Beranda / Romansa / Istri Keempat / 07. Malam Terakhir Si Gadis

Share

07. Malam Terakhir Si Gadis

Penulis: Asia July
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-16 18:36:39

Airin benar-benar tidak setuju dengan gagasan bahwa dia akan pindah ke rumah calon suaminya lebih awal dari yang dia prediksikan. Airin memang sudah tahu bahwa pasti akan datang hari di mana dia harus meninggalkan rumah ini dan tinggal bersama seorang suami dan tiga istrinya yang tidak Airin kenal.

Bagaimana nasibku nanti? batin Airin. Bahkan hanya dengan memikirkannya saja sudah sudah membuat dia mumet.

"Ndak apa, Nak. Toh kita masih di satu desa. Nanti kalau ada apa-apa, kamu kan bisa pulang ke rumah ini," kata Yuniarti menenangkan sembari membantu Airin merapikan baju-baju yang kemudian dia masukkan ke dalam koper.

Tadi sore, Galih sudah menjelaskan pada keluarganya bahwa lusa adalah hari pernikahan Airin dengan Sakha. Namun, hari ini Airin diperintahkan untuk datang ke rumah suaminya sebab acara adat nanti akan diadakan di sana, pegelarannya akan dilaksanakan cukup besar karena itu sekaligus juga acara untuk menghargai para warga desa yang telah menerima Sakha di sini.

Airin memang tidak setuju, tapi juga tidak banyak protes karena dia rasa itu percuma saja. Begitupun juga dengan Yuniarti dan Jamal, yang bisa dibilang... tampak sangat senang mendengar berita itu.

Yang mana justru membuat Airin sedih. Jamal, bapaknya itu, pasti cukup khawatir karena usia Airin sudah 23 tahun, usia yang sudah cukup matang untuk menikah, tapi Airin bahkan tidak pernah dekat dengan lelaki manapun sebelumnya. Jamal dan Yuniarti tentu saja senang, karena putri angkat yang sangat mereka sayangi itu akan mendapatkan pesta pernikahan yang layak.

Tapi ada satu hal yang mungkin mereka lupakan, yaitu kehidupan setelah pesta mewah itu.

"Iya, Kak. Nanti Mawar sama Melati juga bakal sering-sering deh jenguk Kakak ke sana biar ndak kesepian," kata Mawar menyeletuk, yang juga tengah duduk bersimpuh di lantai sembari membantu Airin merapikan barang-barang yang hendak dibawanya.

"Jangan!" sanggah Airin cepat.

Yuniarti dan Mawar sontak mengangkat wajah mereka dan menatap Airin bingung.

"Lho, kenapa memangnya, Nak? Bagus 'kan kalo adek-adekmu datang berkunjung? Ibu juga setuju, mana tahu nanti kamu ndak betah di sana," sahut Yuniarti mengingatkan.

"Bukan begitu, Bu. Ririn—"

"Nggeh, Ibu ngerti. Hidup dengan madu itu memang ndak enak, Nak. Kamu harus kuat dan banyak-banyak sabar. Dalam kondisi seperti itu, dukungan keluarga sangat dibutuhkan." Yuniarti menasehatinya dengan lembut.

Airin menunduk. Memang benar apa yang ibunya itu bilang. Tapi, Airin sangat berharap bisa menghadapi masalah ini sendirian saja. Dia tidak ingin keluarganya ikut campur, karena Airin takut mereka akan kena imbasnya kalau nanti Airin melakukan kesalahan.

Melati masuk ke dalam kamar Airin membawa air empat gelas besar berisi es perasan jeruk. "Ini padahal malam, tapi udaranya panas sekali ya. Nih, Melati buatin es seger-seger!"

Airin menatap adiknya itu sembari tersenyum. Sikap ceria Melati membuat suasana di antara mereka mencair.

Malam itu, adalah malam terakhir Airin sebagai gadis yang dia lalui bersama keluarganya. Karena lusa, dia sudah akan berstatus sebagai istri dan tidak lagi menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya.

Airin merasa gamang. Merasa seolah pernikahan itu jauh, padahal sangat dekat. Itu karena semua ini terjadi begitu tiba-tiba dan tanpa perasaan apapun selain penolakan yang disertai kepasrahan. Dia bahkan belum pernah berbicara sekali pun dengan Tuan Sakha, calon suaminya.

