“Selamat datang tuan… .” Sambut pelayan.
Dani membalas dengan anggukan kecil, lalu pelayan membantu membawakan tas, begitu tiba ia mencari sosok isterinya, berjalan menuju kamar dengan banyak pikiran mengenai Shanne. Knock knock knock Tidak ada jawaban, Dani kemudian memanggil pelayan di bawah menanyakan tentang Shanne. “Maaf tuan, sepertinya nona Shanne sedang tidur.” “Apa dia sudah makan?.” Tanya Dani, ia memandang pintu kamar yang terkunci. “Belum Tuan, nona hanya makan dua keping biskuit.” Mendengar penjelasan pelayan, Dani berinisiatif membawakan makanan, dia secara khusus pulang lebih cepat hari ini untuk memastikan keadaan Shanne di rumah. Para pelayan juga merasa heran, majikannya tidak pernah melakukan hal ini bahkan pada mantan istrinya dahulu. Dani orang sibuk yang menghabiskan banyak waktunya untuk mengurus perusahaan. Sedangkan di dalam kamar, Shanne sedang bersiap untuk melarikan diri, dengan menggenggam benda tumpul di tangannya ia berniat akan memukul Dani memberi pelajaran agar Dani melepaskan dirinya. “Setelah aku bebas, aku akan membawa Domenic Si Algojo untuk pria brengsek itu.” Gumam Shanne, setengah tersenyum. Dani menerobos masuk dengan kunci cadangan, Shanne langsung pura pura tidur di ranjangnya, tubuhnya sengaja terbalut rapat selimut, begitu tangan Om Duda mencoba menyentuh tubuhnya pukulan kuat dari benda tumpul yang ia sembunyikan melayang. “Arrrgh… sakit! .” Kata Dani meringis kesakitan, pukulan itu mengenai kepalanya. Belum sempat menghindar Dani sudah mendapatkan pukulan untuk kedua kalinya, membuat pelayan berlari menenangkan Shanne. “Nona tolong hentikan, benda itu sangat berbahaya!” Pelayan coba melerai. “Cih!,Kenapa kamu memihak majikan tidak waras seperti dia?!” Pelayan hanya bisa diam dan mundur beberapa langkah ke belakang, ketika Shanne mengeluarkan pisau buah yang dia ambil diam diam di dapur. Dani terduduk kesakitan diabaikan oleh Shanne, dia menganggap bahwa Dani pria lemah dan membelakangi dirinya untuk memberi pelajaran juga pada para pelayan, mengancam untuk membuatnya mematuhi perintah Shanne. Tidak disangka Dani sudah memeluk Shanne dari belakang, mendekapnya sambil mencubit hidung Shanne dengan kuat. Shanne salah besar, Dani yang dipukul keras olehnya kini tertawa menghadapi ancaman Shanne. “Gadis nakal, menggemaskan sekali memukuli orang.” *** Sedangkan di kediaman keluarga Shanne, ibu sambungnya, Dewie kegirangan menghitung tumpukan uang di meja. "Ini bahkan cukup untuk membeli rumah, mobil, perhiasan baru tiga kali lipat lebih besar, Pa!" Wanita dengan anting mutiara tersebut seperti orang kesetanan dengan tumpukan uang tersebut, namun pria didepan hanya fokus menghisap cerutu. "Pa, tidak di sangka Sun Shanne masih hidup,tapi bagaimana bisa?." Kata Dewie. Pria tersebut mendekat pada tumpukan uang di meja mengambil segenggam menghamburkannya pada wajah sang istri. "Siapa perduli" Sahutnya. "Benar juga, apa peduli kita gadis itu hanya sampah" Ucap Dewi, dia tersenyum puas. Mereka berdua juga bergairah di sana, menghabiskan waktu panas tanpa memikirkan nasib Shanne, gadis cantik yang terjebak pernikahan yang tidak dia inginkan. Pada awalnya mereka berdua terkejut ketika didatangi pria misterius yang memberikan foto seorang gadis, mereka sama sekali tidak mengenali