Jihan langsung mengambil ponselnya, kemudian diam tidak menjawab panggilan dari nomor telepon yang bernama Angga. Hal itu membuat Abraham semakin yakin bahwa pria itu adalah pacar sang pembantu.
"Jadi, selama ini kamu memiliki pacar?" tanya Abraham untuk yang kedua kalinya.
Namun, Jihan hanya diam tidak menjawab. Sebab dia bingung harus menjawab apa, karena Angga adalah pria yang dia sukai dan menjadi idamannya.
"Jihan, jika kamu memiliki pacar batalkan pernikahan yang akan kita jalankan nanti malam! Sebab, saya tidak ingin menghancurkan kehidupan kamu," tambah Abraham.
"Bukan Tuan, dia hanya teman saya. Bukan pacar, karena saya tidak memiliki pacar," sahut Jihan cepat.
Abraham diam, kemudian bergegas pergi dari sana karena sudah mendapat jawaban dari Jihan tentang Angga yang sejak kemarin terus-menerus menelpon ponsel wanita itu.
Sedangkan Jihan langsung mematikan ponselnya, agar Angga tidak menelpon lagi. Sebab nanti malam ia sudah menjadi istri orang.
"Biarkan Angga menelpon sampai dia puas, lagi pula kami memang tidak memiliki hubungan apapun. Hanya aku yang mengaguminya dalam diam selama ini," gumam Jihan lirih.
Jihan sengaja langsung mematikan ponselnya, karena tadi dia sempat melihat ada beberapa pesan dari Angga, namun ia tidak ingin melihat pesan itu. Ya walaupun hatinya sangat ingin melihat.
Wanita muda itu langsung bersiap-siap memakai gaun pengantin dan menghias wajahnya, tidak sadar air mata menetes. Entah mengapa hatinya sedih saat mengingat sebentar lagi dia akan menjadi istri kedua sang majikan.
Tidak pernah tebersit dalam pikirannya akan menjadi istri kedua. Namun dia berpikir semua sudah menjadi takdir. Lagi pula ia dan Abraham sudah bersepakat hanya menjalankan pernikahan di atas kertas.
Setelah selesai bersiap-siap. Jihan ke luar dari kamarnya menuju ruang tamu. Sebab Abraham sudah memangilnya tadi mengatakan pernikahan mereka akan segera dimulai, karena Pak penghulu sudah tiba.
Setelah sampai, Jihan langsung duduk di samping Abraham dan Mikhaela yang terlihat sangat bergembira atas pernikahan ini.
"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan engkau Ananda Abraham Salim Wijaya bin, Kemal Wijaya dengan Jihan Salsabila dengan maskawin berupa emas 30 gram tunai!"
"Saya terima nikahnya Jihan Salsabila dengan maskawin emas 30 gram tunai!"
Jihan meneteskan air mata, karena sekarang dia sudah menjadi istri kedua sang majikan, kemudian ia menatap wajah sang suami yang terlihat murung.
"Sah!"
"Sah!" teriak semua orang yang ada di sana dengan serempak.
Jihan mencium tangan Abraham dengan canggung, kemudian pria itu memasangkan cincin pernikahan ke jari manis Jihan. Setelah selesai, mereka semua bubar dan kini tinggal Abraham, Jihan dan Mikhaela.
Mikhaela memeluk Jihan dengan lembut yang sekarang berstatus sebagai istri kedua sang suami. Ya walaupun hatinya sakit. Namun ia harus kuat demi bisa memiliki anak meskipun bukan dari rahimnya.
"Jihan, beristirahatlah! Nanti Mas Abraham akan menyusulmu. Oh iya, kamu pindah ke kamar tamu, jangan kamar pembantu lagi!" pinta Mikhaela.
"Baik Kak Mikhaela," jawab Jihan pelan sambil bergegas pergi menuju kamar tamu.
Abraham dan Mikhaela masih di sana, tengah membicarakan bulan madu yang sudah disiapkan oleh wanita itu untuk sang suami.
"Tidak! Saya tidak mau bulan madu!" bantah Abraham.
Mikhaela langsung menundukkan wajahnya, kemudian wanita itu meneteskan air mata. Sebab sang suami tidak mau menuruti keinginannya.
Sontak saja membuat Abraham bingung, karena dia tidak pernah membuat sang istri bersedih. Kemudian ia memegang tangan Mikhaela dengan lembut.
"Baiklah saya akan menuruti keinginan kamu," ucap Abraham dengan keterpaksaan yang mendalam.
Mikhaela langsung menatap wajah sang suami dan memeluknya dengan lembut, dia sangat bahagia bisa mendapatkan suami seperti Abraham yang sangat menyayanginya, sebab itu ia yakin bahwa suaminya tidak akan mencintai Jihan walaupun wanita itu melahirkan anak untuk Abraham kelak.
