Tampan    Butuh Pelukanku

    Untuk pertama kalinya Annabelle memindai wajah Yunita, seolah merekam wajah dan penampilan wanita tersebut dalam memorinya. Namun, semakin menyadari bahwa wajah Yunita begitu mulus dan pandai bersolek, Annabelle semakin membandingkan dirinya dengan wanita itu, dan tak salah jika dia berkecil hati untuk saat ini.Yunita mengenakan jeans hitam ketat, dipadu atasan merah muda yang juga ketat, sehingga membentuk setiap lekuk tubuh wanita itu. Bahkan, kerah bajunya yang berpotongan rendah sedikit memperlihatkan payudaranya yang penuh dan tampak sintal.Harus Annabelle akui, bahwa dirinya lebih pendek dari pada Yunita. Posisi mereka yang berdekatan membuatnya tersadar bahwa tinggi Annabelle hanya sebatas dagu Yunita. Dari awal melihat wanita itu, pandangan Annabelle memang hanya terfokus pada bibir dan mata Yunita, tetapi kini dia juga bisa melihat hidung Yunita sedikit lebih mancung dibanding dirinya.Hal tersebut membuat Annabelle berpikir, pantas saja dulu Samuel langsung menceraikan Ann

  • Istri Kedua Om Tampan    Bertemu Yunita

    "Kamu aja yang ke sana, aku nunggu di sini. Ngambil Samantha doang, terus nanti kamu langsung—""Kamunya ikut turun, Anna," tukas Samuel yang berdiri sambil menahan pintu di dekat Annabelle. Terkadang, Samuel harus ekstra sabar saat mendapati Annabelle bersikap kekanak-kanakan seperti itu. "Aku khawatir bakalan sedikit lama, soalnya si Alfian udah seminggu nggak ketemu aku. Ikut turun, ya?""Ish, tapi kan aku malu sama kakak kamu, Om!" Annabelle memberingis masam. "Pas ketemu waktu itu aku bentak-bentak kakak kamu. Masa sekarang—""Sayang, nggak apa-apa, dia juga nggak ambil hati, kok," Samuel membujuk sambil mengulurkan tangan, tetapi Annabelle tetap tak bergerak dari kursinya. "Lagian, kamu bilang kan waktu itu kaget karena Samantha nggak ada. Turun, yuk? Kakakku nggak suka gigit orang, kok."Annabelle tampak ragu. Sekali lagi dia mengedarkan pandangan ke depan, pada sederet motor yang terparkir di pelataran rumah. Sesungguhnya, dia benar-benar malu saat berpikir akan berhadapan den

  • Istri Kedua Om Tampan    Anak Adopsi

    "Kamu mah bener-bener keterlaluan. Udah mah ngasih hadiah ke cowok lain, ngerepotin sampe harus nemenin kamu nyari kantor pos buat kirim barang. Terbuka sih terbuka sama suami, nggak mau nyembunyiin hal apa pun, tapi kalau sampe perhatiannya kayak gitu, aku juga bisa sakit hati, Anna."Annabelle memiringkan kepala melihat bagaimana wajah Samuel begitu kusut, sementara bibir Samuel terus menggerutu selagi pria itu melaju dengan kecepatan tinggi.Bahkan, manuver-manuver yang dilakukan Samuel sedikit kasar. Dan Annabelle hanya bisa kasihan sekaligus berbunga-bunga melihat kecemburuan Samuel yang begitu besar.Sebelumnya, Annabelle tak pernah merasa dicemburui sebegitu terang-terangan oleh pria. Jadi, ketika Samuel bersikap demikian, bukan salah Annabelle jika dia ingin berlama-lama melihat suaminya terbakar cemburu. Entah mengapa, ada kebanggaan tersendiri bagi Annabelle dicemburui oleh pria yang dia cintai, suaminya."Ya udah ntar mah nggak usah bilang-bilang kamu kalau aku mau kasih ha

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status