Dengan tidak percaya diri Shanne berjalan sendiri setelah kepala pelayan memapah langkahnya separuh jalan. Pakaian merah maroon yang ia kenakan sedikit memiliki ekor, serta sepatu hak tinggi yang ikut melengkapi menambah kesan anggun padanya.
Dia mendadak terdiam, melihat area kebun disulap menjadi tempat dinner luar biasa, meja putih dengan hiasan mawar di atasnya menambah rona romansa. Latar tempat juga dihias dengan banyak bunga dan lampu kecil. Dani sengaja mempersiapkan ini atas saran dari orang kepercayaannya, agar bisa merebut hati Shanne. Masih perlu sepuluh langkah lagi untuk membuatnya benar benar hadir dinner malam itu. Tapi Shanne juga mencari celah, bagaimana ia akan kabur malam ini. Melihat Shanne yang terdiam mematung, Dani segera menghampiri menyerahkan tangannya untuk meraih tangan lembut Shanne. "Kamu sangat cantik malam ini,” puji Dani, ia melempar senyum bahagia. Shanne tidak terlalu memperhatikan apa yang diucapkan Dani, dalam otaknya berisi kata lari. "Sun Shanne?, apa kamu baik baik saja?,” Tanya Dani, ia menyentuh dagu Shanne. PLAK Shanne menepis tangan Dani, ia dengan tegas mengatakan bahwa ia tidak sudi makan malam dengan laki laki brengsek, tapi belum selesai bicara pramusaji menghidangkan wine terbaik membuat Shanne yang kecanduan alkohol mendadak haus. Dani memahami Shanne terus melirik minuman memabukan tersebut, membuat Dani tidak sungkan menarik pelan Shanne untuk segera duduk menikmati makan malam dan beberapa botol wine terbaik. "Cih, aku tidak tertarik dengan ajakan makan malam tuan penguntit!” "Jangan sungkan, wine di meja sudah mencuri perhatianmu sejak tadi bukan?.” Shanne menepis tuduhan Dani meski benar, ia mengganti topik dengan mengatakan bahwa Dani adalah pria paling aneh yang pernah ditemuinya. "Terserah kamu saja, mm.. apa makanan favoritmu?," tanya Dani. Shanne tidak menjawab apapun ketika Dani menanyakan makanan favorit Shanne, ia tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut karena selama ini dia makan apapun yang ada, tidak pernah punya pilihan untuk memiliki makanan favorit. Dani kemudian memeluk Shanne begitu erat, ia juga tahu Shanne tidak memiliki jawaban, orang kepercayaan Dani mengatakan bahwa Shanne tidak hidup bersama kedua orang tuanya selama ini, Dani mengetahui fakta bahwa Shanne telah hidup dijalanan bertahun tahun. "Aku tahu, kamu tidak perlu menjawab," kata Dani. "Jika kamu tau aku tidak punya jawaban kenapa menanyakan?, aku telah hidup di jalanan dengan bahagia dan damai, tanpa makanan favorit dan gaun indah." "Aku juga pernah berpikir seperti itu, tapi aku tidak seberani kamu," ucapnya menatap Shanne. Dani menceritakan bahwa dia pernah merasa jenuh dengan keluarga dan rutinitas yang sama setiap hari, Dani tidak punya banyak waktu untuk bermain seperti anak anak lain, orang tuanya selalu mendidik dirinya dengan keras. Suatu ketika dalam perjalanan pulang ia melihat lima orang anak jalanan, mereka begitu bahagia menikmati sepotong roti sambil bercanda ria. Dani merasa mereka lebih beruntung darinya. "Tawa yang aku lihat benar benar polos dan bahagia, mereka beruntung, tapi aku tidak berani lari waktu itu" "Jangan bodoh, keluargamu hanya mendidikmu tidak menyiksamu, kamu tidak punya alasan untuk kabur kemanapun." Jelas Shanne. Ucapan Shanne menjelaskan bagaimana perlakuan keluarganya dahulu, Dani merasa iba, yang dikatakan