Share

Istri Kedua
Istri Kedua
Author: Miftahul Jannah

Part 1

last update Last Updated: 2021-06-22 18:48:24

"Abang, Ibu katanya kangen Wati. Apa Wati boleh pulang Bang?" Tanya Wati kepada Jaka, usai dia menutup telepon dari ibunya. 

 

"Sayang, ibu aja ya yang disuruh ke sini. Kamu kan lagi hamil anak Abang."

 

"Tapi perjalanan ke sini kan jauh Bang kalau naik bis. Kalau naik pesawat kan mahal, Bang."

 

"Pakai aja uang tabungan kita untuk ibumu naik pesawat. Sepertinya cukup untuk dua orang, biar ada yang jagain ibumu. Ibu suruh tinggal di sini aja kalau mau. Kan bentar lagi Kamu lahiran, Sayang."

 

"Tabungannya kan buat lahiran, Bang."

 

"Sudah, ngga apa-apa, Sayang. Nanti Abang cari sampingan lagi." Jaka mengecup kening Wati. Air mata Wati menetes. "Kenapa menangis?" 

 

"Wati bersyukur punya suami seperti Abang."

 

"Abang lebih bersyukur punya istri seperti Kamu." Dikecupnya lagi kening Wati.

 

Wati dan Jaka mengontrak rumah sederhana yang tidak jauh dari tempat kerja Jaka. Jaka bekerja di perusahaan tambang ternama, sebagai seorang mekanik. Di depan kontrakannya Wati membuka warung makan sederhana untuk membantu membiayai hidup mereka. Karena kartu ATM Jaka untuk gaji diserahkan Jaka ke istri pertama. Jaka hanya meminta dikirimkan oleh istrinya seperlunya saja, karena sebelumnya Jaka tinggal di mess yang semuanya ditanggung perusahaan. Jaka membuka jasa service barang elektronik untuk membiayai rumah tangganya bersama Wati. 

 

Istri pertama Jaka tinggal di kota kelahirannya yang juga kota kelahiran Wati. Jaka punya satu anak perempuan dari istri pertamanya. Usia anak perempuan Jaka 5 tahun. Sudah tiga tahun Jaka hidup terpisah dengan istrinya. Dia hanya kembali saat dia cuti, setelah 70 hari kerja. 

 

Selama itu dia tidak pernah selingkuh atau main perempuan. Dia adalah laki-laki yang baik yang sayang dengan keluarga. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Wati setelah sekian lama dia tidak bertemu. Karena Wati tidak pernah ikut reuni sekolah. 

 

Bagi Jaka, Wati adalah perempuan pertama yang membuat hatinya berdebar-debar. Wati adalah perempuan pertama yang membuatnya selalu merasa rindu untuk ke sekolah. Wati dan hanya Wati satu-satunya perempuan yang mampu mencuri perhatiannya kala itu. 

 

*****

 

Wati dan Jaka menunggu ibu di bandara bersama Aditya anak Wati yang berusia 3 tahun, dari pernikahan pertamanya. Ibu berangkat bersama kakak laki-laki Wati. Bang Rahman, begitu Wati sering memanggilnya. 

 

Tidak menunggu lama, akhirnya ibu dan bang Rahman keluar dari pintu kedatangan. Ibu langsung memeluk anak perempuannya. Wati hanya dua bersaudara.  Ibunya tak kuasa menahan haru melihat anak perempuannya. Kemudian ibu melepaskan pelukannya, ibu menatap anaknya yang memakai gamis berwarna biru tua senada dengan jilbab panjang yang dikenakannya. Wati terlihat sangat anggun. Wajahnya berseri-seri. 

 

"Ibu bisa lihat Kamu bahagia, Nak." Ibu tak kuasa menahan air mata. "Terima kasih Nak Jaka, sudah menjaga putri dan cucu ibu dengan baik." Ucap ibu penuh haru. 

 

"Itu sudah kewajiban Jaka, Bu, sebagai suami Wati." Jawab Jaka ramah. 

 

Sementara Aditya yang dari tadi digendong Jaka tidak mau melepaskan pelukannya ketika bang Rahman ingin menggendongnya. 

 

"Apa Adit nempel terus sama Kamu, Jaka?" Tanya bang Rahman. 

 

"Iya Bang." Jawab Jaka sambil tersenyum. "Ayo Adit, ikut Uwak dulu. Adit nggak kangen ya sama Uwak sama nenek?" 

 

"Adit ngga mau dibawa sama nenek." Jawab Adit polos. 

 

"Dibawa ke mana?" Tanya nenek. 

 

"Dibawa ketemu papah. Adit maunya sama bapak Jaka, nggak mau sama papah Rendra." Jawabnya sambil mulai terisak. 

 

"Nenek tinggal di sini kok sama mamahmu sama bapak Jaka. Nenek nggak mau bawa kamu ke tempat papahmu." Jawab bang Rahman diikuti gelak tawa yang lainnya. 