"Saya bawa kamu ke kamar dan beristirahat, setelah itu saya ingin menemui Jihan sebentar," ujar Abraham dengan lembut.
Mikhaela mengganggukan kepalanya, kemudian Abraham menggendongnya sampai ke dalam kamar. Setelah sampai mereka berdua menidurkan tubuh di ranjang.
Abraham mengelus-elus rambut Mikhaela dengan lembut, berharap sang istri cepat tidur dan dia bisa pergi. Setelah satu jam ia mengelus rambut istrinya. Ahkirnya wanita itu tidur juga.
"I love you sayangku!"
Abraham mengecup kening sang istri dengan lembut, kemudian bergegas pergi dari sana menuju ruangan kerjanya. Sebab ia belum siap menemui Jihan yang sekarang menjadi istri keduanya.
Abraham duduk di bangku sambil memegang tiket pesawat menuju Turki untuknya dan Jihan. Hatinya mulai cemas tidak tenang, apakah dia harus memutuskan kesepakatannya dengan Jihan, demi mewujudkan impian sang istri. Atau tetap berpura-pura.
"Semua ini membuat aku pusing! Kenapa aku harus berada di posisi ini?!" teriak Abraham sambil memukul meja yang ada di hadapannya.
...
Jihan tidak bisa tidur malam ini, karena dia cemas Abraham datang dan mengambil mahkota miliknya. Ya walaupun saat ini pria itu sudah sah menjadi suaminya. Namun mereka sudah membuat kesepakatan tidak akan menjalankan pernikahan yang sesungguhnya.
Jihan lelah memakai baju pengantin milik Mikhaela, kemudian dia berganti memakai piyama dan kembali menidurkan tubuhnya di kasur.
"Baguslah tuan Abraham tidak datang malam ini. Tapi aku merasa akan ada yang terjadi besok, semoga itu cuma firasatku saja," gumam Jihan.
Wanita itu mulai memejamkan kedua matanya dan tertidur pulas. Pagi-pagi sekali Jihan dikejutkan oleh kedatangan Abraham.
"Jihan, buka pintunya!" teriak Abraham sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar.
Jihan langsung bergegas membuka pintu kamar, karena takut semua penghuni rumah akan mendengar teriakan sang suami.
"Maaf Tuan," ujar Jihan sambil membuka pintu kamar.
Abraham langsung masuk ke dalam sambil membawa sebuah kertas. Jihan pun menutup pintu kamar dan menghampiri sang suami yang ada di sofa.
Kemudian dia duduk di samping suaminya dengan terhadap dengan pria itu. Abraham langsung memberikan kertas yang dibawa tadi pada Jihan.
"Apa semua ini, Tuan?" tanya Jihan tak percaya apa yang dia baca dari kertas tersebut.
Bersambung.
Tidak terasa hari-hari yang dijalani oleh keluarga Abraham benar-benar sangat membahagiakan. Karena, saat ini mereka sudah sampai di negara asal Mikhaela dan mereka kini tengah di perjalanan menuju rumah kediaman orang tua Mikhaela."Baru kali ini kami berada di sini Papa, ternyata tempatnya begitu indah ya. Tapi kenapa malah bu Mikhaela memilih tinggal di Indonesia?" tanya Inara dengan polos.Abraham menjelaskan jika Mikhaela diusir dari rumah karena tetap ingin menikah dengannya, dan keluarga wanita itu pergi ke negara asal mereka dan meninggalkan Mikhaela sendiri di Indonesia, hal itu juga diketahui oleh Jihan sebab orang tuanya sudah bekerja lama dengan orang tua Mikhaela sejak ia masih kecil."Sekarang kita sudah sampai jangan lupa nanti bila bertemu dengan nenek dan kakek kalian, yang sopan ya anak-anak papa," pesan Abraham kepada ketiga anaknya."Tentu saja Pa kami akan bersikap sopan k
Angga dan juga Seem langsung menatap tajam Abraham. Sebab, pria itu mengatakan mereka berdua adu domba di ranjang. Padahal, di sini ada lima remaja yang masih belum mengerti adegan dewasa yang mereka tengah bicarakan."Mas, kamu nih ngomong apa sih malu didengar anak-anak," berisik Jihan sambil mencubit lengan sang suami."Sudah kalian lupakan semua ya, ini orang-orang tua nggak ada akhlak bicara yang bukan-bukan!" tegas Abraham. Padahal, dirinya juga termasuk tetapi ia malah tidak merasa."Padahal dia juga sudah mencemari pikiran anak remaja ini. Tapi, dia tidak ingin mengaku," sindir Seem."Sudahlah tidak usah ribut-ribut lagi, sekarang kita makan malam setelah itu pulang soalnya aku lelah sekali ingin segera beristirahat. Karena, sejak tadi banyak sekali mengurus masalah," ucap Angga dengan bijak.Mereka semua langsung duduk di bangku masing-masing. Kemudian, memakan makanan yang sudah terhidang di meja makan dengan sangat lahap.Selama makan mereka hanya diam tidak ada yang berbic