orang kepercayaan benar adanya meski Shanne tidak terus terang menceritakan. "Tuan aneh!, kenapa memesan makan yang semuanya sudah tersedia di rumah." Ucap Shanne. "Aku melakukan ini untuk mengajak istri mencicipi beberapa hidangan unik," jawabnya, "sekaligus sebagai kencan pertama kita," Imbuh Dani dengan mata berbinar. Shanne yang mendengar hanya mengeryitkan dahi, malas mengomentari. Beberapa saat kemudian hidangan mulai disajikan, pramusaji juga mulai menuang minuman "Cobalah...." Pinta Dani, ia mengulurkan tangannya menyuapi Shanne. PLAK Shanne menepis niat Dani menyuapinya, dia ingin melakukannya sendiri, dengan sedikit melotot dia memberi perintah untuk Dani diam. "Aku suamimu, kenapa menyuapi saja tidak boleh," protes Dani. "Makanan akan jadi hambar jika tersentuh pria aneh sepertimu." Sahut Shanne, dia mulai suapan pertama. Shanne merasa makanan ini pernah ia makan sebelumnya bersama sahabatnya, rasanya begitu mirip. "Bagaimana, apa pendapatmu?," tanya Dani dengan penasaran, "kalau tidak menyukainya kamu bisa mencicipi yang lain." "Tidak buruk." Jawab Shanne. Makan malam kali ini tanpa disadari membuat Shanne dan Dani lebih banyak mengobrol, mereka melewati makan malam yang seru, sampai Shanne kehilangan kesadaran karena terlalu mabuk. Dani memanggil pelayan, dia tidak menduga Shane minum alkohol seperti minum air biasa,ia mabuk lebih cepat sebelum hidangan penutup. "Teman teman aku disini... do.. re.. mi... ." Shanne mulai bicara rancu. Pelayan membantu melepas sepatu hak tinggi yang Shanne kenakan, tanpa diduga Shanne ternyata berpura pura ia tidak mabuk lebih cepat seperti dugaan Dani dan para pelayan, ia sering minum sehingga satu botol tidak akan ada artinya. Shanne menghitung dalam batin, di hitungan ketiga ia berlari menuju gerbang. Membuat pelayan terkejut dan tanpa berpikir panjang ikut berlari ke arah Shanne. Dani menghela nafas panjang, dia tidak menduga Shanne masih bisa mengendalikan dirinya setelah satu botol wine. "Benar benar gadis yang tidak bisa ditebak, kamu harus dihukum setelah ini." Gumam Dani. *** "Nona jangan kabur!, berhenti!" Teriak para pelayan. Satu langkah lagi ia berhasil melewati gerbang yang tidak terkunci karena asisten koki hendak keluar. Asisten koki yang menyadari langsung spontan menghadang. BRUK Shanne dan asisten koki mereka terjatuh, membuat bersama, membuat pelayan dengan mudah menangkap Shanne. Dani yang berjalan santai memandangi tubuh Shanne yang terjatuh di tanah. "Sial, kenapa kamu menghalangi rencanaku!" Omel Shanne. "Ekm.. " Dani berdehem. Dengan wajah marah Dani membawa tubuh Shanne bersamanya menuju kamar miliknya. Shanne memukul dengan tangannya sebagai perlawanan. Di dalam kamar tubuh Shanne di hempas sedikit keras ke ranjang, kedua tangannya digenggam erat ke atas oleh Dani. "Kamu harus di hukum!" Dani langsung mencumbu Shanne, tubuh kekar yang dimilikinya dominan tidak berguna seberapa kuat Shanne ingin melepaskan diri. "Ugh!" Sensasi geli Shanne rasakan ketika Dani juga mencium lehernya, suara nafas yang melemahkan tenaganya untuk melawan. Matanya terpejam dia ketika Dani mulai memburu mencium dirinya. "Hen.ti.ka.n..." Shanne memohon, pikirannya mulai tidak karuan. Dani tidak menghiraukan permintaan Shanne, dia seenaknya memanjakan tubuh istrinya, sebagai pria dia mengagumi tubuh Shanne. Nafas Shanne juga memburu, dia merasakan