Jihan mendekati Abraham, dan melemparkan surat perjanjian yang sudah dirubah oleh pria itu tanpa izinnya. Hal itu membuat Jihan marah, karena merasa dirugikan.
"Kenapa surat perjanjian kita Anda rubah? Padahal, saya tidak pernah tanda tangan di sini!" kesal Jihan.
Wanita muda itu merasa sudah dibohongi oleh Abraham, karena di dalam surat perjanjian yang baru ini ada tanda tandanya. Padahal dia tidak merasa sudah memberikan tanda tangannya.
"Sudahlah, lagipula hanya satu yang saya tambahkan. Yang lain tetap sama, pernikahan ini hanya di atas kertas," sahut Abraham dengan santai.
"Tapi, Tuan menambahkan jika Anda khilaf dan meniduri saya, hal itu tidak masalah!" tambah Jihan.
Abraham hanya diam tidak menjawab ucapan Jihan, kemudian menidurkan tubuh di ranjang dan memejamkan kedua matanya. Sebab satu malam dia tidak tidur memikirkan agar bisa merubah surat perjanjian yang dibuat bersama Jihan.
Sedangkan Jihan, bergegas pergi dari sana untuk mengerjakan tugasnya seperti biasa. Saat tengah memasak Mikhaela menghampirinya.
Wanita itu tersenyum sambil memberikan kota yang entah apa isinya. Kemudian Jihan menerima pemberian sang Nyonya.
"Terima kasih Kak. Tapi apa ini?" tanya Jihan pelan.
"Hadiah yang boleh kau buka saat di Turki besok," jawab Mikhaela dengan lembut dan senyuman yang terukir indah di wajahnya.
Jihan menganggukkan kepalanya, karena tidak ingin membantah. Ia berpikir kotok itu hanya berisi hadiah. Jadi tidak perlu cemas.
"Jihan, sudah jangan kerjakan itu lagi! Sekarang bersiaplah, karena keberangkatan kalian ke Turki lima jam lagi!" perintah Mikhaela dengan lembut.
Sontak saja membuat Jihan terkejut, karena dia harus pergi ke Turki hari ini. Bahkan penerbangannya lima jam lagi.
"Tidak usah berkemas, karena aku sudah menyiapkan bajumu dan mas Abraham. Sekarang bersiaplah," tambah Mikhaela.
"Baik Kak, saya bersiap-siap dulu," sahut Jihan pelan sambil bergegas pergi dari sana.
Jihan pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap ke Turki dengan Abraham. Entah mengapa hatinya gelisah dan berpikir kalau suaminya akan melakukan sesuatu di sana.
Karena sejak melihat surat perjanjian yang dibuat oleh Abraham, membuatnya gelisah dan harus waspada setiap waktu, karena Abraham bisa saja ingin menidurinya di Turki nanti.
"Kenapa nyonya meminta kami ke Turki? Di sana itu sangat dingin, aku takut tuan Abraham berbuat macam-macam. Ya walaupun dia itu suamiku," gumam Jihan.
Wanita itu sudah siap dengan pakaian sederhana miliknya, kemudian keluar untuk memanggil Abraham. Sebab penerbangan mereka hanya tersisa empat jam lagi.
Saat Jihan masuk ke dalam kamar tamu, dia terkejut melihat tidak ada siapapun di sana. Itu artinya Abraham sudah bangun.
"Jihan!" panggil Abraham.
Jihan langsung menoleh, kemudian dia menghampiri Abraham yang duduk di sofa bersama Mikhaela.
"Kamu mau ke mana?" tanya Abraham sambil terus menatap Jihan dari atas sampai bawah dengan tajam.
"Ikut Anda," jawabannya pelan.
Abraham melemparkan sebuah kotak yang berisikan pakaian wanita yang dibeli tadi. Sebab dia tahu kalau Jihan tidak memiliki pakaian yang mahal.
"Pakai pakaian itu! Saya tidak mau orang-orang melihat saya pergi dengan pembantu, bukannya istri!" pinta Abraham tegas.
