Shanne tidak bisa tidur meski hari sudah larut, dia pergi ke lantai bawah untuk mengambil sesuatu untuk dimakan. Ini pertama kalinya Shanne mengendap endap pergi ke dapur di malam hari. Dia mengira semua orang sudah tidur, sehingga dia dengan bebas mengambil cemilan dan sebotol wine.
Saat kembali ke kamar, Shanne sepintas masih mendengar aktivitas di salah satu ruangan. Dia berpikir sejenak tapi tidak menemukan jawaban, dengan cuek dia pergi ke kamar tapi langkah ceroboh membuatnya tersungkur. Crang Gelas yang dibawa Shanne pecah, tapi sebotol wine yang ia bawa masih selamat. “Aw… sakit sekali.” Shanne meringis kesakitan. Dengan sedikit merangkak Shanne menepi, pantulan gelas jatuh sedikit mengenai lengannya. Lututnya juga terasa mati rasa menghantam lantai. Suara gaduh membuat Dani di ruang kerjanya langsung berlari memastikan apa yang terjadi, dia menyalakan lampu melihat Shanne terduduk kesakitan. "Shanne!?, apa yang terjadi?," tanya Dani. Dani dengan khawatir membopong tubuh hangat Shanne membuatnya duduk di kursi menjaga aman dari serpihan gelas yang berserakan. "Perlihatkan lenganmu!" Printah Dani. Shanne tidak mau, dia mengatakan bahwa dia baik baik saja hanya tidak sengaja menjatuhkan gelas saja. "Aku akan membersihkan kekacauan, maafkan aku," Shanne memohon. "Jangan pikirkan soal gelas, dia tidak merasakan sakit meskipun tubuhnya remuk." Kata Dani, dia menarik lembut memeriksa lengan Shanne. "Ada serpihan gelas, tunggu aku akan mengambil kotak obat." Kata Dani. Shanne yang mendengar hanya tertawa terbahak bahak, Dani terdengar berlebihan mengatakan kotak obat untuk luka yang tidak seberapa. "Hey, jangan membuatku tertawa tuan aneh!" ledek Shanne. Dani hanya menghela nafas, dia melepaskan kacamatanya tetap berjalan mengambil kotak obat, beberapa saat juga scurity datang dia melihat kondisi lampu rumah menyala ketika hari sudah sangat larut. "Nona, ada apa dengan lenganmu?." Tanya scurity penasaran. "Jangan pura pura khawatir, kamu pernah akan memukulku kenapa sekarang perhatian!?" protes Shanne. "Itu karena anda mencoba kabur, anda yang lebih dulu memukul saya." Balas scurity dengan nada membela. Pelayan yang seharusnya beristirahat menjadi terbangun, mereka membersihkan serpihan gelas serta cemilan kesukaan Shanne yang berhamburan. "Aww.. apa kamu mengoleskan garam pada luka gores ini, perih sekali!" omel Shanne, menarik lengannya. "Kamu bisa diam tidak, keras kepala sekali!" balas Dani, dia menarik kembali lengan Shanne. Setelah semua beres, para pelayan diminta istirahat kembali meski mereka enggan karena melihat nona Shanne terluka. "Apa anda akan baik baik saja tanpa kami?," tanya kepala pelayan. "Aku a-." Ucapan Shanne di sela. Dani sudah membopong tubuhnya dengan enteng ditangan Dani. "Kalian jangan khawatir aku akan menjaganya malam ini." Ucapan itu membuat pelayan dan scurity dibuat berbunga bunga melihat majikannya begitu perhatian dengan seorang wanita. *** Shanne cemberut dia tidak melawan ataupun meronta, karena lututnya menghantam begitu keras membuat dia mengakui sulit menaiki tangga. "Turunkan aku, kita sudah sampai!" kata Shanne. "Ah, kurasa aku lebih suka menggendong orang keras kepala daripada cinderella." Goda Dani, menolak menurunkan tubuh Shanne. "Dengar!, aku tidak bisa tidur, aku bosan tidak memiliki teman, aku