Share

4. Segalanya Untukmu

Author: ICARUS
last update Last Updated: 2025-12-13 23:43:26

“Apa yang sedang terjadi di sini?”

Suara tegas itu berasal dari seorang pria yang melangkah maju dari kerumunan. Posturnya tinggi dan tegap, berseragam hitam berlis perak dengan pedang di pinggang, dan lambang kekaisaran di dadanya.

Aura yang menguar dari pria itu membuat beberapa bangsawan refleks bergerak mundur.

Pria itu Sylar. Pengawal kekaisaran yang sempat menegurnya di pesta pertunangan kemarin malam. 

Tatapannya langsung jatuh pada Lucy yang berlutut, rambutnya yang berantakan masih dicengkeram, dan darah mulai mengalir di pelipisnya.

Ekspresi wajahnya seketika mengeras.

“Lepaskan,” katanya singkat.

Seraphine menoleh, napasnya tersengal oleh amarah. “Ini urusan pribadi keluarga Duke Vallarond.”

Sylar tidak mengubah ekspresi. “Tidak saat Anda menyeret seorang bangsawan perempuan di tempat umum.”

Ia melangkah lebih dekat. Tekanannya cukup untuk membuat Seraphine ragu. Beberapa detik kemudian, jari-jari itu akhirnya terlepas dari rambut Lucy.

Lucy hampir jatuh ke depan, tapi Sylar dengan sigap menahan lengannya.

“Lady Mortayne,” ucapnya pelan. “Anda terluka.”

Eldric berdiri kaku. “Lord Sylar, ini hanya salah paham—”

“Jika Yang Mulia Kaisar melihat ini sendiri,” potong Sylar datar. “Beliau pasti tidak akan menyukainya, terlebih keributan ini melibatkan nama-nama bangsawan besar.”

Mendengar kata “bangsawan besar” membuat Seraphine seketika memucat. 

Sylar menoleh ke Lucy. “Mari ikut saya, Lady.”

Lucy terlalu lelah untuk membantah. Ia hanya mengangguk kecil.

Tanpa menunggu izin siapa pun, Sylar menggiringnya keluar dari halaman aula teh. Bisik-bisik kembali muncul, tapi tak ada yang berani menghalangi langkah ksatria kekaisaran.

Sylar menuntun Lucy menuju kereta hitam dengan lambang kekaisaran. Ia berdiri tepat di samping pintu dan mengulurkan tangannya.

“Naiklah, Lady,” ucapnya singkat.

Lucy mengerutkan keningnya samar. Ia menatap sesaat kereta itu dengan raut bingung.

Kenapa ada kereta kekaisaran? Apakah Kaelith ada di sini?

Meski Lucy ragu sesaat, ia tetap menurut. Ia meraih tangan Sylar dan masuk ke dalam kereta. Begitu ia duduk, Sylar ikut naik dan memberi isyarat pada kusir untuk berangkat.

Beberapa detik berlalu dalam hening. Lucy hanya terdiam, dan entah kenapa ia mempercayakan segalanya pada Sylar, pria “suruhan” Kaelith yang ia yakini akan melindunginya.

Dan pada akhirnya, ia membuka suara. “Terima kasih,” ucapnya pelan. “Karena… sudah menghentikannya.”

Sylar melirik sekilas, lalu kembali menatap ke depan. “Itu sudah menjadi tugas saya.”

Lucy mengangguk kecil. Namun pikirannya terus bekerja. Pria ini berbeda dari kesan pertama yang ia tangkap di aula pertunangan. Saat itu, suara Sylar dingin dan keras, cukup untuk membuatnya gemetar. 

Sekarang, pria itu hanya terlihat tegas, bukan kejam.

Ternyata tidak seseram itu, pikir Lucy.

Sylar menoleh menatap Lucy lagi, kali ini lebih lama. “Kulit kepala Anda berdarah.”

Lucy refleks menyentuh kepalanya. Jari-jarinya terasa lengket. Ia menarik tangan itu cepat-cepat.

“Kita tidak langsung ke rumah Anda,” lanjut Sylar. “Saya akan membawa Anda ke rumah sakit kekaisaran.”

Lucy terkejut. “Tidak perlu—”

“Perlu,” potong Sylar datar. “Luka di kepala bisa berbahaya jika dibiarkan.”

Lucy terdiam. Kata rumah sakit kekaisaran menggantung di kepalanya dan membuatnya mual.

“Apakah… Yang Mulia ada di sana?” tanyanya akhirnya, nyaris seperti gumaman.

Sylar tidak langsung menjawab. “Tidak,” katanya kemudian. “Saat ini, Yang Mulia Kaisar berada di istana.”

Entah mengapa, dada Lucy terasa lega saat menyadari Kaelith tidak akan melihatnya dalam keadaan seperti ini. Namun seketika perasaan cemas mulai menghampirinya.

Karena cepat atau lambat, pria itu pasti tahu tentang kejadian hari ini.

Dan kecemasannya terjawab saat Sylar berkata,

“Setelah luka Anda ditangani,” katanya. “Anda akan ikut saya ke istana.”

Lucy menegang.

“Yang Mulia ingin bertemu dengan Anda.”

