Home / Rumah Tangga / Istri Kedua Tuan Muda Arogan / BAB 1 : Rencana Perjodohan

Share

Istri Kedua Tuan Muda Arogan
Istri Kedua Tuan Muda Arogan
Author: Ericka Ghaniya

BAB 1 : Rencana Perjodohan

last update Last Updated: 2023-01-27 00:11:53

"Aku gak mau, Ma, Pa! Danila sudah punya Bagas. Gak mungkin Danila tiba-tiba nikahnya sama seorang duda sepertinya. Belum lagi harus meluluhkan hati anaknya. Yang ada malah makan hati. Danila tetap gak mau!" sergah Danila secara tegas menolak pernikahan itu dengan tuan Hugo.

"Danila, cukup! Papa tidak akan mau dengar penolakan lagi darimu. Suka atau tidak, pernikahan kalian akan tetap dilaksanakan minggu depan. Keluarga Hugo sudah begitu baik pada keluarga kita di masa lalu. Kalau bukan karena bantuan dari Waseda Group, perusahaan Papa tidak mungkin bisa sebesar sekarang ini. Kau harusnya berterimakasih untuk itu," cetus sang ayah pada Danila seraya berjalan pergi meninggalkan putri dan istrinya di ruang keluarga itu.

Ibu Danila berjalan mendekati putrinya. Mengelus lembut bahu Danila.

"Sayang, mungkin ini berat untukmu. Menikah karena perjodohan, bukan hal yang mengenakan. Dengan atau pun tanpa cinta, pernikahan itu akan tetap dilangsungkan. Mama pun dulu tidak mencintai Papamu, tapi seiring berjalannya waktu, kami berdua pun jadi seperti sekarang ini. Dan tumbuhlah, kamu. Buah cinta kami, putri kesayangan Mama satu-satunya. Mama harap kamu mengerti Nak," tutur sang ibunda Danila berusaha menasihati anaknya. Lalu ikut pergi mengikuti suaminya. Danila terdiam kaku di tempat itu.

Berdiri sambil mengepalkan kedua tangannya kuat. Dia tidak bisa menerima takdirnya. Menikah dengan seorang lelaki yang dia cintai, adalah impiannya sejak kecil. Mempunyai kisah cinta romansa seperti cerita dongeng. Namun, semua mimpi itu harus ia tutup rapat-rapat.

Sebab sebentar lagi, ia akan menikah dengan Hugo. Seorang tuan muda sekaligus pewaris dari Waseda Group. Perusahaan terbesar Asia yang bergerak di bidang produksi makanan ikan-ikanan. Seperti nugget, sosis, dan makanan yang di kemas lainnya. Semua produknya juga di kirim dan di ekspor ke beberapa negara Eropa. Amerika dan Inggris sudah jadi langganan bagi perusahaan mereka.

Bukankah seharusnya Danila senang? Seperti gadis-gadis lain yang teringin menikah dengan Hugo. Seorang pria tampan dan kaya raya. Bahkan ada begitu banyak wanita yang berusaha mendekati nya. Tapi hingga detik ini, belum ada yang berhasil selain mantan istrinya yang telah tiada.

"Aku harus memahami mereka? Hah! Harusnya mereka yang memahami anaknya. Bagaimana mungkin aku bisa menerima perjodohan ini? Sementara cintaku sudah terpaut pada Bagas," tutur Danila seraya berjalan cepat menuju tangga. Menaiki anak tangga itu untuk sampai ke kamarnya.

Hari ini adalah hari jumat. Dan pernikahan Danila akan di langsungkan pada minggu depan. Tepat di hari rabu, yang tinggal menghitung hari. Danila membanting keras pintu kamarnya, lalu menguncinya rapat-rapat. Tubuhnya di jatuhkan ke atas kasur empuk miliknya.