Dani sedikit meraba bagian bawah gaunnya. "Ah, jang.ngan..." Sebelum Shanne berpikir bahwa keperawanannya akan direnggut oleh Dani, duda kaya tersebut langsung berhenti, dia menatap wajah Shanne yang memerah dengan sedikit berkeringat. "Ini adalah hukuman dariku, kamu menipu di acara makan malam." Kata Dani. Shanne dengan keadaan berantakan hanya diam, dia masih merasakan sisa lembut lidah yang menjelajahi lehernya. Pengalaman yang membuat otaknya lepas kendali. "Aku akan memberi hukuman untuk istri yang suka berbohong lebih dari ini jika kamu mengulanginya" Ucap Dani memperingatkan, kemudian ia pergi dari hadapan Shanne. *** Setelah Dani pergi ke kamarnya, dia tidak bisa membohongi dirinya, dia menginginkan lebih banyak dari tubuh Sun Shanne.Matahari mulai menyingsing sinarnya, begitu hangat menyapa tubuh Sun Shane yang berdiri di taman belakang rumah, sesekali ia meregangkan otot tubuhnya sembari menghirup udara segar. Pagi ini ia merasa jauh lebih baik setelah terserang demam yang membuatnya tidak bisa melakukan aktivitas dengan bebas. Tidak lama kepala pelayan menghampirinya, diutus suaminya agar Sun Shanne menemui diruang kerja. Sebagai istri ia segera patuh bergegas pergi. Saat Shanne masuk, terdengar suaminya sedang membicarakan sesuatu dengan nada serius tapi segera berakhir setelah tubuh suaminya berbalik menyadari kehadirannya. Sambil menyimpan ponselnya di saku, pria gagah itu mendekat melingkarkan tangannya yang kekar dan mencium sebelum menanyakan kabar keadaan wanita yang malu malu dalam dekapannya. "Apa kamu sudah minum vitamin mu?." Tanya Dani, ia masih dalam posisi mesra memeluk istrinya. "Su.sudah." Balas Shanne. "Baiklah.. untuk berolahraga mari mulai berpetualang!" Balas Dani dengan ekspresi
Hari sudah gelap, bintang juga menaungi sepinya malam, Sun Shanne terbaring istirahat di sofa markas The Rude, kemudian seseorang muncul mengecup keningnya dengan lembut. Sontak dirinya terkejut dan menyadari bahwa itu suaminya."Kamu pasti marah?." Dani menebak, dia tidak menepati janjinya hari ini."Dasar pria bodoh.. lain kali jangan umbar janji, lihat istrimu juga masih sakit masih kamu suruh menunggu dengan bosan." Sahut Renra, ia mendekat dan menyerahkan sup hangat pada tangan Dani, "suapi dia!"Shanne hanya menatap datar kedua orang didepannya, juga tidak tertarik dengan sup yang dimasak sahabatnya, "sudahlah.. lupakan.. aku tidak ingin memperpanjang masalah." Jawaban itu membuat Dani merasa bersalah, ia benar-benar mengabaikan istrinya sendiri, dia mendekat menatap dengan lembut wajah istrinya yang tentu saja tanpa bicara sudah jelas dia merasa kesal dan marah dari mimik wajahnya."Aku minta maaf..." Ucap Dani."Aku sudah bilang... tidak masalah!" Balas Shanne lugas.Sejurus
Shanne tersenyum menatap layar ponsel dengan kata-kata romantis yang disampaikan oleh Dani, Suaminya. Dia belum sepenuhnya membaik setelah terserang demam, tapi ia telah berjanji akan pergi ke panti asuhan, kunjungan kali ini Dani bersedia mengantar, suaminya mengatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan pulang.Sambil menunggu ia mengisi perut dan memakan vitaminnya lebih dulu kemudian menunggu dengan tenang di paviliun. 1 jam berlalu, Shanne meraih ponselnya mulai menanyakan pria yang sedang membuatnya jatuh cinta belum kunjung pulang tapi tidak mendapatkan jawaban apa-apa. "Huftt.. kemana dia, seharusnya 1 jam cukup untuk menempuh perjalanan." Gumam Shanne. Pelayan datang menawari sesuatu yang ingin dimakan sang Nona di sampingnya. "Bawakan aku secangkir minuman hangat, aku mulai agak pusing duduk terlalu lama." Pinta Shanne, yang dengan senang hati dibalas pelayan. Gadis The Rude itu kini mulai mencuri hati para pelayan dirumah sedikit demi sedikit, mereka sudah tidak memperma