Jihan merasa kesal pada Abraham, karena memang dia seorang pembantu. Jadi gaya berpakaiannya sangat sederhana seperti saat ini.
"Tunggu apa lagi! Ganti baju sekarang, kita sudah terlambat!" seru Abraham.
Sontak saja membuat Jihan terkejut dan bergegas pergi dari sana menuju kamar tamu. Kemudian dia membuka kota yang berisi dress panjang berwarna putih.
"Cantik sekali dres ini, aku terlihat seperti orang kaya jika memakainya," gumam Jihan.
Wanita itu langsung berganti pakaian, karena dia takut Abraham akan marah lagi kalau ia terlalu lama. Setelah selesai, Jihan ke luar dan menghampiri sang suami.
Di sana juga ada Mikhaela yang membawa sebuah koper besar milik Abraham dan Jihan.
"Sayang, kamu baik-baik di sana ya. Saya akan kembali secepatnya dari Turki," ucap Abraham dengan lembut sambil mencium Mikhaela.
"Iya Mas, kalau ada apa-apa aku langsung menghubungi kamu," sahut Mikhaela lembut.
Abraham tersenyum, kemudian bergegas pergi dari sana tanpa menunggu Jihan dahulu. Sebab wanita itu masih berpamitan dengan Mikhaela.
"Jihan jangan lupa buka kota yang aku berikan tadi! Selamat berlibur," pesan Mikhaela dengan lembut.
"Baik Kak, kalau begitu saya pergi dulu," jawaba Jihan lembut.
Mikhael tersenyum sambil menatap kepergian Jihan. Walaupun hatinya sangat sakit melihat sang suami pergi bersama wanita lain.
Namun, semua adalah keinginannya agar sang suami memiliki anak dengan Jihan lalu mereka akan membesarkan anak tersebut bersamaan.
***
Jihan masuk ke dalam mobil duduk di samping Abraham, kemudian supir melajukan mobil dengan perlahan menuju bandara.
Selama diperjalanan, Abraham dan Jihan sama-sama diam tidak berbicara. Bahkan pria itu terus sibuk dengan ponselnya.
Setelah sampai di bandara, Jihan membawa koper mereka. Sedangkan Abraham dengan santai berjalan di depan wanita itu tanpa memikirkan istri keduanya yang kesulitan membawa koper tersebut.
Setelah selesai semuanya dan koper mereka aman, keduanya langsung masuk ke dalam pesawat. Sebab sebentar lagi akan segera terbang menuju Istanbul Turki.
"Jihan, saat sampai nanti. Jika Mikhaela menelpon jawab iya saja! Apapun pertanyaan dia," mohon Abraham pada Jihan.
"Kenapa seperti itu? Jika dia meminta kita untuk anu. Maksudnya itu, bagaimana?" tanya Jihan.
Wanita itu sangat takut kalau Abraham menidurinya, karena dia berpikir jika mereka memiliki anak. Lalu, dicampakkan, mana bisa ia hidup tanpa anaknya.
"Tinggal jawab iya saja! Tidak usah jawab yang lain. Mengerti?" jawab Abraham dengan santai.
Jihan hanya diam, kemudian membuang pandangannya ke arah jendela. Sebab kesal mendengar jawaban pria itu.
'Jelas dia tidak keberatan, karena di sini yang dirugikan saya. Jujur saya menyesal sudah percaya padanya, jika tau akan seperti ini. Tidak akan mau menikah dengannya,' batin Jihan.
Jihan mengantuk karena perjalanan lumayan lama, kemudian dia tertidur di bahu sang suami. Hal itu pun disadari oleh Abraham, sebab ia tidak tidur.
Jujur dia tidak tega merubah surat perjanjian mereka. Namun, ia lebih tidak bisa terus-terusan menolak permintaan Mikhaela dan berbohong pada sang istri.
Selama diperjalanan, Abraham terus memikirkan cara agar bisa memberikan gula jiwa pada Jihan tanpa sadar.