Danila Maheswari, adalah seorang pelajar SMA dari internasional school Bakti. Saat ini, dia menduduki bangku kelas 12. Yang sebentar lagi akan lulus dari sana. Danila memang akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Tapi keinginannya untuk nikah muda tetap tak dapat di pungkiri.

Ya, Danila sudah mempunyai pacar bernama Bagaskara Adinata. Seorang mahasiswa yang saat ini sedang melanjutkan studi kuliahnya di Universitas Budaya, jurusan Computer Science. Keduanya sudah kenal lama. Sebab Bagas adalah alumni dari tempat sekolahnya Danila. Namun, Bagas lebih dulu lulus dari sana.

"Bagaimana ini? Aku harus bilang apa sama Bagas? Dia pasti kaget kalau aku tiba-tiba menikah di hari rabu depan," gumam Danila cemas seraya menggigit kuku di jari jemarinya.

Danila sontak mencari ponselnya. Dia segera menghubungi Bagas via sambungan telepon di aplikasi chat berwarna hijau.

"Sayang ... hiks," ujar Danila pada Bagas via telepon yang sudah terhubung.

Baru diangkat, tapi Danila sudah tidak bisa menahan rasa sedunya. Dia tak ingin menikah dengan Hugo. Bagaslah, lelaki yang dia cintai.

Bagas tampaknya terkejut kaget, kala mendengar isakan tangis kecil Danila. Sebab itu adalah kelemahan seorang lelaki. Jika sudah mendengar rengekan tangis wanitanya. Dan Bagas tidak siap untuk itu.

"Sayang ... kamu kenapa? Tiba-tiba menangis, cerita padaku, Danila." Suara Bagas terdengar dari ponsel yang saat ini tengah berada digenggaman Danila.

Tangis Danila semakin keras. Tampaknya, dia tak bisa melanjutkan niatnya yang ingin menceritakan semuanya pada Bagas. Tapi, mau tidak mau Danila tetap harus mengatakannya.

"Sayang, rabu depan aku akan menikah. Papaku sudah mempersiapkan semuanya."

"Apa?! Kamu ... mau menikah? Dengan siapa? Bukankah sebelumnya aku sudah pernah melamarmu? Bagaimana bisa kamu justru menikah dengan lelaki lain, Danila?" decak Bagas, suaranya di terdengar sedikit emosi. Danila mengerjapkan kedua matanya. Ia sudah menduganya, jawaban Bagas akan begitu.

Kedengarannya Bagas tidak terima atas keputusan dari papanya Danila. Ya, sebab Bagas sudah pernah datang ke kediaman rumah Danila seraya membawa kedua orang tuanya untuk melamar Danila. Bahkan lamarannya pun di terima baik oleh keluarga ini. Tapi ternyata, kedua orang tua Danila tetap akan menikahkan putri mereka dengan Hugo.

"Aku tahu kedengarannya tidak masuk akal. Tapi Papa dan Mamaku tetap akan menikahiku dengan Hugo." Danila berkata jujur.

"Hugo? Hugo Bimantara?"

"I-iya, itu dia. CEO sekaligus pewaris Waseda Group."

"..."

Bagas tiba-tiba diam tanpa suara. Setelah Danila mengatakan tentang Hugo tadi. Mungkin ia terkejut tidak menyangka. Saingannya adalah bukan orang sembarang. Bahkan untuk bersaing dengan Hugo, Bagas bukan tandingannya. Sedangkan Bagas hanya dari keluarga berlatar belakang biasa saja. Tapi keluarga Bagas juga tergolong orang mampu dan cukup.

Hanya saja, tidak sebanding dengan seorang Hugo Bimantara.

"Sayang? Kamu masih di sana, kan?"

"Iya. Aku di sini, Danila"

"Terus kita harus bagaimana? Hubungan kita akan bagaimana, Bagas?"

"Jujur ... aku tidak rela, kamu menikah dengan pria itu. Tapi kedua orang tuamu ternyata malah menolak lamaran dariku, dan menerima pria lain untuk jadi menantu mereka."