wajah Shane yang kini sudah tumbuh menjadi wanita 20 tahun. Bomo sang ayah bahkan hendak mengusir pria misterius tersebut, tapi ketika menyebutkan sebuah nama perusahaan yang familiar di telinganya Bomo laki laki 50 tahun langsung berubah, ia mempersilahkan orang kepercayaan Dani untuk masuk dan berbincang, yaitu Detektif Louis. *** Kembali pada Shanne kini ia di ikat di atas ranjang, rencana kaburnya kali ini juga tidak berhasil. "Kalian keluar... ." Perintah Dani pada para pelayan. Kini Shanne berhadapan dengan Dani di dalam kamar, setelah pelayan keluar mereka hanya berdua membuat Shanne ketakutan akan dilecehkan oleh pria aneh di depannya. "Jangan mendekat aku mohon... aku mohon... " Pinta Shanne sambil meronta, "aku akan membayar mu tapi tolong jangan sakiti aku." Dani sengaja berakting dia seolah akan menjarah tubuh Shanne, dia sengaja membuka satu kancing baju Shanne membuatnya berteriak memohon ampun. Gadis itu ketakutan meski ia terbiasa melihat aktivitas seksual di lingkungan tempat ia tumbuh. "TIDAK!" "Kemarilah gadis nakal, aku akan memperlakukannya dengan lembut!" goda Dani. Wajah Dani mendekat ia hendak mencium bibir merah Cherry Shanne. ia menggelengkan kepala sambil memejamkan mata agar Dani tidak bisa meraihnya. Tapi bukan bibir Dani yang mendarat melainkan lagi lagi cubitan di hidung. "Pikiranmu jorok juga," ucapnya. "Apa maksudmu, aku tidak sedang memikirkan adegan seks!" balas Shanne, wajahnya memerah. "Kenapa kamu memejamkan mata?, sungguh menunggu aku melumat bibirmu kan?." Shanne terdiam, memang itu yang dipikirkan dirinya. Dia sering menyaksikan pasangan sejoli yang bercumbu, wanita kebanyakan akan memejamkan matanya, seolah menikmati. "Kamu harus makan atau aku benar benar akan melakukan "hal" itu." Tunjuk Dani ke arah bibir Shanne. Terdesak akhirnya ia menurut, Dani telaten menyuapinya sampai selesai. Dani juga mengatakan bahwa nanti malam akan mengajak Shanne menikmati hidangan restoran bintang lima yang ia sewa khusus untuk mereka. "Aku menolak!" Cletuk Shanne. "Tapi aku memaksa..." ucap Dani wajahnya kembali mendekat pada wajah Shanne. "Aaa.. b.baiklah, aku menurut, tolong jauhkan wajahmu tuan aneh..." "Baiklah.." Dani dengan wajah senang kemudian berdiri, ia melepas ikatan Shanne tapi juga mengecup bibirnya. Shanne mematung, tidak ada yang pernah menciumnya selama ini, tapi Dani dengan santai merebut ciuman pertama darinya. "Istirahatlah, satu jam lagi aku akan menemui mu." Ucap Dani, melangkah pergi. Benar benar pria aneh yang menjebak pikiran Shanne kemana mana. Setelah Dani pergi Shanne menghabiskan waktunya di balkon, ia menikmati angin sepoi sepoi di sana sambil terus memikirkan cara untuk kabur. Dia berdoa agar sahabatnya datang membantunya, sampai tidak terasa ia mulai mengantuk dan tertidur. Beberapa saat kemudian... "Nona Shanne, bangun, penata rias sudah datang," kata dua pelayan. Shanne yang masih setengah tersadar belum mencerna apa yang di maksud oleh para pelayan. Ia hanya menyadari langit sudah memasuki waktu sore. "Whoamm..." Shanne menguap. "Nona, ayo, semua sudah menunggu." Kata pelayan kembali. "Menunggu?, maksudnya?," Shanne kebingungan. Masih dalam bingung tubuhnya di pandu ke sebuah ruangan, di sana terdapat prempuan yang begitu modis, menyambut dengan senyum. "Dia