Sebab, jika sadar dia tidak akan sanggup memberikan gula jiwa pada wanita lain. Sehingga terlintas ide bagus di benaknya.
"Ide ini sangat bagus. Saya pasti berhasil memalukannya demi Mikhaela," gumam Abraham.
Pria itu tersenyum, karena sudah mendapat ide agar memberikan gula jiwa pada Jihan tanpa sadar dengan cara mabuk. Karena hanya itu cara yang disukai.
Setelah sampai di Turki, Abraham dan Jihan langsung bergegas menuju villa Mikhaela yang berada di Istanbul dengan menaiki Taksi.
Setelah sampai di villa, Jihan langsung bergegas masuk ke dalam kamar untuk berganti baju. Sebab ia merasa sangat lelah menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk yang pertama kalinya.
Wanita muda itu membuka koper dan sangat terkejut melihat isi koper yang disiapkan
oleh Mikhaela.
"Apa semua ini!" jerit Jihan.
Bersambung.
Tidak terasa hari-hari yang dijalani oleh keluarga Abraham benar-benar sangat membahagiakan. Karena, saat ini mereka sudah sampai di negara asal Mikhaela dan mereka kini tengah di perjalanan menuju rumah kediaman orang tua Mikhaela."Baru kali ini kami berada di sini Papa, ternyata tempatnya begitu indah ya. Tapi kenapa malah bu Mikhaela memilih tinggal di Indonesia?" tanya Inara dengan polos.Abraham menjelaskan jika Mikhaela diusir dari rumah karena tetap ingin menikah dengannya, dan keluarga wanita itu pergi ke negara asal mereka dan meninggalkan Mikhaela sendiri di Indonesia, hal itu juga diketahui oleh Jihan sebab orang tuanya sudah bekerja lama dengan orang tua Mikhaela sejak ia masih kecil."Sekarang kita sudah sampai jangan lupa nanti bila bertemu dengan nenek dan kakek kalian, yang sopan ya anak-anak papa," pesan Abraham kepada ketiga anaknya."Tentu saja Pa kami akan bersikap sopan k
Angga dan juga Seem langsung menatap tajam Abraham. Sebab, pria itu mengatakan mereka berdua adu domba di ranjang. Padahal, di sini ada lima remaja yang masih belum mengerti adegan dewasa yang mereka tengah bicarakan."Mas, kamu nih ngomong apa sih malu didengar anak-anak," berisik Jihan sambil mencubit lengan sang suami."Sudah kalian lupakan semua ya, ini orang-orang tua nggak ada akhlak bicara yang bukan-bukan!" tegas Abraham. Padahal, dirinya juga termasuk tetapi ia malah tidak merasa."Padahal dia juga sudah mencemari pikiran anak remaja ini. Tapi, dia tidak ingin mengaku," sindir Seem."Sudahlah tidak usah ribut-ribut lagi, sekarang kita makan malam setelah itu pulang soalnya aku lelah sekali ingin segera beristirahat. Karena, sejak tadi banyak sekali mengurus masalah," ucap Angga dengan bijak.Mereka semua langsung duduk di bangku masing-masing. Kemudian, memakan makanan yang sudah terhidang di meja makan dengan sangat lahap.Selama makan mereka hanya diam tidak ada yang berbic
Kini keluarga Abram sudah berada di kediaman mereka. Karena, Inara sudah diperbolehkan pulang karena dia tidak mengalami luka berat jadi tidak perlu dirawatnya. "Semuanya saat weekend nanti kita akan pergi ke luar negeri ya, anggap saja sekalian jalan-jalan dan bertemu dengan keluarga ibu sambung kalian," jelas Abraham."Hore, kita jalan-jalan lagi!" ucap ketiga anak Abram secara bersamaan.Mereka sangat bahagia. Karena, akan pergi ke luar negeri untuk berjalan-jalan ya walaupun sekalian ingin menghampiri semua keluarga Mikhaela, tetap mereka bahagia bisa menghabiskan waktu di sana."Mas, apa sebaiknya saya tidak usah pergi saja biar kalian yang pergi takutnya keluarga kak Mikhaela tidak menerima saya, dan menganggap saya ini adalah seorang pelakor," ujar Jihan dengan lirih.Abraham menatap sang istri. Kemudian, dia memegang tangan istrinya dengan lembut dan berkata, "Tidak akan ada orang