menderita karena jauh dengan sahabatku, kamu brengsek Dani!" Kata Shanne, meluapkan isi hatinya. Dani terdiam dia tidak berekspresi apapun, menurunkan tubuh Shanne lalu menyelimuti dirinya. "Aku membencimu Dani!." Teriak Shanne. Dani melangkah keluar kamar tidak terpancing dengan kalimat yang diucapkan Shanne. *** Pagi harinya Dani tidak memeriksa kamar Shanne seperti biasa, dia langsung pergi bekerja. Para pelayan yang mengantarkan sarapan ke kamar Shanne begitu dibentak tidak berani lagi membujuk. Kebetulan Dani melakukan perjalanan bisnis ke luar kota, dia akan pulang setelah tiga hari. Dirumah ia hanya berpesan pada scurity untuk membiarkan Shanne jika dia memang berniat kabur. Dani ternyata sedikit kesal dengan Shanne semalam, ia tidak melihat kamarnya bukan Karena terburu buru melainkan sengaja. *** Didalam kamar Shanne merasa sakit kepala, tubuhnya begitu dingin meski AC sudah dimatikan, untuk bangkit ke kamar mandi saja sangat sulit baginya harus perlahan sambil berpegang pada dinding dan benda sekitar yang mampu menyangga. "Ada apa denganku, apa aku jatuh sakit," gumam Shanne. Selesai dari kamar mandi dia berusaha mengganti pakaian yang lebih tebal untuk menjaga tubuhnya tidak kedinginan. Dia kemudian berbaring kembali, mencoba istirahat. *** Tiga hari berlalu, Sun Shanne merasa tubuhnya memburuk, bergerak sedikit saja tubuhnya sangat sakit. Para pelayan mencoba menujuk Shanne untuk membuka pintu, mereka telah memasak banyak hidangan lezat untuk nona mereka namun hanya dibalas degan teriakan agar mereka diam dan pergi. Kepala pelayan pada akhirnya memberikan diri untuk menelfon tuan Dani, pria super sibuk itu hanya memberi perintah agar membiarkan Shanne tetap berada di kamarnya. *** Tapi Dani baru pulang dua hari kemudian dari perjalanan bisnis, wajah tampannya tergurat lelah heran hanya disambut satu pelayan yang membantu membawa barang miliknya. "Dimana kepala pelayan?", tanya Dani, dia duduk melepas kacamatanya. "Segera saya akan memanggil kepala pelayan Tuan." Melihat pelayan tersebut menaiki tangga Dani penasaran apa yang dilakukannya kepala pelayan di lantai atas. Ternyata kepala pelayan dan tiga pelayan lainnya sedang berdiskusi nona Shanne tidak menyahut apapun sejak kemarin malam. "Apa Nona baik baik saja?, Kepala pelayan bagaimana kalau kita buka paksa saja pintunya?." Kata salah satu pelayan. Tapi kepala pelayan mengatakan bahwa tuan Dani sudah memberi perintah untuk membiarkan Sun Shanne tetap berada di kamar, karena terakhir kali Shanne mengancam dengan benda untuk memukul. "Tapi dia tidak menyahut apapun, dia juga tidak makan masakan koki." Pelayan yang diperintahkan untuk memanggil Kepala Pelayan menyela, para pelayan akhirnya turun bersama meski perasaan mereka sedikit cemas meninggalkan Sun Shanne. Begitu menghadap tuan mereka, Dani menegur kepala pelayan yang tidak melakukan tugasnya dengan baik setibanya dia pulang dari perjalanan bisnis. "Apa yang kalian lakukan!?," tanya Dani. "Maaf tuan, kami semua mengkhawatirkan nona Shanne, setelah tuan berangkat perjalanan bisnis hingga sekarang nona Shanne tidak keluar kamar." Jelas kepala pelayan. "Bukankah aku sudah mengatakan kalian tidak perlu khawatir soal Shanne biar-," Ucapan Dani berhenti. Suara sesuatu jatuh menarik perhatian Dani dan para pelayan, raut cemas