Share

Rahasia Isna

Author: dtyas
last update Last Updated: 2022-07-17 10:52:06

Hayati berjalan mengikuti Isna yang melangkahkan kaki di kediaman yang lebih besar dari kediaman keluarga Rama. 

Setelah Rama berangkat ke kantor, Isna mengajak Hayati menuju tempat tinggal keluarga besarnya. "Non Isna apa kabar?" tanya asisten rumah tangga yang terlihat sangat rapih. 

"Baik Bu. Ah iya, Bu Lena kenalkan ini Hayati asisten aku yang baru. Tolong siapkan kamar untuk dia," titah Isna. Bu Lena mengangguk patuh lalu mohon diri untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Isna.

 "Aunty Isna," panggil Aska bocah 5 tahun putra dari Rangga yang berlari ke arah Isna. 

"Hai Aska, kok masih pakai piyama sih?" tanya Isna. 

"Aku sakit, aunty," jawab Aska dengan wajah memelas. Hayati tersenyum pada bocah yang memandangnya sambil mengerjapkan matanya. 

"Dia siapa Aunty?" 

"Oh, dia asisten Aunty." Bocah yang bernama Aska itu hanya mengangguk lucu membuat Hayati kembali tersenyum gemas menatap wajah bocah itu. 

"Aska, ayo kembali ke kamar." Seorang pria dengan perawakan tinggi tegap dengan rahang tegas dan wajah tampan mirip sekali dengan sang bocah menatap Hayati lalu mengernyitkan dahinya. 

Hayati menunduk karena tatapan mata pria itu sungguh menusuk seakan menelanjangi membuat Hayati tak punya nyali untuk balas menatap. 

"Aska sakit apa Kak?" 

"Demam. Siapa dia?" tanya pria itu. 

"Asistenku." 

"Nona Isna, kamar untuk Hayati sudah siap," ucap Bu Lena. 

"Dia akan tinggal di sini?"

"Iya. Hayati dia kak Rangga abangku," ujar Isna. Hayati mengangguk sambil menyunggingkan senyum. Tapi pria bernama Rangga hanya diam dengan wajah masih menelisik pada Hayati lalu mengangkat Aska ke dalam gendongannya. 

"Bye aunty," ujar Aska. Isna tersenyum lalu meninggalkan ruangan. Hayati melambaikan tangan pada Aska yang menatapnya dan membalas lambaian tangan.

“Hayati,” panggil Isna. “Ikut aku,” titahnya.

Hayati pun mengikuti langkah Isna, memasuki sebuah ruangan yang cukup luas dan ternyata adalah kamar Isna dan Rama. Terpajang foto pernikahan mereka dengan ukuran yang cukup besar terpampang di dinding kamar. Ranjang dengan ukuran king size dan desain kamar terkesan modern dan berkelas.

Entah mengapa Hayati merasa iri, jangankan pernikahan dengan gaun mewah bahkan foto yang mengabadikan moment tersebut juga tidak ada dan lebih parahnya dia adalah istri yang tidak diharapkan. Hayati menghela nafas untuk menghilangkan sesak di dadanya.

“Walk in closet di sebelah sana, kamu bisa persiapkan kebutuhan aku dan Mas Rama di sana. Tapi setelah aku panggil. Karena aku harus mengkondisikan dahulu keadaan kami, jangan sampai kamu masuk saat kami sedang bermesraan apalagi bercinta,” tutur Isna dengan penuh penekanan seakan mengejek dan meyakinkan jika Rama memang hanya untuk dirinya.

“Jangan pernah membahas pernikahan kalian dengan keluarga ini. Apalagi berharap Mas Rama akan menganggap kamu sebagai seorang istri sejati. Nikmati saja pekerjaanmu sekarang, hanya seorang asisten dari istri suami kamu,” ejek Isna membuat hati Hayati perih seakan tersayat-sayat oleh perkataan Isna.

Hayati terus mengucap sabar agar bisa menghadapi pahitnya kehidupan. Berdoa agar segera datang pertolongan juga kejelasan di mana Ibunya berada agar dia bisa segera pulang ke asalnya.

“Paham kamu?” tanya Isna.

Hayati mengangguk. “Jawab, kamu tidak bisu ‘kan?”

“Iya Nona, saya paham.”

“Ya sudah keluarlah,” ujar Isna. Hayati pun akan meninggalkan ruangan tapi Isna kembali memanggilnya.

“Hey, bawakan aku es jeruk. Minta saja ke dapur,” titah Isna.