Dani menggandeng tangan istrinya dengan erat sambil menikmati senja di bibir pantai. Ombak dibuat lebih ribut dengan riuh dari gejolak sepasang kekasih yang mabuk asmara. Setelah puas mereka memutuskan kembali ke Villa dimana Dani sudah mengatur dekor kamar mandi yang dihias harumnya mawar dan lilin aromaterapi yang semerbak. Shanne tentu saja ia malu, dia bukan gadis yang sering memanjakan dirinya seperti gadis lain. "Nikmati waktu mandi mu, setelah ini mari makan hidangan laut yang lezat." Kata Dani. Pikiran Shane sudah melayang dia pikir mereka akan mandi bersama seperti dalam film namun hanya mengangguk setuju ketika Dani berbalik. Baru beberapa langkah sebelum meraih pintu keluar tidak di sangka Dani berubah pikiran ia langsung mengunci menutup kamar mandi untuk membuatnya nyaman berdua bersama sang istri, meski ia tak perlu khawatir tidak akan ada yang mengusik mereka. Terlihat Shanne begitu canggung, dengan tindakan Dani setelahnya. Tapi Dani lebih berpengalaman denga
Sun Shanne terbang dari tidurnya, ia mendapati Dani sudah lebih dulu bangun ketimbang dirinya. Ia pelan mengatur posisi agar duduk sebelum ia berniat pergi ke kamar mandi. Wajahnya tersipu menyadari bahwa cincin berlian tersebut melingkar di jari manisnya, ia menyadari bahwa cinta mungkin telah merebut logikanya, dimana ia telah menikah dengan pria asing yang mengaku duda, menjalani kehidupan yang awalnya penuh kebencian berangsur-angsur menjadi kehangatan yang tidak ia sadari sebelumnya, angannya tentang asmara semakin membuatnya tersipu. Dengan wajah gembira yang tidak bisa ia sembunyikan, dirinya melangkah pergi ke kamar mandi, sambil membayangkan sentuhan Dani ia tidak bisa lepas dari panah asmara, ia kagum, jatuh cinta dan bergairah secara bersamaan. Setelah menyelesaikan mandinya ia sengaja melihat beberapa deret baju yang ia miliki di lemari, sedikit memilih warna cerah tidak seperti biasanya. Selanjutnya berakhir di meja rias dengan polesan lipstik menambah kesan bibirnya b
Shanne duduk kembali di kursinya, dan Nyonya Stevia mengangkat gelasnya meminta semuanya bersulang. Tapi Shanne dan Renra mereka canggung satu sama lain meski suasana begitu hangat. "Bagaimana Suamiku bisa mengundang kalian?." Tanya Nyonya Stevia. "Dia mengatakan lewat Detektif Louis." Sahut Ganu. "Semakin kenal semakin dingin dan tidak bisa di tebak." Imbuh Nyonya Stevia. Dani dan Dimenic saling menatap, dua gadis belum juga berbaikan satu sama lain, mereka sibuk makan dan tidak menyahut obrolan seperti biasanya. Setelah lebih dari dua jam menghabiskan makan malam bersama Nyonya Stevia lebih dulu izin untuk pamit, kepalanya mulai terasa berat. "Anda benar-benar orang yang menyenangkan.." Domenic berdiri menyerahkan tangannya, berniat mengantar sampai pintu. "Atur waktu untuk kita berdua.." Kata Nyonya Stevia. "Tidak terlalu buruk." Ujar Domenic. Di meja makan hanya tersisa mereka yang kemudian mulai menggoda dua gadis agar berbaikan, tapi Renra langsung melemparkan