adalah penata rias, khusus untuk untuk acara dinner nanti malam dengan tuan." Jelas kepala pelayan. "Hah?, apa semua ini perlu!," Protes Shanne. Tapi kepala pelayan tidak ingin buang buang waktu dia ingin bekerja dengan baik, membantu penata rias melakukan mahakarya meski tubuh Shanne sulit dikendalikan. Dua jam kemudian... "Baiklah selesai!." Ucap penata rias, ia sampai mengelap keningnya yang penuh dengan keringat. Di tangan penata rias tersebut, Shanne di sulap begitu cantik, meski ia tidak terlalu nyaman dengan semua ini, tapi dalam hati ia memuji keterampilan penata rias tersebut.Matahari mulai menyingsing sinarnya, begitu hangat menyapa tubuh Sun Shane yang berdiri di taman belakang rumah, sesekali ia meregangkan otot tubuhnya sembari menghirup udara segar. Pagi ini ia merasa jauh lebih baik setelah terserang demam yang membuatnya tidak bisa melakukan aktivitas dengan bebas. Tidak lama kepala pelayan menghampirinya, diutus suaminya agar Sun Shanne menemui diruang kerja. Sebagai istri ia segera patuh bergegas pergi. Saat Shanne masuk, terdengar suaminya sedang membicarakan sesuatu dengan nada serius tapi segera berakhir setelah tubuh suaminya berbalik menyadari kehadirannya. Sambil menyimpan ponselnya di saku, pria gagah itu mendekat melingkarkan tangannya yang kekar dan mencium sebelum menanyakan kabar keadaan wanita yang malu malu dalam dekapannya. "Apa kamu sudah minum vitamin mu?." Tanya Dani, ia masih dalam posisi mesra memeluk istrinya. "Su.sudah." Balas Shanne. "Baiklah.. untuk berolahraga mari mulai berpetualang!" Balas Dani dengan ekspresi
Hari sudah gelap, bintang juga menaungi sepinya malam, Sun Shanne terbaring istirahat di sofa markas The Rude, kemudian seseorang muncul mengecup keningnya dengan lembut. Sontak dirinya terkejut dan menyadari bahwa itu suaminya."Kamu pasti marah?." Dani menebak, dia tidak menepati janjinya hari ini."Dasar pria bodoh.. lain kali jangan umbar janji, lihat istrimu juga masih sakit masih kamu suruh menunggu dengan bosan." Sahut Renra, ia mendekat dan menyerahkan sup hangat pada tangan Dani, "suapi dia!"Shanne hanya menatap datar kedua orang didepannya, juga tidak tertarik dengan sup yang dimasak sahabatnya, "sudahlah.. lupakan.. aku tidak ingin memperpanjang masalah." Jawaban itu membuat Dani merasa bersalah, ia benar-benar mengabaikan istrinya sendiri, dia mendekat menatap dengan lembut wajah istrinya yang tentu saja tanpa bicara sudah jelas dia merasa kesal dan marah dari mimik wajahnya."Aku minta maaf..." Ucap Dani."Aku sudah bilang... tidak masalah!" Balas Shanne lugas.Sejurus
Shanne tersenyum menatap layar ponsel dengan kata-kata romantis yang disampaikan oleh Dani, Suaminya. Dia belum sepenuhnya membaik setelah terserang demam, tapi ia telah berjanji akan pergi ke panti asuhan, kunjungan kali ini Dani bersedia mengantar, suaminya mengatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan pulang.Sambil menunggu ia mengisi perut dan memakan vitaminnya lebih dulu kemudian menunggu dengan tenang di paviliun. 1 jam berlalu, Shanne meraih ponselnya mulai menanyakan pria yang sedang membuatnya jatuh cinta belum kunjung pulang tapi tidak mendapatkan jawaban apa-apa. "Huftt.. kemana dia, seharusnya 1 jam cukup untuk menempuh perjalanan." Gumam Shanne. Pelayan datang menawari sesuatu yang ingin dimakan sang Nona di sampingnya. "Bawakan aku secangkir minuman hangat, aku mulai agak pusing duduk terlalu lama." Pinta Shanne, yang dengan senang hati dibalas pelayan. Gadis The Rude itu kini mulai mencuri hati para pelayan dirumah sedikit demi sedikit, mereka sudah tidak memperma