terlukis di wajah kepala pelayan. "Tuan, itu berasal dari kamar nona Shanne." Kata kepala pelayan. "Shanne." Gumam Dani. Dani kemudian bergegas bersama kepala pelayan menuju kamar Shanne, dengan izin Dani pintu kamar Shanne dibuka dengan kunci cadangan. Ceklek Kepala pelayan menyalakan lampu, terlihat dengan jelas Shanne sudah jatuh pingsan di lantai, suara sesuatu yang terjatuh ternyata berasal dari lampu tidur. "Nona!" Kepala pelayan langsung menghampiri, dia merapikan rambut Shanne yang menghalangi wajahnya. Dani mendekat dia melihat lutut Shanne membiru dan memar, sedangkan luka goresan dari gelas tiga hari lalu tampak masih sama.Matahari mulai menyingsing sinarnya, begitu hangat menyapa tubuh Sun Shane yang berdiri di taman belakang rumah, sesekali ia meregangkan otot tubuhnya sembari menghirup udara segar. Pagi ini ia merasa jauh lebih baik setelah terserang demam yang membuatnya tidak bisa melakukan aktivitas dengan bebas. Tidak lama kepala pelayan menghampirinya, diutus suaminya agar Sun Shanne menemui diruang kerja. Sebagai istri ia segera patuh bergegas pergi. Saat Shanne masuk, terdengar suaminya sedang membicarakan sesuatu dengan nada serius tapi segera berakhir setelah tubuh suaminya berbalik menyadari kehadirannya. Sambil menyimpan ponselnya di saku, pria gagah itu mendekat melingkarkan tangannya yang kekar dan mencium sebelum menanyakan kabar keadaan wanita yang malu malu dalam dekapannya. "Apa kamu sudah minum vitamin mu?." Tanya Dani, ia masih dalam posisi mesra memeluk istrinya. "Su.sudah." Balas Shanne. "Baiklah.. untuk berolahraga mari mulai berpetualang!" Balas Dani dengan ekspresi
Hari sudah gelap, bintang juga menaungi sepinya malam, Sun Shanne terbaring istirahat di sofa markas The Rude, kemudian seseorang muncul mengecup keningnya dengan lembut. Sontak dirinya terkejut dan menyadari bahwa itu suaminya."Kamu pasti marah?." Dani menebak, dia tidak menepati janjinya hari ini."Dasar pria bodoh.. lain kali jangan umbar janji, lihat istrimu juga masih sakit masih kamu suruh menunggu dengan bosan." Sahut Renra, ia mendekat dan menyerahkan sup hangat pada tangan Dani, "suapi dia!"Shanne hanya menatap datar kedua orang didepannya, juga tidak tertarik dengan sup yang dimasak sahabatnya, "sudahlah.. lupakan.. aku tidak ingin memperpanjang masalah." Jawaban itu membuat Dani merasa bersalah, ia benar-benar mengabaikan istrinya sendiri, dia mendekat menatap dengan lembut wajah istrinya yang tentu saja tanpa bicara sudah jelas dia merasa kesal dan marah dari mimik wajahnya."Aku minta maaf..." Ucap Dani."Aku sudah bilang... tidak masalah!" Balas Shanne lugas.Sejurus
Shanne tersenyum menatap layar ponsel dengan kata-kata romantis yang disampaikan oleh Dani, Suaminya. Dia belum sepenuhnya membaik setelah terserang demam, tapi ia telah berjanji akan pergi ke panti asuhan, kunjungan kali ini Dani bersedia mengantar, suaminya mengatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan pulang.Sambil menunggu ia mengisi perut dan memakan vitaminnya lebih dulu kemudian menunggu dengan tenang di paviliun. 1 jam berlalu, Shanne meraih ponselnya mulai menanyakan pria yang sedang membuatnya jatuh cinta belum kunjung pulang tapi tidak mendapatkan jawaban apa-apa. "Huftt.. kemana dia, seharusnya 1 jam cukup untuk menempuh perjalanan." Gumam Shanne. Pelayan datang menawari sesuatu yang ingin dimakan sang Nona di sampingnya. "Bawakan aku secangkir minuman hangat, aku mulai agak pusing duduk terlalu lama." Pinta Shanne, yang dengan senang hati dibalas pelayan. Gadis The Rude itu kini mulai mencuri hati para pelayan dirumah sedikit demi sedikit, mereka sudah tidak memperma