"B-bukan begitu, Sayang. Kedua orang tuaku sebenarnya juga mau menerimamu. Tapi keluarga kami sudah membuat perjanjian perjodohan antara aku dengan Hugo. Maafkan aku, Bagas. Aku juga enggan menikah dengannya. Kumohon, lakukanlah sesuatu untukku! Aku hanya mau kamu yang akan jadi Suamiku, Sayang."

"K-kamu serius? Aku tidak sekaya Hugo. Menikah dengannya, hidupmu akan bahagia, Danila. Tapi jika menerimaku, aku juga akan berusaha untuk membuatmu bahagia hidup bersamaku."

"Apa rencanamu selanjutnya?"

Sepertinya, Bagas dan Danila merencanakan sesuatu. Tapi apakah rencana itu? Hanya mereka berdua yang tahu.

Di sisi lain, Hugo bersama dengan putranya yang bernama Haga. Sedang berada di ruang keluarga. Sore ini, Hugo pulang lebih awal dari perusahaan. Karena hari ini adalah hari kelahirannya Haga. Tanggal 15 Januari 2019.

Sebuah kue tart cokelat tengah dihiasi lilin angka tiga tahun. Ya, Haga sekarang sudah berusia tiga tahun. Hari kelahirannya bersamaan dengan hari kematian ibunya, Sania.

"Ayah, apa permintaanmu kali ini?" tanya Haga si balita genius itu.

Haga dikabarkan memiliki IQ diatas 120, di usianya yang bahkan masih dua tahun. Sebab dia sudah lancar berbahasa Inggris dan pandai berhitung serta menggambar. Kini, IQ dan EQ Haga bertambah seiring berjalannya waktu, di usianya yang sudah menginjak ke tiga tahun.

"Yang berulang tahun itu kau, bayi kecil. Kenapa harus Ayah yang membuat permohonan?" Hugo membalas perkataan putranya sembari mengusap pucuk kepala kecilnya.

"Siapa tahu, Ayah punya keinginan untuk bisa bertemu dengan Ibu lagi. Ayah rindu pada Ibu, kan?"

Mendengar putranya berkata begitu, Hugo seketika terdiam. Bohong kalau ia tidak rindu pada Sania. Dia adalah wanita satu-satunya yang dia cintai selama ini. Karena Sania, Hugo bisa sembuh dari traumanya. Namun, wanita itu harus pergi memeluk Sang Tuhan. Hugo kembali merasakan kehilangan untuk yang kedua kalinya.

Sebab kedua orang tua Hugo telah meninggal saat dia berusia 15 tahun. Hugo tumbuh dan di besarkan bersama sang kakek. Pendiri dari Waseda Group. Keduanya tinggal terpisah, sejak Hugo menikah dengan Sania. Sang Kakek berada di kota S, sementara Hugo ada di kota J.

Kedua orang tua Hugo meninggal akibat sebuah kecelakaan yang tragis pada saat lalu. Keduanya mengalami perdarahan di bagian otak yang cukup dalam. Dan tidak bisa di selamatkan. Hanya Hugo sendiri yang selamat. Namun, ia menjadi trauma akan kecelakaan itu.

Tapi setelah bertemu dengan Sania, seorang adik tingkat di universitas tempatnya menimba ilmu. Hugo berubah, menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya. Sifat dingin dan tertutupnya berubah hangat. Setelah kehadiran wanita yang bernama Sania itu.

Keduanya melanjutkan hubungan mereka sampai ke jenjang pernikahan. Tapi naasnya, Sania meninggal setelah melahirkan Haga ke dunia ini. Beberapa detik setelah Haga keluar dari rahimnya, Sania mengembuskan napas terakhirnya di rumah sakit harapan. Hugo terpuruk untuk yang kedua kalinya. Dan sikap dinginnya, kini kembali lagi.