‘Jadi Asisten atau pembantu, sepertinya sama saja. Hanya istilahnya saja yang berbeda,’ batin Hayati. Hayati kembali ke ruangan tadi, lalu menoleh ke kiri dan kanan, di mana arah dapur dia tidak tau. Mau bertanya tapi tidak ada orang.

“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Rangga pada Hayati yang terlihat kebingungan.

“Maaf Tuan Rangga, saya mau ke dapur tapi tidak tau arahnya.”

Rangga berteriak memanggil salah satu asisten rumah tangga. “Antar dia ke dapur lalu kenalkan dengan keadaan rumah ini. Jangan sampai dia tersesat,” titah Rangga lalu meninggalkan Hayati.

“Mari, saya antarkan.”

Hayati membawa baki dengan gelas berisi es jeruk. Pintu kamar Isna belum tertutup sempurna saat Hayati ingin mendorongnya terdengar suara Isna yang sedang bicara.

“Iya, aku juga rindu kamu sayang. Secepatnya aku akan atur agar kita bisa bertemu lagi.” Hayati memastikan telinganya tidak salah mendengar.

“Mas Rama sudah berani kurang ajar denganku, aku jadi makin punya alasan untuk kita mengkhianatinya.”

Hayati menutup mulutnya dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri tetap memegang baki. Tidak percaya dengan apa yang dia dengar. ‘Apa aku tidak salah dengar, Nona Isna mengkhianati Mas Rama,’ batin Hayati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Akhir Bahagia (END)

    Rama tersenyum mendengar keinginan Maylan setelah menikah.“Mas Rama tidak keberatan?” tanya Maylan.Sambil fokus pada kemudi wajah Rama tidak menghilangkan senyum di wajahnya.“Mas, jawab dong.”“Sebentar, sayang.” Rama pun menepikan mobilnya, melepas seatbelt dan menggeser duduknya menghadap Maylan.“May, kegagalan pernikahanku sebelumnya karena kami sama-sama sibuk. Sibuk dengan pekerjaan lalu merusak komunikasi diantara kita dan aku tidak ingin hal itu terjadi lagi. Kalau kamu menyampaikan tidak ingin bekerja setelah menikah, cocok dengan visi dan misi hidupku,” seru Rama.“Ah jadi tidak sabar. Apa hari ini aja ya kita bertemu dengan orangtua kamu,” ajak Rama.“Eh, nggak ada ya. Tetap minggu depan, ‘kan aku harus jelaskan dulu siapa Mas Rama. Terburu-buru nanti aku dipikir hamil duluan, tapi Mas … ini serius Mas Rama tidak masalah nanti aku hanya jadi ibu rumah tangga?”“Hm tentu saja aku serius.”“Nggak masalah aku hanya minta uang terus?” tanya Maylan lagi.“Sudah tanggung jawab

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Ternyata

    Rangga sesekali menoleh ke arah dimana Hayati yang terlihat sibuk. Agak khawatir dengan kondisi istrinya yang sedang hamil. Walaupun sudah disampaikan agar jangan memaksakan diri sibuk dengan persiapan pernikahan Isna.Harsa Adam sudah sejak semalam berada di kediamannya. Dia yang akan menikahkan Isna dengan Ansel. Rangga sudah memastikan kehadiran penghulu dan Ansel sudah dalam perjalanan. Alka bersama pengasuhnya, sedangkan Aska sudah tidak bisa dicegah ke sana ke mari karena banyak yang datang.Walaupun hanya akad nikah saja, tapi kerabat dan sahabat dekat menghadiri pernikahan Ansel dan Isna. Ansel dan keluarganya sudah tiba, setelah berbasa-basi Ansel Pun menempati meja kursi yang disiapkan untuk mengucapkan ijab qobul.“Sayang, kamu tenang saja. Jangan gugup,” tutur Ibu Ansel.Ansel tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Harsa duduk berhadapan dengan Ansel membuat pria itu semakin gugup. Kedua orangtua Ansel berada di belakang putranya. Rama datang disambut oleh Rangga, saling m

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Maylan

    Rangga duduk di tepi ranjang menatap wajah pucat Hayati yang masih terlelap. Sebelumnya Rangga sudah menemui Alka yang sedang disuapi oleh pengasuhnya. Jika benar Hayati sedang mengandung kembali, tentu saja Rangga akan senang. Namun, dia khawatir dengan kondisi Hayati dengan wajah pucatnya. Apalagi pernikahan Isna sudah dekat, tinggal dua hari lagi.Terlihat pergerakan, Hayati menggeliat pelan lalu mengerjapkan matanya.“Mas Rangga, kok nggak bangunkan aku?”“Jangan bangun, tetaplah berbaring.”“Aska harus berangkat ….”“Sudah aman, dia sudah berangkat,” sahut Rangga. “Kamu sudah lebih baik?” tanya Rangga.Hayati tidak menjawab, malah berbaring miring mengeratkan selimutnya menatap Rangga.“Mas Rangga.”“Kita ke dokter ya,” ajak Rangga.Hayati menggelengkan kepalanya, masih menatap Rangga. “Mas, kalau … ternyata aku hamil. Gimana?”“Maksudnya?” tanya Rangga. Sepertinya Hayati sudah tahu kalau dirinya kemungkinan sedang hamil.“Ya kalau ternyata aku hamil, Alka dan Aska akan punya adi

