"Anda tidak berhak bertanya apapun pada saya!" seru Jihan.
Seem tersenyum, karena dugaannya Jihan memang hamil. Mana ada wanita yang ingin makan rujak mangga muda malam-malam seperti ini. Kalau bukan wanita hamil.Namun, Seem tidak bertanya lagi. Sebab, ia tahu Jihan tidak menyukainya setelah dia terlalu banyak ikut campur urusan wanita itu selama kepergian Abraham.Jihan sama sekali tidak memperdulikan Seem yang ada di hadapannya. Bahkan, dia tidak tahu kalau pria itu memotret dirinya dan mengirimkan foto itu pada Abraham.Abraham yang baru saja sampai di villa langsung membuka ponselnya, karena dia takut ada berita penting dari Seem. Sebab ia meminta pria itu menjaga rumahnya selama dia pergi.Abraham melihat Seem mengirimkan foto Jihan yang tengah memakan rujak mangga. Namun, dia sama sekali tidak mengerti apa maksud sang asisten mengirimkan foto itu.Sehingga dia menelepon Seem agar lebih jelas. Tak berselang lama akhirnya paSesampainya Mikhaela di dalam rumah, terlihat Abraham ke luar dari dalam kamar Jihan, dan pria itu menghampirinya di sofa."Kenapa kamu pulang, Mas?" tanya Mikhaela pelan.Abraham langsung menoleh, karena dia memang sengaja pulang setelah selesai meeting. Sebab, ingin melihat keadaan Jihan dan mengetahui hasil pemeriksaan kandungan sang istri."Apa hasil pemeriksaan tadi?" tanya Abraham.Mikhaela memberikan buku hasil USG 4D milik Jihan dan Abraham meneteskan air mata, karena dia bisa jelas melihat sebuah kantung janjin calon anaknya."Masih kantung, dia masih lama akan menjadi bayi," gumam Abraham.Rasanya dia tidak sabar ingin menggendong sang anak dan bermain bersama jagoan kecilnya. Namun, dia harus bersabar untuk delapan bulan kedepan."Mas, besok aku pergi bersama teman-teman ya ke cafe dekat sini. Ada arisan besok," izin Mikhaela.Namun, Abraham tidak mengizinkan dan meminta agar mereka arisan di rumahnya
Jihan diam dan menganggukkan kepalanya, sontak saja membuat Abraham seperti disengat listrik mendengar kabar kehamilan istri mudanya yang baru dia nikahi dua bulan ini.Tidak sadari air mata Abraham mengalir deras membasahi seluruh wajahnya. Rasanya ia seperti bermimpi akan segera menjadi seorang ayah.Hal itu membuat Jihan bungkam, tidak tahu harus berbuat apa saat ini melihat Abraham menangis. Kemudian, pria itu memeluknya dengan erat untuk yang pertama kalinya."Jihan, benarkah saya akan menjadi seorang ayah?" tanya Abraham tak percaya akan kehamilan Jihan.Bukan karena dia tidak mempercayai Jihan. Namun, ia tidak percaya akan secepat ini akan menjadi seorang ayah. Sebab, menikah dengan Mikhaela sudah tujuh tahun dan tidak mendapatkan rezeki.Namun, baru menikah dengan Jihan dan berhubungan dua kali, wanita itu langsung hamil. Hal ini sangat membahagiakan untuknya."I-ya Tuan, saya hamil," jawab Jihan pelan.Abraham l
Abraham tidak menjawab pertanyaan Jihan, kemudian dia membantu wanita itu tidur dengan perlahan dan menyelimuti tubuh sang istri menggunakan selimut tebal.Jihan memang tidak mendapat jawaban dari Abraham. Namun ia sudah tahu apa jawaban itu, karena saat Abraham ke luar dari kamar bersama Mikhaela ia sudah terbangun tadi.Abraham mulai mengucapkan kedua matanya dan tertidur pulas, sedangkan Jihan tidak bisa tidur sebab rasa mual yang ia rasakan membuatnya tidak bisa tidur dengan tenang.Keesokan paginya, saat Jihan masih tidur Abraham bangun dan ia langsung pergi terus pergi dari kamar Jihan untuk menuju kamarnya, sebab ia takut jika istri marah kepadanya yang sudah berpindah tidur semalam.Namun, sayangnya saat ia masuk ke dalam kamar istri pertamanya ternyata sudah bangun dan menatap tajam dirinya."Kenapa kembali ke mari pagi-pagi sekali? Kenapa tidak terus tidur di kamar Jihan?!" seru Mikhaela dengan sangat kesal.Abraham mendekati sang istri kemudian ia mencium tangan wanita itu d