Namun, akankah Hugo bisa kembali hangat seperti sebelumnya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 63 : Maafkan Aku

    Memaafkan adalah perjalanan melalui lorong kepedihan yang dalam, dan melupakan seperti menelan pahitnya pil kesalahan yang terus menghantui. Dalam redupnya hati, memaafkan terasa seperti mencari cahaya di tengah malam, sementara melupakan adalah luka yang tak pernah lekas sembuh, merajut kisah kesedihan."Jika dipikir-pikir lagi, seharusnya aku sudah benar-benar berpisah dari pria ini. Lantas apa yang terjadi sekarang? Begitu mudahnya dia memaksaku untuk menerimanya kembali sementara semua luka yang pernah dia goreskan untukku masih menyisakannya," tutur Danila dalam hati sedu. Raut wajahnya langsung berubah begitu saja. Namun Hugo menyadari akan hal itu."Ada apa denganmu?" tanya Hugo seolah tak pernah melakukan kesalahan untuknya. Danila menggeleng pelan dan menjauhkan tubuhnya sedikit dari pria itu. "Tak ada apa-apa. Aku hanya ingin beristirahat saja." Danila beralasan. Walau sebenarnya dia masih berduka atas kejadian lalu. Jika diingat lagi, tak mudah baginya untuk melawan semua

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 62 : Kesalahpahaman

    Dokter pribadi keluarga Danila tiba di kediaman rumahnya. Seorang pria muda berwajah tampan rupawan yang memakai jas putih ala kedokteran, memasuki diri ke dalam kamar sana. Diikuti oleh kepala pelayan yang bertugas untuk mengantarkannya sampai menemui nona rumah.Tok! Tok! Tok!"Nona muda, dokter pribadinya sudah datang. Apakah beliau boleh masuk sekarang?" teriak sang pelayan wanita itu didepan pintu kamar Danila."Masuk saja. Pintunya tidak dikunci," sahut dari dalam. Terdengar suara bariton khas pria dewasa. Itu pasti Hugo. Ya, ya, ya. Serigala satu ini memang terdengar cukup seksi, suaranya. Eh.Kriek!Pintu kamar terbuka lebar. Terlihat, Danila tengah berbaring diatas ranjang sana dengan tubuh yang tertutupi oleh selimut tebal dari ujung leher hingga kaki. Dokter itu terdengar menghela napas panjang. Lalu mendekati ke arah Danila dan Hugo berada. "Apa keluhan Anda, Nona?" tanya dokter itu pada Danila seraya mengeluarkan alat-alat dari dalam tasnya. Danila justru terdiam sambil

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 61 : Awal Kehidupan yang Baru

    "Selamat pagi, Tuan Hugo! Aku minta maaf karena hanya baju itu yang bisa kuberikan pada Anda, Tuan. Itu adalah baju terbagus yang tak pernah saya gunakan selama ini didalam lemari," tutur ayah mertua pada Hugo. Pria itu tak memberikan reaksi apapun, hanya mengerjapkan kedua matanya sejenak. Danila tiba-tiba menggenggam erat jari jemarinya dibawah sana. Yang kini keduanya tengah duduk bersebelahan di ruang makan ini sekarang."Ayah, tapi bajunya sedikit kebesaran," gumam Danila merasa tidak enak hati dengan Hugo. Sang ayah langsung mengubah ekspresi wajahnya. Tampaknya, beliau takut jika Tuan Hugo tak menyukainya."B-benarkah? K-kalau begitu Ayah akan berikan lagi yang baru."Hugo lantas menoleh dan menatap dalam Danila sambil mengeratkan genggaman tangannya. "Tidak perlu. Ini sudah cukup untukku. Terimakasih, Ayah mertua." Hugo berkata dingin. Yeah, pria itu memang selalu begitu, kan. Menampilkan ekspresi wajah dinginnya. "T-tidak ... akulah yang seharusnya berterimakasih pada Tuan