"Papa!" teriak Inara saat memeluk sang papa dia senang papanya datang menghampirinya, itu artinya semua urusan sama papa sudah selesai."Kamu jangan sedih ya sayang, semua sudah beres papa sudah memasukkan Zizah ke penjara yang ternyata adalah buronan di sini dulu," ucap Abraham dengan lembut.Jibran menghampiri sang papa. Kemudian, dia ingin berbicara empat mata dengan papanya dan Abraham menyetujui permintaan Putra pertamanya sehingga mereka keluar dari ruang rawat Inara."Sebaiknya uang yang diinginkan oleh tante Zizah berikan saja kepadanya, Jibran tidak masalah jika uang itu diberikan kepadanya, lagipula itu ada hak dia juga malah tidak memiliki hak apapun," ucap Jibran dengan lembut.Sebab, dia tidak ingin lagi adanya orang yang mengusik kedamaian keluarga kecil mereka seperti yang sudah-sudah. Bahkan, mereka juga akan menghampiri keluarga Mikhaela yang berada di luar negeri sebab ini menjelaskan kepergian wanita itu."Ya sudah kamu tenang saja nanti semuanya akan diurus sama pa
Abraham membawa sang anak ke rumah sakit terdekat, dan Inara sudah ditangani oleh Dokter. Sekarang gadis itu sudah pulih dari traumanya. Ya walaupun ia baik-baik saja tetap tadi trauma. Karena, kejadian itu cepat sekali berlalu."Adik manis jangan lupa minum obatnya ya, nanti setelah diberikan makan oleh suster langsung minum obatnya," ujar Dokter tampan tersebut."Baik Dok, saya akan minum obat tepat waktu," sahut Inara dengan lembut.Dokter muda tampan itu bergegas pergi dari sana, dan Jihan langsung memeluk sang anak. Karena, dia masih sangat cemas dan tidak habis pikir mengapa Zizah tega melakukan untuk kepada keluarganya sampai ingin melenyapkan sang Putri."Di mana papa, Ma? Inara ingin memeluk papa," ucap Inara dengan sangat manja."Papa tidak ada sayang, papa pergi untuk menyelesaikan kasus tante Zizah. Ya, semoga saja dia dapat pelajaran yang setimpal," sahut dengan lirih.Jihan masih berharap jika Zizah itu saudara kembarnya. Tetapi dia sudah melihat sendiri jika wanita itu
Jihan menampar pipi Zizah dengan sangat kuat. Sebab, sakit hati saat anak hampir saja dilenyapkan untung dia dan sang suami cepat datang jika mereka terlambat maka Inara akan lainnya dari dunia ini."Saya pikir kamu itu adalah saudara saya kita memiliki dara yang sama. Tapi, ternyata kamu itu musuh untuk keluarga saya, kamu hampir saja melenyapkan anak saya! kesal Jihan dengan sangat emosi.Zizah hanya diam karena semua rencananya telah terbongkar. Padahal, ia hampir saja melenyapkan Inara tadi jika dia menit saja mereka tidak datang, maka gadis cantik itu akan lenyap suaranya dan muka bumi ini maka dendamnya akan terbalas."Saya tidak menyangka kamu rela merubah wajahmu agar mirip dengan saya, hanya untuk menghancurkan keluarga saya. Sebenarnya apa keinginanmu biar saya berikan, agar kamu tidak mengusik keluarga kami lagi?!" tanya Jihan dengan sangat emosi. Bahkan, semua orang yang berada di sana langsung berkerumun menyaksikan p