 

*****

 

Perceraian Wati dan Rendra menyisakan trauma untuk Aditya. Bagaimana tidak, Rendra tidak mau menceraikan Wati, tapi Wati bersikeras minta cerai karena sudah tidak tahan dengan sikap Rendra yang semaunya. Hari itu, setelah sekian lama mereka berumah tangga, Rendra yang tidak pernah memukul Wati, dengan bringasnya meluapkan emosinya di hadapan Aditya. Wati babak belur wajahnya di gampar oleh Rendra. Bahkan tubuh kecilnya ditendang-tendang. Aditya yang saat itu berumur dua tahun hanya bisa menangis menyaksikan wanita yang melahirkannya disakiti. Kemudian memeluk erat Wati setelah Rendra pergi. 

 

"Adit sayang Mamah ... Adit sayang Mamah ..." Tangisnya makin kencang. Wati memeluk erat Aditya. Wajah Wati penuh darah. Adit beranjak kemudian mengambil ponsel Wati dan menyerahkannya pada Wati. 

 

"Ibu, tolong jemput Wati." Wati menelpon ibunya, suaranya tercekat. Dia hanya punya sedikit tenaga. Sementara Aditya terus menangis dalam pelukan Wati. 

 

"Kamu kenapa Nak?" Tanya ibu di seberang sana khawatir. 

 

"Suruh bang Rahman jemput Wati sekarang Bu! Wati mohon!!!" Kemudian Wati mematikan ponselnya, berharap bang Rahman cepat menjemput. 

 

"Mamah ... Mamah ... " Tangis Adit sambil mengusap darah di wajah mamahnya dengan tisu. 

 

Aditya memang masih berusia dua tahun, tapi dia sangat cerdas dan sangat aktif. Wati sering dibuat bingung dengan tingkah Adit. Sering dibuat speachless dengan perlakuannya. Aditya sangat sayang kepada Wati, mereka sering menghabiskan waktu berdua karena Rendra jarang pulang. Rendra juga pekerja tambang, sama seperti Jaka. 

 

Tet ... Tet ....

Bunyi klakson mobil butut bang Rahman. 

 

"Sayang, temui uwak ya, ambil kunci pagar, kasihkan uwak!" Suruh Wati ke Aditya. Aditya langsung sigap melakukan apa yang disuruh Wati. 

 

Bang Rahman terdiam di depan pintu masuk ketika melihat Wati yang lemas tak berdaya di lantai dengan muka penuh lebam. 

 

"Bang Rahman, tolong!" Wati meminta dibantu berdiri. Bang Rahman langsung lari ke arahnya. 

 

"Ada apa ini, Wati?"

 

"Rendra mukulin Wati, Bang."

 

"Sekarang mana Rendranya?" Bang Rahman geram. 

 

"Sudah pergi Bang."

 

"Kenapa dia memperlakukan Kamu seperti ini?" 

 

"Nanti Wati cerita Bang. Bantu Wati berdiri Bang!" Wati perlahan berdiri mengarahkan bang Rahman supaya membawanya ke kamar. "Bantu Wati kemasin baju Wati dan Adit ya Bang." Bang Rahman langsung mengerjakannya. 

 

Wati meninggalkan rumah yang sudah lima tahun di huninya bersama Rendra. Wati menatap rumah itu. Dia tidak bisa pungkiri banyak kenangan di rumah ini. Air matanya mengalir. 

 

*****

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua   Part 50 (End)

    Tiga bulan berlalu setelah kepergian Rendra. Wati sekarang sudah resmi menjadi istri Jaka secara hukum negara. Jaka sudah mendaftarkan pernikahannya melalui sidang isbat nikah di pengadilan agama. Jaka memutuskan untuk berhenti bekerja di Berau dan fokus kembali ke usaha toko phone cellnya bersama ibunya. Di samping itu Jaka juga membuka jasa service electronic , dia mempekerjakan dua karyawan. Sementara Wati, memulai kembali usaha cateringnya. Jaka mengajak Wati dan anak-anak tinggal di rumah yang pernah didiami Jaka bersama Lintang. Lintang bekerja di sebuah cafe di mall sebagai waitress. Humaira dititip dengan bu Gita yang membuka kios kecil-kecilan di depan kontrakannya. Beliau mendapat modal usaha dari Wati. Wati ingin Humaira tumbuh seperti anak-anaknya yang lain. "Bunda..." Teriak Humaira berlari ke arah Wati yang sore ini datang bersama Habibi dan Ad

  • Istri Kedua   Part 49

    Lintang datang ke rumah bu Lastri untuk menjemput Humaira. "Lintang, Aku harap Kamu bisa jaga baik-baik perasaan Humaira! Dia masih terlalu kecil untuk mengetahui permasalahan orang tuanya." Pinta Wati. "Iya. Apa mas Jaka sudah kembali ke Berau?" "Dia masih di sini, di rumah ibunya. Dia masih larut dalam emosi. Dia masih belum bisa terima kenyataan." Jawab Wati sedih. "Tolong sampaikan ma'afku pada mas Jaka." "Tentu, nanti akan Aku sampaikan." "Aku juga minta ma'af Wati, karena sudah menyakitimu." Ucap Lintang sambil menunduk. Wati mendekati Lintang. Kemudian memeluknya. "Lintang, Aku sudah lama mema'afkanmu. Sedikit pun Aku tidak membencimu. Sekarang, mulai lah hidupmu dengan baik! Hargai dirimu baik-baik! Jaga Humaira baik-baik! Sebenarnya Aku sangat ingin dia bersamaku. Dia pelengkap di keluarga kecil kami." Ucap Wati sambil tersenyum.