Dani menggandeng tangan istrinya dengan erat sambil menikmati senja di bibir pantai. Ombak dibuat lebih ribut dengan riuh dari gejolak sepasang kekasih yang mabuk asmara. Setelah puas mereka memutuskan kembali ke Villa dimana Dani sudah mengatur dekor kamar mandi yang dihias harumnya mawar dan lilin aromaterapi yang semerbak. Shanne tentu saja ia malu, dia bukan gadis yang sering memanjakan dirinya seperti gadis lain. "Nikmati waktu mandi mu, setelah ini mari makan hidangan laut yang lezat." Kata Dani. Pikiran Shane sudah melayang dia pikir mereka akan mandi bersama seperti dalam film namun hanya mengangguk setuju ketika Dani berbalik. Baru beberapa langkah sebelum meraih pintu keluar tidak di sangka Dani berubah pikiran ia langsung mengunci menutup kamar mandi untuk membuatnya nyaman berdua bersama sang istri, meski ia tak perlu khawatir tidak akan ada yang mengusik mereka. Terlihat Shanne begitu canggung, dengan tindakan Dani setelahnya. Tapi Dani lebih berpengalaman denga
Sun Shanne terbang dari tidurnya, ia mendapati Dani sudah lebih dulu bangun ketimbang dirinya. Ia pelan mengatur posisi agar duduk sebelum ia berniat pergi ke kamar mandi. Wajahnya tersipu menyadari bahwa cincin berlian tersebut melingkar di jari manisnya, ia menyadari bahwa cinta mungkin telah merebut logikanya, dimana ia telah menikah dengan pria asing yang mengaku duda, menjalani kehidupan yang awalnya penuh kebencian berangsur-angsur menjadi kehangatan yang tidak ia sadari sebelumnya, angannya tentang asmara semakin membuatnya tersipu. Dengan wajah gembira yang tidak bisa ia sembunyikan, dirinya melangkah pergi ke kamar mandi, sambil membayangkan sentuhan Dani ia tidak bisa lepas dari panah asmara, ia kagum, jatuh cinta dan bergairah secara bersamaan. Setelah menyelesaikan mandinya ia sengaja melihat beberapa deret baju yang ia miliki di lemari, sedikit memilih warna cerah tidak seperti biasanya. Selanjutnya berakhir di meja rias dengan polesan lipstik menambah kesan bibirnya b
Shanne duduk kembali di kursinya, dan Nyonya Stevia mengangkat gelasnya meminta semuanya bersulang. Tapi Shanne dan Renra mereka canggung satu sama lain meski suasana begitu hangat. "Bagaimana Suamiku bisa mengundang kalian?." Tanya Nyonya Stevia. "Dia mengatakan lewat Detektif Louis." Sahut Ganu. "Semakin kenal semakin dingin dan tidak bisa di tebak." Imbuh Nyonya Stevia. Dani dan Dimenic saling menatap, dua gadis belum juga berbaikan satu sama lain, mereka sibuk makan dan tidak menyahut obrolan seperti biasanya. Setelah lebih dari dua jam menghabiskan makan malam bersama Nyonya Stevia lebih dulu izin untuk pamit, kepalanya mulai terasa berat. "Anda benar-benar orang yang menyenangkan.." Domenic berdiri menyerahkan tangannya, berniat mengantar sampai pintu. "Atur waktu untuk kita berdua.." Kata Nyonya Stevia. "Tidak terlalu buruk." Ujar Domenic. Di meja makan hanya tersisa mereka yang kemudian mulai menggoda dua gadis agar berbaikan, tapi Renra langsung melemparkan