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Tanda-tanda

    Ini bukan pernikahan pertama bagi Isna, tapi rasanya lebih gugup dari pernikahannya bersama Rama. Dia sudah tidak pergi ke kantor sejak beberapa hari yang lalu, kebaya yang akan dikenakan oleh Isna adalah rancangannya sendiri, modelnya gaun kebaya. Menyesuaikan dengan bentuk tubuh Isna.Hayati pun antusias membantu persiapan pernikahan Isna. Pernikahannya dulu dengan Rangga tanpa persiapan, bahkan hanya dilaksanakan di kamar hotel dengan disaksikan oleh sahabat Rangga. Jadi, kali ini Hayati menikmati perannya menyiapkan pernikahan Isna.“Untuk cateringnya sudah oke, yang ini sudah pas. Recomended banget dari temanku yang seorang chef,” ujar Hayati.“Hm, okelah terima kasih,” jawab Isna.Saat ini Isna sedang bersama pengasuh Alka dan Aska. Berada di ruang keluarga, mengawasi Aska yang bermain lego sedangkan Alka berada diatas bouncer.“Pindah yuk, kayaknya kamu pegal.” Isna memindahkan baby Alka ke atas karpet dan membiarkan bocah itu berpindah posisi menjadi tengkurap kemudian tergela

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Berdamai

    “Om, jadi kapan kita lihat air terjun?” tanya Aska pada Ansel.Ansel tidak langsung menjawab, dia menatap Rangga dan Isna bergantian.“Aska, tidak boleh begitu. Om Ansel sibuk,” ujar Hayati.Saat ini Ansel sedang menikmati makan malam bersama keluarga Rangga, sekaligus ada pembicaraan mengenai persiapan pernikahannya dengan Isna.“Boleh saja, kalau nanti kamu libur kita kesana,” usul Ansel.“Eh, nggak ada. Kamu ajak Aska ke Bali, terus aku gimana. Dokter mana kasih aku izin naik pesawat,” ujar Isna.“Tidak masalah Tante, aku pergi dengan Om Ansel saja. Tante Isna tidak usah ikut,” ujar Aska.“Aska, habiskan makananmu. Kita akan rencanakan liburan setelah pernikahan tante Isna,” ungkap Rangga.“Benar Pah?”“Hm. Kita akan cari tempat yang aman untuk tante Isna dan Baby Alka,” ujar Rangga lagi.“Aku setuju,” jawab Isna.Ansel tersenyum, dia bahagia bisa menjadi bagian dari keluarga Isna. Pernah menjadi pria lain diantara hubungan Isna dan Rama, akhirnya bisa memiliki hubungan resmi dan l

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Tinggal Di Mana

    Ansel berdiri bersandar pada mobilnya, dengan tangan berada di saku celana. Menatap ke arah Isna yang berjalan mendekat.“Hai sayang,” sapa Ansel memeluk Isna dan mencium kening wanita yang akan segera dinikahi. Walaupun Isna sudah berjarak agar Ansel tidak memeluknya, apalagi saat ini mereka berada di tempat umum.“Hm.”“Kenapa sih? Kayak yang tidak semangat,” ujar Ansel sambil membuka pintu mobil dan memastikan Isna duduk nyaman.“Aku takut,” jawab Isna ketika Ansel sudah duduk di depan kemudi bahkan sudah mulai melaju meninggalkan area perusahaan Rangga dan Isna.“Takut?”“Hm.”Saat ini Ansel dan Isna sedang menuju kediaman Dharmendra, Isna merasa gugup dan takut karena khawatir tidak akan diterima oleh keluarga Ansel. Sedangkan Ansel terlihat biasa saja.“Tenang saja sayang, jangan gugup gitu dong. Semua akan baik-baik saja, percayalah,” ujar Ansel meyakinkan Isna.Mobil yang membawa Isna dan Ansel melaju di tengah keramaian, tidak lama mereka pun tiba di kediaman Dharmendra.“Ayo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status