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 60 : Pagi yang Hangat

    Tok! Tok! Tok!Suara pintu kamar Danila diketuk dari arah luar. Wanita itu mencoba beranjak bangun untuk membukakan pintunya. Namun Hugo langsung menepisnya. "Aku saja yang membukanya," katanya seraya berjalan ke sana.Kriek!"Tuan Hugo, m-maaf ... i-ini ... saya hanya mengantarkan baju ini untuk Nona muda. Tuan besar memintaku agar membawakannya ke sini," ujar seorang pelayan wanita berkata gugup padanya. suaranya tampak terdengar gemetar ketakutan.Serigala satu itu memang senang membuat orang lain ketakutan. Dasar mengesalkan!"Terima kasih. Katakan pada Ayah mertuaku, aku menyukai bajunya," ucap Hugo membalasnya. Pelayan itu mengangguk paham sambil membungkukkan sedikit bahunya."B-baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi pergi." Hugo mengibaskan tangannya ke arah pelayan itu. "Ayah sudah mengirimkannya?" tanya Danila yang saat ini tengah berada diatas ranjang sana. Bermain dengan Dilan sembari menyusuinya."Ya. Aku akan memakainya." Danila mengangguk mengiyakan.Hugo lantas memasu

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 59 : Panggilan Sayang

    GREP!Pelukan Danila langsung mengubah suasana hati Hugo dalam sekejap mata. Pria itu berubah kaku dan terdiam ditempatnya. Detik kemudian, Hugo berbalik badan menghadapnya. Keduanya lantas tampak saling pandang sekarang. Cup!Hugo mengecup lembut bibir ranum Danila setelah menatap matanya agak lama. Perasaan aneh yang tumbuh didalam hati Danila. Yang sebenarnya benci, namun enggan melupakannya apalagi menjauhkan dirinya dari pria itu."Kau menikmati ciumanku. Apa itu berarti aku diberikan kesempatan?" ucap Hugo tanpa melepaskan aktivitasnya. Danila tak berkata apa-apa. Wanita itu terdiam kaku dan mempererat pelukannya."Huh ... hah!" deru napas Danila memburu. Setelah melepaskan ciumannya dari Hugo tadi."Bukankah Tuan sudah tahu apa jawabannya? Kenapa masih berta..." tutur Danila langsung terpotong sebab Hugo kembali membungkam bibirnya dengan ciuman. Namun kali ini agak kasar. Hingga menimbulkan beberapa tanda kissmark dibagian leher jenjangnya."Jangan memanggilku dengan sebutan i

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 58 : Kurcaci Kecil Merindukan Bunda

    "Beri aku waktu untuk memikirkannya," ujar Danila seraya menjauhkan dirinya dari Hugo. Pria itu menatapnya nanar sesaat, lalu mengembuskan napasnya yang terdengar cukup berat."Baiklah. Aku tunggu jawabanmu besok pagi." Danila lantas membelalakkan matanya lebar-lebar. "Aku tidak suka menunggu lama," lanjutnya lagi berkata. Danila mengembuskan napasnya panjang. "Dilan membutuhkanku. Kalau begitu aku pergi," kata Danila sambil membuka pintu mobilnya. Namun Hugo tiba-tiba berkata...."Haga selalu menunggu kedatanganmu. Dia bilang ... merindukan Bundanya," gumam Hugo dengan suara pelan. Bahkan hampir tak terdengar jelas ditelinga Danila. "A-apa?" ucap Danila berbalik tanya. Hugo lantas melengos dan mulai menyalakan mesin mobilnya."Pergilah. Dia pasti lebih membutuhkanmu," kilah Hugo mengganti topik. Danila terdiam beberapa saat. Lalu mengangguk mengiyakan."Aku pergi." Hugo tak membalasnya. Namun raut wajahnya tampak berubah memerah sekarang.Hei, hei, hei! Lihat itu, serigala gila ini