  • Istri Kedua   Part 48

    Seorang laki-laki terkulai lemas di atas tempat tidur pasien Rumah Sakit. Keadaan tubuhnya hanya tulang yang berbalut kulit putih pucat. Bu Lastri masuk ke dalam ruangan tersebut. Seketika mata beliau basah melihat keadaan laki-laki di hadapan beliau. Laki-laki yang beliau kenal dengan sosok tampan berbadan tinggi dan tegap. Bu Lastri hampir tidak mengenali mantan suami dari anaknya. Beliau tak bisa berkata-kata, hanya diam di hadapan Rendra. "Wati dan Aditya mana Bu?" Tanya Rendra dengan suara yang parau. "Aditya ada di luar. Wati... " Bu Lastri menghentikan ucapannya. Air mata beliau menetes. "Ma'af, Wati tidak bisa datang Rendra." "Rendra mengerti Bu kalau Wati tidak bisa mema'afkan Rendra." Ucap Rendra kecewa. "Bukan Rendra. Wati sudah mema'afkanmu. Wati bahkan sangat ingin membesukmu. Tapi... " Bu Lastri menghela nafas. "Suaminya tidak mengizinkan." "Apa Wati hi

  • Istri Kedua   Part 47

    Wati datang ke rumah bu Ratna. Bu Ratna bilang suaminya tidak mau makan dan hanya mengurung diri di kamar. Wati masuk ke dalam kamar tanpa mengetok terlebih dahulu. Dilihatnya suaminya sedang melamun menatap ke luar jendela. "Assalamu'alaikum." Ucap Wati. Jaka hanya diam. Dia sedang asyik dengan lamunannya.Wati mendekat. "Assalamu'alaikum." Ucap Wati lagi, sambil meraih tangan suaminya kemudian menciumnya. "Wa'alaikumsalam." Jaka langsung memeluk Wati. "Kenapa Abang harus mengalami ini Wati?" "Bang, berhentilah larut dalam kesedihan! Berhenti dikuasai oleh amarah! Anak-anak perlu Abang." "Abang belum siap bertemu anak-anak dalam keadaan begini Wati. Abang tidak mau mereka melihat Abang sedang rapuh." "Sampai kapan Abang mau seperti ini? Sebentar lagi cuti Abang habis." "Sakit sekali rasanya. Memang Abang tidak punya perasaan cinta terhadap Lintang, tapi sejak d

  • Istri Kedua   Part 46

    Lintang dan bu Gita selesai mengemasi barangnya. Lintang mendekati Jaka untuk meminta ma'af dan berpamitan. "Jangan mendekat Lintang!!! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!" Bentak Jaka yang masih berada dalam dekapan Wati. Wati memberi isyarat pada Lintang supaya menuruti kata-kata Jaka. Bu Gita mengurungkan niatnya ingin berpamitan dengan Jaka. Bu Gita dan Lintang mendekati bu Ratna. Mereka bersimpuh di hadapan bu Ratna sambil menangis. "Ma'af kan kami Bu." Ucap Lintang sambil menangis. "Berdirilah!!!" Ibu menyuruh mereka bangkit. "Saya sudah mema'afkan kalian." "Terima kasih atas segala kebaikan Bu Ratna." Ucap bu Gita. Bu Ratna memeluk bu Gita. "Sekarang Ibu mau tinggal di mana?" Tanya bu Ratna. "Sementara di tempat tantenya Lintang saja Bu. Adik Lintang kan Saya titip di sana." "Syukurlah kalau Ibu punya tujuan. Ma'afkan atas

  • Istri Kedua   Part 45

    Jaka mengantar Wati dan anak-anak ke rumah ibu Wati. Jaka juga menitip Humaira. Bu Lastri nampak bingung karena mereka tidak jadi berangkat. Jaka lagi-lagi tidak banyak bicara, membuat Wati cemas. "Ada apa Wati?" Tanya bu Lastri bingung. "Wati tidak tau Bu. Sepertinya tadi bang Jaka dapat pesan WA dari seseorang Bu. Tiba-tiba dia membatalkan penerbangan kami. Bahkan bang Jaka sampai membentak Wati." "Ibu jadi khawatir Wati." "Wati juga Bu." "Cepat kamu hubungi mertuamu! Kalau Jaka tidak kesana bisa dipastikan dia ketempat Lintang." "Apa mungkin Bu pesan itu dari orang yang sama yang mengirimi bu Ratna? Dari Dito. Wati jadi takut Bu." "Cepatlah!!! Biar bu Ratna bisa ambil tindakan." Wati menghubungi bu Ratna dan menceritakan semuanya. Bu Ratna sangat terkejut. Dia berusaha menutupi semuanya, tapi secepat ini akhirnya Jaka mengetahui semuanya. "Ibu akan minta temani Desi ke tempat Lintang. Sebaik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status