Kini keluarga Abram sudah berada di kediaman mereka. Karena, Inara sudah diperbolehkan pulang karena dia tidak mengalami luka berat jadi tidak perlu dirawatnya. "Semuanya saat weekend nanti kita akan pergi ke luar negeri ya, anggap saja sekalian jalan-jalan dan bertemu dengan keluarga ibu sambung kalian," jelas Abraham."Hore, kita jalan-jalan lagi!" ucap ketiga anak Abram secara bersamaan.Mereka sangat bahagia. Karena, akan pergi ke luar negeri untuk berjalan-jalan ya walaupun sekalian ingin menghampiri semua keluarga Mikhaela, tetap mereka bahagia bisa menghabiskan waktu di sana."Mas, apa sebaiknya saya tidak usah pergi saja biar kalian yang pergi takutnya keluarga kak Mikhaela tidak menerima saya, dan menganggap saya ini adalah seorang pelakor," ujar Jihan dengan lirih.Abraham menatap sang istri. Kemudian, dia memegang tangan istrinya dengan lembut dan berkata, "Tidak akan ada orang
"Papa!" teriak Inara saat memeluk sang papa dia senang papanya datang menghampirinya, itu artinya semua urusan sama papa sudah selesai."Kamu jangan sedih ya sayang, semua sudah beres papa sudah memasukkan Zizah ke penjara yang ternyata adalah buronan di sini dulu," ucap Abraham dengan lembut.Jibran menghampiri sang papa. Kemudian, dia ingin berbicara empat mata dengan papanya dan Abraham menyetujui permintaan Putra pertamanya sehingga mereka keluar dari ruang rawat Inara."Sebaiknya uang yang diinginkan oleh tante Zizah berikan saja kepadanya, Jibran tidak masalah jika uang itu diberikan kepadanya, lagipula itu ada hak dia juga malah tidak memiliki hak apapun," ucap Jibran dengan lembut.Sebab, dia tidak ingin lagi adanya orang yang mengusik kedamaian keluarga kecil mereka seperti yang sudah-sudah. Bahkan, mereka juga akan menghampiri keluarga Mikhaela yang berada di luar negeri sebab ini menjelaskan kepergian wanita itu."Ya sudah kamu tenang saja nanti semuanya akan diurus sama pa
Abraham membawa sang anak ke rumah sakit terdekat, dan Inara sudah ditangani oleh Dokter. Sekarang gadis itu sudah pulih dari traumanya. Ya walaupun ia baik-baik saja tetap tadi trauma. Karena, kejadian itu cepat sekali berlalu."Adik manis jangan lupa minum obatnya ya, nanti setelah diberikan makan oleh suster langsung minum obatnya," ujar Dokter tampan tersebut."Baik Dok, saya akan minum obat tepat waktu," sahut Inara dengan lembut.Dokter muda tampan itu bergegas pergi dari sana, dan Jihan langsung memeluk sang anak. Karena, dia masih sangat cemas dan tidak habis pikir mengapa Zizah tega melakukan untuk kepada keluarganya sampai ingin melenyapkan sang Putri."Di mana papa, Ma? Inara ingin memeluk papa," ucap Inara dengan sangat manja."Papa tidak ada sayang, papa pergi untuk menyelesaikan kasus tante Zizah. Ya, semoga saja dia dapat pelajaran yang setimpal," sahut dengan lirih.Jihan masih berharap jika Zizah itu saudara kembarnya. Tetapi dia sudah melihat sendiri jika wanita itu
Jihan menampar pipi Zizah dengan sangat kuat. Sebab, sakit hati saat anak hampir saja dilenyapkan untung dia dan sang suami cepat datang jika mereka terlambat maka Inara akan lainnya dari dunia ini."Saya pikir kamu itu adalah saudara saya kita memiliki dara yang sama. Tapi, ternyata kamu itu musuh untuk keluarga saya, kamu hampir saja melenyapkan anak saya! kesal Jihan dengan sangat emosi.Zizah hanya diam karena semua rencananya telah terbongkar. Padahal, ia hampir saja melenyapkan Inara tadi jika dia menit saja mereka tidak datang, maka gadis cantik itu akan lenyap suaranya dan muka bumi ini maka dendamnya akan terbalas."Saya tidak menyangka kamu rela merubah wajahmu agar mirip dengan saya, hanya untuk menghancurkan keluarga saya. Sebenarnya apa keinginanmu biar saya berikan, agar kamu tidak mengusik keluarga kami lagi?!" tanya Jihan dengan sangat emosi. Bahkan, semua orang yang berada di sana langsung berkerumun menyaksikan p