Dani menggandeng tangan istrinya dengan erat sambil menikmati senja di bibir pantai. Ombak dibuat lebih ribut dengan riuh dari gejolak sepasang kekasih yang mabuk asmara. Setelah puas mereka memutuskan kembali ke Villa dimana Dani sudah mengatur dekor kamar mandi yang dihias harumnya mawar dan lilin aromaterapi yang semerbak. Shanne tentu saja ia malu, dia bukan gadis yang sering memanjakan dirinya seperti gadis lain. "Nikmati waktu mandi mu, setelah ini mari makan hidangan laut yang lezat." Kata Dani. Pikiran Shane sudah melayang dia pikir mereka akan mandi bersama seperti dalam film namun hanya mengangguk setuju ketika Dani berbalik. Baru beberapa langkah sebelum meraih pintu keluar tidak di sangka Dani berubah pikiran ia langsung mengunci menutup kamar mandi untuk membuatnya nyaman berdua bersama sang istri, meski ia tak perlu khawatir tidak akan ada yang mengusik mereka. Terlihat Shanne begitu canggung, dengan tindakan Dani setelahnya. Tapi Dani lebih berpengalaman denga
Sun Shanne terbang dari tidurnya, ia mendapati Dani sudah lebih dulu bangun ketimbang dirinya. Ia pelan mengatur posisi agar duduk sebelum ia berniat pergi ke kamar mandi. Wajahnya tersipu menyadari bahwa cincin berlian tersebut melingkar di jari manisnya, ia menyadari bahwa cinta mungkin telah merebut logikanya, dimana ia telah menikah dengan pria asing yang mengaku duda, menjalani kehidupan yang awalnya penuh kebencian berangsur-angsur menjadi kehangatan yang tidak ia sadari sebelumnya, angannya tentang asmara semakin membuatnya tersipu. Dengan wajah gembira yang tidak bisa ia sembunyikan, dirinya melangkah pergi ke kamar mandi, sambil membayangkan sentuhan Dani ia tidak bisa lepas dari panah asmara, ia kagum, jatuh cinta dan bergairah secara bersamaan. Setelah menyelesaikan mandinya ia sengaja melihat beberapa deret baju yang ia miliki di lemari, sedikit memilih warna cerah tidak seperti biasanya. Selanjutnya berakhir di meja rias dengan polesan lipstik menambah kesan bibirnya b
Shanne duduk kembali di kursinya, dan Nyonya Stevia mengangkat gelasnya meminta semuanya bersulang. Tapi Shanne dan Renra mereka canggung satu sama lain meski suasana begitu hangat. "Bagaimana Suamiku bisa mengundang kalian?." Tanya Nyonya Stevia. "Dia mengatakan lewat Detektif Louis." Sahut Ganu. "Semakin kenal semakin dingin dan tidak bisa di tebak." Imbuh Nyonya Stevia. Dani dan Dimenic saling menatap, dua gadis belum juga berbaikan satu sama lain, mereka sibuk makan dan tidak menyahut obrolan seperti biasanya. Setelah lebih dari dua jam menghabiskan makan malam bersama Nyonya Stevia lebih dulu izin untuk pamit, kepalanya mulai terasa berat. "Anda benar-benar orang yang menyenangkan.." Domenic berdiri menyerahkan tangannya, berniat mengantar sampai pintu. "Atur waktu untuk kita berdua.." Kata Nyonya Stevia. "Tidak terlalu buruk." Ujar Domenic. Di meja makan hanya tersisa mereka yang kemudian mulai menggoda dua gadis agar berbaikan, tapi Renra langsung melemparkan