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 57. Sebaiknya Kita Bercerai

    "Apa yang kau lakukan?" cetus Danila bertanya. Hugo lantas semakin bertindak melebihi batas. Pria itu menenggelamkan kepalanya pada bahu Danila. Sosok arogan yang biasanya ia tampakkan untuk menindas istri kecilnya kini berubah bertekuk lutut dihadapannya. Dalam hati, Danila tersenyum penuh kemenangan. Merasa puas dengan melihat sosoknya yang lemah. Itulah bayaran dari perlakuannya terhadap Danila pada kehidupan sebelumnya."Maaf..." gumam Hugo sambil mendekap erat tubuh Danila dengan melingkarkan kedua tangannya pada perutnya yang rata. Saat semuanya sudah terjadi, kata maaf saja tak mampu bisa menghapus segala ingatan memori yang sudah terlanjur tenggelam dalam benak Danila. Hugo sudah melewati batas kesabarannya. Dengan mudahnya dia mengatakan kata-kata maaf. Setelah melakukan semua yang terjadi. Kasus penculikan, bahkan Danila hampir saja keguguran karena perencanaan aborsi itu."Hujan semakin deras. Sebaiknya kau kembali ke rumahmu," sanggah Danila mengalihkan obrolan. Tapi reak

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 56 : Berdiri ditengah Hujan

    Hugo melakukan pertemuan dengan dokter yang menangani laboratorium uji tes DNA pada bayinya Danila secara rahasia. Tampaknya, pria itu masih belum percaya dengan hasilnya. Aura serta raut wajah yang dingin begitu menyergap di meja pertemuan itu. Dokter Reno terlihat memberikan secarik surat berisi hasil tes uji coba yang kedua. Hugo lantas mengambilnya sambil menatap dokter tampan ini dengan tatapan tajam pada kedua mata elangnya.“Apa kau tahu, aku benci dengan kesalahan. Kau harusnya tahu, kan. Apa akibatnya jika kau benar-benar melakukan kesalahan?” ujar Hugo menggertak. Dokter tampak meneguk salivanya, lalu menunduk ke bawah sana sembari mengangguk pelan.Hei, hei, hei! Dia mengatakan itu karena dia sendiri tidak pernah melakukan kesalahan. Yang benar saja, orang perfeksionis sepertinya membandingkan dirinya dengan orang lain. Benar-benar serigala yang menyebalkan!“I-iya, Tuan. S-saya yakin seratus persen, kalau saya tidak melakukan kesalahan.” Hugo mengernyit sambil membaca isi d

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 55 : Penyesalan Hugo

    Yang pergi akan tetap pergi, walaupun kau telah menjaganya dengan begitu kuat. Dan yang datang akan datang, walaupun kau tidak menginginkan kedatangannya. Bukan berarti hatinya tak sakit, bukan pula hatinya tak hancur, bukan pula hatinya tak perih, namun hanya kepasrahan yang mengiringi. Danila telah tiba didepan halaman kediaman rumah keluarganya. Tubuh kecil dan lemah itu terlihat menggendong makhluk mungil dengan penuh ketulusan. Sekretaris Jo mengantarkannya sampai didepan pintu saja. Bahkan para pengawal itu pun tak membawakan barang-barang miliknya sampai ke dalam sana. Mereka pasti begitu malu, dan tak punya wajah untuk melihat kedua orang tua Danila yang sampai detik ini masih belum mengetahui kehamilan serta kelahiran cucu pertama mereka. “Terima kasih, sekretaris Jo.” Danila berkata sungkan seraya menundukkan pandangannya. Tatapan sekretaris Jo justru tampak bimbang menatap ke arahnya. Seperti orang yang kehabisan kata-kata tuk menjawabnya. “Tak perlu berterima kasih, Nona

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status