Sontak saja membuat Seem terkejut, sebab Jihan muntah tepat di hadapannya dan mengenai bajunya. Kemudian dia menutup kedua mata karena merasa sangat jijik dengan kotoran tersebut."Astaga Jihan!" teriak Seem.Jihan nanya terdiam kemudian dia bergegas pergi dari sana meninggalkan Seem. Namun, beberapa saat kemudian ia kembali dan membawakan tissue untuk pria itu."Maaf, tidak tahu mengapa saya sangat tidak enak melihat wajahmu, rasanya saya mual dan ingin muntah di hadapanmu seperti saat ini," ujar Jihan pelan.Seem tidak menjawab dan dia hanya menggelengkan kepalanya, sambil membersihkan kotoran yang terkena di bajunya. Kemudian ia membawa Jihan masuk ke dalam dapur.Mereka berdua duduk di meja makan dan Seem memberikan buah plum yang ia bawa tadi dari rekan bisnis Abraham, sebab itu adalah perintah dari sang Bos."Tadi kata tuan Abraham, jika aku sudah sampai di sini maka aku harus meneleponnya dengan video call," ucap Seem samb
Mikhaela dan teman-temannya langsung memulai arisan mereka. setelah selesai semuanya langsung memakan hidangan yang sudah disiapkan oleh Sarinah.Mereka makan dengan sangat gembira. Namun, Mikhaela tidak, karena ia terus memikirkan sang suami yang tengah berduaan bersama Jihan, pikirannya melayang-layang entah ke mana berpikir sang suami dan Jihan melakukan hubungan itu lagi."Kamu kenapa sih? Dari tadi termenung saja. Apa ada masalah?" tanya Ria."Tidak ada masalah, hanya saja aku ingin ke kantor setelah selesai acara ini menemui suamiku," jawabnya."Sudahlah, tidak usah dipikirkan sekali! sSuamimu itu tidak mungkin diambil wanita lain, sebab Abraham benar-benar sangat setia orangnya sejak dulu," sahut Siska.Mikhaela hanya tersenyum, karena dia juga berpikir hal yang sama seperti itu. Namun, kini sudah berubah karena kebodohannya sendiri meminta sang suami menikah dengan sang pembantu hanya karena ingin mendapatkan seorang anak.
Saat Jihan Tengah menonton film kesukaannya di ruang tamu bersama Mikhaela. Abraham pulang sambil membawakan sebuah durian besar.Jihan langsung menatap ke arah sang suami kemudian tersenyum saat melihat buah durian yang ia inginkan ada di tangan suaminya. Akan tetapi, Jihan sama sekali tidak berselera memakan buah durian tersebut, sebab sangat menginginkan durian yang ada di jalanan tadi."Kenapa kamu bawa durian Mas? setahuku di rumahnya tidak ada yang menyukai durian?" tanya Mikhaela."Tadi kata Seem, Jihan ingin memakan buah durian jadi saya bawakan," sahut Abraham.Mikhaela menganggukkan kepalanya, karena dia juga tahu kalau wanita hamil menginginkan yang macam-macam. Bahkan makanan yang tidak pernah dimakan pun akan menjadi kegemarannya karena bawaan janin yang tengah dikandung."Tuan maaf sekali, saya tidak menginginkan buah durian yang Anda bawa, karena saya menginginkan buah durian yang ada di tepi jalan tadi," sahut Jihan pelan.
"Aku berharap kau datang menghadiri acara yang akan kami adakan untuk Jihan," ujar Mikhaela pelan sambil menatap wajah Angga."Tentu saja aku akan datang," jawab Angga pelan.Kemudian Angga mulai bertanya-tanya kepada Mikhaela siapa suami Jihan, dan mengapa mereka menikah secepat itu. Sebab, selama ini ia tidak pernah mengetahui kalau Jihan memilih pacar ataupun sudah memiliki calon suami.Sontak membuat Mikhaela bingung harus menjawab apa. Kemudian dia menjelaskan bahwa Jihan memang tidak berpacaran dengan pria itu, dan mereka langsung menikah karena ta'aruf."Ya sudah kalau begitu, aku berpamitan pulang dulu, kasihan Jihan tidak ada yang menemani di rumah. Kamu tahu, 'kan dia itu sudah aku anggap seperti adik sendiri jadi aku akan selalu menemaninya," pamit Mikhaela pelan."Baiklah silahkan kamu pulang!" sahut Angga.Setelah Mikhaela pergi dari sana, Angga melanjutkan kembali pekerjaannya yang tertunda tadi, sambil terus memiki
Jihan langsung bergegas pergi dari sana menuju kamar tamu. Hal itu membuat Angga sedikit berpikir. Sebab, mengapa wanita muda itu berlari ke arah kamar tamu. Kalau dilihat-lihat, Jihan tadi ingin berganti baju. Namun, kenapa ke arah kamar tamu? Bukan ke kamar pembantu yang ada di belakang dapur?Angga merasa ada yang janggal dalam hal ini. Pikirannya mulai melayang-layang entah mengapa, dan tebersit dalam pikirannya kalau Jihan menjadi simpanan Abraham."Tidak mungkinlah, karena aku tau Abraham orangnya seperti apa. Dia itu sangat mencintai Mikhaela," gumam Angga pelan.Abraham dan Mikhaela menghampiri Angga sehabis mengantar Ghina keluar tadi. Kemudian, keduanya duduk dihadapan pria muda itu."Mikhaela, kenapa tidak mengganti bajumu terlebih dahulu," ucap Angga sambil melemparkan bantal tepat ke paha wanita itu.Mikhaela tersenyum, kemudian dia bergegas pergi dari sana menuju kamar tamu. Sebab, ia ingin melihat keadaan Jihan se