“Bagaimana denganmu Safiya? Kenapa sampai sekarang masih single?” tanya Allura penasaran.
Raut wajah Safiya sedikit berubah menjadi murung. “Mulai dari mana harus aku ceritakan Mbak? Takdir cintaku begitu buruk. Seolah-olah aku hanyalah mainan baginya ....”
Beberapa memori di masa lalu muncul di kepala Safiya. Membuatnya ingat akan kenangan pahit yang berusaha ia tutupi selama ini. Kenangan yang selalu berhasil membuat hatinya perih. Nyatanya kenangan itu sudah membuat luka abadi di hati Safiya. Belum ada yang berhasil membuat luka itu sembuh selama ini. Safiya sudah berusaha mencari seseorang itu, orang yang dengan ajaib akan membuatnya lupa akan kenangan-kenangan buruknya dalam cinta.
Flashback on.
Hari itu Safiya tengah berbunga-bunga hatinya. Ia baru saja menjalin asmara dengan pemuda yang ia idam-idamkan selama ini. Risky Fardiano, pria yang acap kali dip
Cuaca mulai mendung. Awan hitam sudah menutupi matahari tepat di atas kepala. Safiya terus memperhatikan rintik hujan yang perlahan mulai turun. Sampai akhirnya ia tersadar kalau mobil Iky sudah berhenti. “Kita sudah sampai?” tanya Safiya heran. “Iya,” jawab Iky dengan senyum khasnya. Ia pun turun dan membukakan pintu untuk Safiya. “Ayo,” ajaknya dengan mengulurkan tangan. Safiya pun memberikan tangannya pada Iky. Ia digandeng menuju sebuah toko. “Toko perhiasan?” tanyanya bertambah bingung. “Duduk di sini, tunggu sebentar ya.” Iky memanggil seorang penjaga toko lalu entah berbicara apa padanya. Kemudian penjaga toko itu mengambil satu kotak merah berukuran kecil. Ia memberikannya pada Iky dan Iky pun memberikan uang padanya. “Sudah. Ayo kita pergi,” ajak Iky lagi. Safiya lagi-lagi menurut tanpa bertanya. Ia tahu Iky akan menjawabnya seperti saat di mall tadi.
Safiya POV “Aku akan mempertemukanmu dengan Rayan hari ini,” ujar Mbak Allura ketika hendak pulang dari kafe. “Apa? Mbak bersungguh-sungguh?” tanyaku terkejut tak percaya. “Tentu saja Safiya. Tujuanku untuk menikahkanmu dengan Rayan juga bersungguh-sungguh.” “Tetapi dia adalah suami Mbak. Bagaimana bisa aku melakukan hal itu pada Mbak. Aku tidak ingin menyakiti perasaan Mbak Allura.” “Sudahlah, ini hanya perkenalan biasa.” Mbak Allura mulai mengetik di layar ponselnya. Mengirim pesan singkat agar Mas Rayan menjemputnya. Tidak sampai lima menit, Mas Rayan pun menyetujui permintaan istrinya itu. “Finish, Rayan akan datang beberapa menit lagi, bersabarlah.” Aku hanya terdiam. Entah mengapa hatiku berdebar. Mungkin grogi akan bertemu dengan laki-laki yang kusukai dari aplikasi dating? Ak
Di perjalanan pulang dari kafe, Allura terus membicarakan soal Safiya. Memu-mujinya seakan ia adalah wanita impian semua pria. Tetapi untuk apa Allura melakukan hal itu pada Rayan? Dia sendiri adalah istri Rayan, memuji wanita lain di depan suami sendiri adalah hal yang ganjil. Namun, ia bersikap seperti itu untuk membuat Rayan terkesan dan mengingat Safiya."Mas tahu, Safiya adalah wanita hebat. Adek kagum dengannya, dia lulusan S2 dan mempunyai pekerjaan yang bagus. Apa lagi wajahnya sangat cantik. Sederhana tetapi penampilannya masih elegan. Dia juga mempunyai rambut hitam panjang yang sehat. Dia adalah wanita yang cantik 'kan Mas? Ah, mungkin lebih tepatnya wanita idaman," celoteh Allura."Hmm ...." Hening, hanya terdengar deru kendaraan di jalan raya. Sedari tadi Rayan hanya menanggapi istrinya dengan dehaman yang sama dan bahkan tidak meresponnya sama sekali. Padahal Allura mengharapkan respon positif darinya."Ken
Usai makan malam bersama, Ibu Rayan dan Siska sibuk menyuci piring di dapur. Ibu Rayan meminta Allura untuk tidur bersamanya. Ia ingin menemani Allura dan sedikit mendongeng untuk cucu dalam perut Allura. Sedangkan Rayan dan ayahnya sedang bicara berdua sembari melihat televisi dan meneguk secangkir kopi. "Bagaimana kabarmu dan istri di sana, Nak?" tanya Ayah Rayan. Rayan diam tak mengerti apa yang dimaksud ayahnya. Dia dan Allura 'kan sudah terlihat di depan matanya. Bagaimana ayahnya masih menanyakan kabarnya dan Allura? "Ayah 'kan sudah melihatnya sendiri. Kenapa Ayah masih bertanya seperti itu?" "Maksud Ayah, apa kalian di sana baik-baik saja? Kamu tidak menyembunyikan sesuatu 'kan?" Ayah Rayan memandang wajah Rayan serius. "Tidak ada yang Rayan sembunyikan Yah, lagi pula untuk apa Rayan menyembunyikan masalah serius dari Ayah." Rayan meneguk kopinya yang masih mengeluarkan