***

Pagi-pagi sekali, Sakha sudah sampai di rumah singgahan di ladang. Pria itu tengah duduk di kursi di teras dengan sebuah laptop menyala di atas meja, disertai secangkir kopi di sampingnya.

"Bagaimana dengan acara besok, Galih?" tanya Sakha pada asistennya yang tengah mengepulkan asap dari batang rokok yang dihisapnya.

Galih berbalik dari duduknya di hadapan Sakha, menghadap tuannya itu. "Sudah beres semuanya, Tuan! Dari dua hari yang lalu juga persiapannya sudah dimulai. Besok tinggal akad nikah, lalu beberapa rangkaian acara adat, setelah itu selesai. Kecuali, kalau Tuan mau nambahin acara resepsi setelahnya," jawab Galih.

"Tidak perlu ada acara resepsi. Begini saja mereka sudah iri, saya tidak mau memperkeruh keadaan di antara istri keempat saya dengan ketiga istri saya yang lain," kata Sakha diikuti helaan napas pelan.

Galih mengangguk setuju. Mungkin karena ini akan menjadi pernikahan terakhir Sakha, jadi tuannya itu berniat mengadakan pesta yang cukup besar. Padahal sebelumnya, dengan ketiga istrinya di rumah, mengadakan acara resepsi saja tidak. Semua Sakha nikahi secara sederhana saja. Membuat Galih semakin yakin bahwa itu membuktikan Sakha tidak benar-benar memiliki perasaan pada ketiga istrinya.

Lalu, kenapa dengan yang satu ini berbeda? Itu karena Sakha menikahinya di desa ini. Di mana Sakha adalah seorang pendatang yang hendak meraup keuntungan yang ada dari tanah subur di sini. Untuk melakukan itu, Sakha membutuhkan dukungan dan pendekatan yang benar dengan warga desa.

Beliau ini... strateginya seperti seorang penjajah saja, batin Galih dengan geli. Tapi bukan itulah tujuan Sakha, Sakha hanya ingin usahanya di sini berjalan mulus, itu saja.

Namun, bagi Galih, tanpa perlu menikahi orang di desa ini atau merayakan pesta besar saja Sakha sudah menuai respon positif. Itu karena kebaikannya dan manfaat-manfaat yang telah di berikan kepada Desa Telaga Waru in.

"Sebaiknya kau menjemput perempuan itu sekarang, tidak ada gunanya juga menunda," kata Sakha, memerintah Galih untuk menjemput calon istri keempatnya.

"Baik, Tuan!" sahut Galih sembari mematikan putung rokoknya. Namun sesaat sebelum melangkah pergi, dia berbalik lagi.

"Ng... Nanti... bagaimana kalau Nyonya-Nyonya di rumah datang, Tuan?" tanya Galih dengan hati-hati.

"Mereka sedang pergi berbelanja ke kota. Butuh waktu lama untuk mereka balik lagi ke rumah. Antarkan saja langsung perempuan itu ke kamarnya yang sudah aku siapkan," jawab Sakha dengan tenang, selagi mengerjakan sesuatu di laptopnya.

"Apa Tuan bakal nemuin dia malam ini?" tanya Galih tanpa pikir panjang.

Sakha langsung mendelik padanya. "Saya bukan pria seperti itu!" sahutnya tegas.

Galih pun langsung menciut dan meminta maaf.

"Saya akan temui dia besok di depan penghulu. Pokoknya kamu urus saja lah!" Sakha mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh Galih pergi.

Dengan patuh, Galih pun undur diri untuk menjemput anak Pak RT tukang hutang yang besok akan resmi menjadi Nyonya-nya. Hal itu mau tidak mau mengingatkan Galih akan paras anggun perempuan itu.

Apa Tuan Sakha yakin tidak mau bertemu dengan calon istrinya terlebih dahulu malam ini? pikir Galih.

Anehnya memang Sakha tampak sangat tidak peduli dengan pernikahan ini, tapi di waktu yang sama juga dia menganggap pernikahan ini penting. Galih menjadi bingung sendiri.