Matahari baru menyapa, Rayan sudah menatap layar laptopnya sejak lima menit yang lalu. Sebelum itu ia berbincang dengan atasannya di telepon. Sepertinya ada pekerjaan penting yang harus Rayan kerjakan. Allura baru bangun setelah ditemani tidur oleh ibu mertuanya. Rayan langsung menghampiri istrinya untuk mengucapkan selamat pagi spesial. "Pagi, Sayang. Bagaimana tidurmu semalam?" tanya Rayan setelah mengecup kening Allura. "Pagi juga, Mas. Nyenyak sekali, Ibu menceritakan banyak hal tentangmu semalam," ujar Allura sedikit terkekeh. Ia teringat masa kecil Rayan yang menggemaskan. "Hm, jadi kalian mulai mengejek Mas lagi." Rayan sudah terbiasa jika ibu dan istrinya selalu membicarakan hal-hal yang menurutnya memalukan. Para pria memang tidak terbiasa menceritakan masa kecilnya. Apa lagi hal-hal yang membuat gengsinya meninggi. "Hehe, suamiku yang cerdas, kenapa pagi begini Mas sudah berpakaian rapi sekali?" t
Rayan baru menginjak hari pertamanya jauh dari sang istri, tetapi ia sudah sangat merindukan wajah Allura. Ia begitu cemas meninggalkan Allura dalam keadaan hamil muda seperti itu. Bagaimana nanti kalau dia ngidam mendengar suaranya? Atau Allura sedang ingin dimanja olehnya? Rayan merasa sangat bersalah jika tidak bisa menuruti keinginan istrinya di kala mengandung si buah hati. Setidaknya Rayan bisa memperlakukan Allura dengan sangat spesial di masa-masa seperti itu. Sejenak mungkin ia lupa dengan kerinduannya pada Allura saat menghitung beberapa digit angka berulang kali. Namun, saat jam istirahat tiba, tentu saja ia langsung teringat pada Allura. Ia pun segera menghidupkan ponselnya dan menghubungi nomor Allura. Tetapi sudah beberapa panggilan darinya tak diangkat oleh Allura. Telepon terhubung setelah beberapa kali terabaikan. "Halo, assalamualaikum, Dek," ujar Rayan. "Waalaikumsalam, Mas," jawab Allura di seberang telepon. "Adek sedang apa? Apa Adek baik-baik saja? Kenapa telep
Dear Diary ...Entah apa yang harus aku tulis untuk hari ini. Aku merasa bahagia sekaligus sedih. Tuhan, bolehkah aku egois untuk satu malam ini saja? Jujur saja aku tidak bisa lagi mengendalikan hati yang terus jatuh terlalu dalam padanya. Iya, dia adalah Mas Rayan. Aku tidak tahu kapan terakhir kali aku merasakan jatuh cinta seperti ini, tetapi untuk kali ini sungguh sangat berbeda! Mas Rayan adalah pria baik-baik dan pekerja keras, siapa yang tidak akan jatuh hati padanya? Kenapa takdir selalu menguji jalan percintaanku seperti ini?Pertama, aku bertemu seorang pria yang sangat mencintaiku, tetapi nyatanya ia hanya bernafsu. Cinta dan kasih sayang yang ia beri hanyalah bisikan setan belaka. Lalu kedua, aku bertemu pria yang baik, tetapi ia menolakku saat tahu riwayat pendidikanku. Dan sekarang, aku bertemu pria yang membuat kepalaku hampir pecah dibuatnya. Ia pria yang sudah beristri, tetapi istrinya sendiri menjodohkanku de
Dear Diary .... Aku benar-benar bahagia hari ini! Tahu kenapa? Alasannya adalah karena Mas Rayan mengajakku sarapan bersama! Tentu saja hatiku sedang melompat-lompat kegirangan seharian ini! Rasanya aku ingin teriak agar seisi dunia tahu bahwa diriku sedang jatuh cinta. Aku tahu ini salah, tapi maafkan aku Mbak Allura, aku sudah benar-benar jatuh hati pada suamimu itu. Harus bagaimana kukatakan padamu? Mas Rayan adalah pria yang selama ini aku cari. Pikiranku terus mengutuk hatiku yang berani menaruh rasa begitu saja pada suami orang. Tetapi aku bukan wanita munafik, hatiku memang menginginkannya. Sekali lagi aku tegaskan, maafkan aku atas kelancangan hatiku ini Mbak Allura. Semua ini bisa terjadi juga berkat dirimu. Jika seandainya Mbak Allura tidak membuat akun dating untuk Mas Rayan, mungkin hari ini aku tidak akan merasa ssperti terbang ke langit ke tujuh. Tuhan ... jika benar Mas Rayan adalah jodohku, maka berilah aku