Tapi satu hal yang pasti, dia kasihan pada Ririn.

Perempuan itu akan menjadi istri Sakha yang termuda. Mentalnya mungkin sudah matang untuk sebuah pernikahan, tapi tidak dengan pernikahan seperti ini, di mana dia akan menjadi istri keempat dan harus tinggal dengan ketiga istri yang lain.

Galih bertanya-tanya, harus kah dia berbicara dulu dengan Ririn mengenai hal ini? Agar wanita itu siap pada apa yang akan dia hadapi di depan nanti.

*to be continued*

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ervina Nurmar
sebenarnya usia Ririn 21 or 23 tahun, mohon pencerahannya author 🙏
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Keempat   EXTRA PART 15 - Keluarga

    Beberapa bulan kemudian.Satu per satu impian Airin selama ini akhirnya tercapai. Tidak lama setelah dia lulus dari kuliah, dia berhasil membuka sebuah brand dan toko parfum hasil buatan dan racikannya sendiri, yang selama ini selalu dia idam-idamkan untuk lakukan. Bisnisnya masih bertaraf bisnis kecil, tapi dia melakukan semuanya dengan sukacita.“Semua adalah hasil jerih payah kamu,” kata Sakha ketika di hari pembukaan toko Airin yang ramai dikunjungi oleh orang-orang, berkat promosi dan iklan yang dia lakukan di mana-mana.“Tuan juga sudah membantu banyak,” sahut Airin, menggoda suaminya itu.Airin tidak ingin bersikap naif dengan melupakan bahwa tanpa Sakha dia tidak mungkin sampai di titik ini. Tapi Sakha bersikukuh bahwa dia tidak melakukan apa pun selain menginvestasikan uangnya ke bisnis Airin. Pria itu ingin sang istri bangga sepenuhnya kepada dirinya sendiri, yang mana sudah cukup Airin lakukan.“Aku benar-benar bangga padamu,” bisik Sakha di telinga Airin saat orang-orang t

  • Istri Keempat   EXTRA PART 03 - Henia Maulida

    EXTRA PART 03 – Henia MaulidaSuara pintu berderit terbuka terdengar menggema di rumah besar yang sepi itu. Henia melangkah masuk ke dalam, sepatunya dia lepas dan kakinya berjinjit di lantai. Sebisa mungkin dia tidak menimbulkan suara apa pun supaya tidak membangunkan orang rumah.Namun, saat langkah kakinya baru saja menginjak satu anak tangga terbawah, sebuah suara terdengar di atasnya.“Habis ke mana kamu jam segini baru pulang?”Itu suara ibunya. Henia menghela napas kasar lalu menapakkan kakinya lagi ke lantai. Lampu menyala dan raut muak di wajah Henia tampak semakin jelas.Dia melanjutkan lagi langkahnya menaiki tangga, memutuskan untuk tidak memedulikan ocehan ibunya.“Wanita tidak bersuami seperti kamu seharusnya nggak keluyuran malam-malam dan pulang pagi seperti ini.”Henia mengepalkan tangannya kuat dan menatap bayangan ibunya di atas tangga dengan tatapan tajam.“Aku bukan anak kecil lagi yang jam pulang aja harus diatur-atur,” balas Henia.“Henia! Kamu nggak dengar apa

  • Istri Keempat   EXTRA PART 02 - Amira Agistia

    “Bunda!”Tia mengangkat pandangannya dari majalah yang tengah ia baca, lalu menatap putranya yang berlari ke arahnya dengan seragam SMP berwarna putih dan biru tua. Senyum Tia mengembang, merentangkan tangan dan merangkul remaja itu dengan kasih sayang keibuan.“Bagaimana sekolah kamu?”Dean melepas ranselnya lalu mengambil sebuah kue dari atas meja. “Aku ada tugas kelompok. Rencananya, aku mau ngerjainnya di rumah temenku hari sabtu nanti,” jawabnya sembari mengunyah.Tia mengangguk. “Kamu boleh pergi.”Pandangan Dean langsung tertuju ke arah ibunya itu. “Benar?” tanyanya hati-hati.“Ya. Memang kenapa? Selama ini Bunda nggak pernah ngelarang, kan?”Kedua bahu Dean lantas tampak lesu. “Apa akhir pekan nanti Bunda bakal ada di sini sama aku?”Pertanyaan itu menyentil Tia dan membuatnya merasa sedih. “Dean, mulai sekarang Bunda bakal selalu ada sama kamu.”Dean menatap ibunya itu dan terdiam. Dia mencari kejujuran di kedua mata sang bunda, namun masih juga belum yakin atas ucapannya. Ap

  • Istri Keempat   EXTRA PART 01 - Fitria Ferdinan Putri

    Setelah bercerai dengan mantan suaminya, Ria memutuskan untuk pindah tempat tinggal ke negara tetangga, di mana di sana dia memulai kehidupan baru dengan seorang pria yang mencintainya. Ria teringat ucapan Sakha di malam saat pria itu menceraikannya, bahwa hati Ria tidak pernah berlabuh sepenuhnya kepada pria itu. Ria tidak pernah bisa mencintai Sakha. Mungkin memiliki sedikit perasaan padanya memang benar, tapi tidak pernah sampai tahap dia mencintai pria itu. Namun, ada satu pria, yang tidak pernah bisa Ria lupakan dan hilangkan dari hatinya semenjak remaja. Gani Akbar Hartono. Ria tidak pernah bilang bahwa dia mencintai Gani, tapi cinta yang diberikan Gani padanya terpampang dengan begitu jelas sehingga Ria luluh tanpa dia sadari. Sakha terlalu dingin. Gani hangat seperti matahari. Bahkan sampai sekarang, Ria kesusahan untuk berhenti membeda-bedakan dua orang itu. Dia telah hidup bahagia dengan Gani, pria yang kini telah menjadi suaminya, tapi dalam beberapa waktu pikiran Ria a

  • Istri Keempat   DEAR PEMBACA

    Halo, teman-teman pembaca semua. Kenalkan, saya Asia July, penulis kisah si istri keempat. (Sebenarnya saya dan Sakha sudah menikah siri, saya jadi istri kelimanya. :) Kisah Istri Keempat saya akhiri di bab 95. Itu karena saya sebagai istri kelima sudah saatnya bereaksi di balik layar merebut Sakha dari Airin. Jangan marah yaaa ;) Tapi, tenang saja, semuanya belum benar-benar berakhir. Akan ada EXTRA PART yang lumayan banyak! >,< Menceritakan tentang kisah Airin dan Sakha selanjutnya. Ada 1 konflik yang saya lempar, semoga nanti pembaca suka. Juga di extra part nanti, akan ada kisahnya Ria, Tia, dan Nia. Dan diakhiri dengan kisah Airin dan Sakha menanti kehamilan anak kedua. Lalu, di HIDDEN PART akan ada kisah saya sebagai istri kelima. (Ck! Sudah dibilang jangan iri!-_-) *ini becanda, gak ada hidden part!* Ucapan terima kasih saya sampaikan dengan tulus kepada teman-teman pembaca semua yang sudah membaca karya saya yang sangat penuh kekurangan

  • Istri Keempat   95. Akhir Istri Keempat [TAMAT]

    “Sekarang?” Sakha menjauhkan tubuh mereka dan menatap istrinya itu tepat di mata. “Tentu saja semuanya sudah berubah. Kamu merubah banyak hal dalam diriku dan duniaku.”Airin menangis. Dan Sakha mengusap pelan air matanya yang mengalir di pipi.“Airin?”“Hm?”“Apa kamu … mencintaiku?”“ …!”“Karena aku sangat mencintaimu.”Sontak tangisan Airin langsung terhenti. Dia menatap mata yang berwarna karamel itu, yang memantulkan cahaya lembut dari lampu di atas mereka. Airin mencari-cari, tapi dia tidak menemukan kebohongan.“Tidak masalah lagi dengan anak. Aku tidak pernah marah padamu saat tahu bahwa kita kehilangan bayi kita, harapanku saat itu hanya satu; mengambil semua rasa sakit yang kamu rasakan dan melimpahkannya padaku.“Dan tidak, Airin. Kalau kamu berpikir bahwa aku akan berpaling, maka kamu salah. Satu-sat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status