***

Lucy meneguk liurnya susah payah saat menatap pintu besar berukir lambang Kekaisaran Velcarion di hadapannya. Jantungnya berdetak keras, dan perban di pelipisnya masih berdenyut nyeri.

Dan sekarang, dalam keadaan seperti ini, Lucy harus menemui Kaelith.

“Yang Mulia Kaisar sudah menunggu,” ucap Sylar singkat dari sampingnya, sedikit mengejutkan lamunannya.

Lucy menarik napas dalam, lalu melangkah masuk.

Ruangan itu luas dan sunyi. Cahaya sore menembus jendela-jendela tinggi, memantulkan bayangan seorang pria di tengah ruangan—tanpa seragam dan jubah kekaisaran, tapi aura pria itu masih terasa kuat.

Kaelith Vortigan, kaisar sekaligus teman masa kecilnya itu menoleh begitu Lucy berjalan mendekat. Tatapannya langsung jatuh pada pelipis Lucy yang tertutup perban.

Sekilas, rahangnya terlihat mengeras. Namun dalam sepersekian detik, ekspresinya kembali datar.

“Duduk,” ucapnya datar, sambil menunjuk kursi di hadapannya dengan dagu.

Lucy langsung menurut. Ia duduk dengan gerakan anggun, lalu meletakan kedua tangannya di atas pangkuannya.

Beberapa detik berlalu dalam henin, hingga akhirnya Kaelith kembali bersuara. “Aku sudah dengar apa yang terjadi di aula teh Valenrose.”

Tubuh Lucy langsung menegang. “Saya—”

“Aku tahu.” Kaelith memotongnya cepat. “Karena itu aku memanggilmu.”

Lucy terdiam, tak tahu harus menanggapi seperti apa.

Kaelith meraih cangkir teh di depannya, memutarnya perlahan tanpa benar-benar meminumnya.

“Aku ingin mendengarnya darimu,” katanya ringan. “Apa yang kau rasakan setelah diperlakukan seperti itu?”

Lucy masih terdiam mendengar pertanyaan itu. Memorinya langsung melayang pada kejadian beberapa jam lalu, saat semua tatapan, bisikan cemooh, dan juga cengkeraman Seraphine di rambutnya.

Tentu saja, jawabannya adalah malu. Ia sangat malu. Terlebih saat Eldric tak melakukan banyak hal, seolah takut pada kekuasaan keluarga Grand Duke Vallarond, meskipun saat itu hanya sang putri sulung yang ia hadapi.

Tanpa ia sadari, air mata lolos dari matanya. Namun buru-buru Lucy menyekanya, tak ingin sang kaisar melihatnya selemah itu.

Akhirnya, Lucy mengangkat pandangannya pelan. “Tentu saja saya malu, Yang Mulia,” ujarnya hati-hati. “Eldric meminta bertemu. Kami hanya berbicara seadanya. Lalu Lady Seraphine datang dan… menuduh saya. Walaupun saya hanya putri Baron, saya tetap punya harga diri.”

Kaelith menatapnya tanpa menyela, seolah sedang menilai.

“Kau tidak membalas?” tanyanya.

Lucy menggeleng. “Tidak. Saya hanya ingin pergi dari sana. Namun sayang, tidak bisa. Beruntung Lord Sylar hadir dan menolong saya. Kalau tidak…”

Satu alis Kaelith terangkat samar. “Dan tetap saja kau sudah diseret dipermalukan, bukan?”

Lucy menunduk dalam. “Benar, Yang Mulia.”

Hening kembali jatuh. Kaelith akhirnya meletakkan cangkirnya ke meja dengan bunyi pelan.

“Kau tahu,” ucapnya datar. “Jika Sylar tidak datang, ceritanya bisa berbeda.”

Lucy meremas jemarinya. “Saya tidak berpikir sejauh itu.”

“Masalahnya,” lanjut Kaelith, ia bersandar di kursi sambil menatapnya lurus. “Kau selalu berpikir orang lain akan berhenti sendiri.”

Tatapannya tajam, masih terus memperhatikan Lucy yang tak berkutik.

“Mereka tidak akan berhenti, Lucy,” ucapnya pelan. “Itulah alasan aku menawarkan pernikahan itu.”

Dengan gerakan perlahan, ia bangkit dari duduknya. Tatapannya waspada saat Kaelith melangkah semakin dekat.

Kaelith berhenti tepat di sisi Lucy. Napasnya tercekat saat satu tangan pria itu bertumpu pada sandaran kursi yang Lucy duduki, jari-jarinya mencengkeram kayu itu dengan mantap.

Dengan gerakan perlahan, Kaelith menunduk. Terlalu dekat. Jarak di antara wajah mereka bahkan hanya menyisakan ruang napas yang sempit, cukup untuk membuat Lucy menahan hembusan udaranya sendiri.

“Aku tidak hanya menawarkan perlindungan kosong,” ucapnya rendah, nyaris berbisik. Jarinya menyentuh dagu Lucy, mengangkatnya sedikit. Ujung hidung mereka nyaris bersentuhan. “Aku menawarkan posisi.”

Lucy menelan ludah. Jantungnya berdetak tak karuan. “Posisi… sebagai Ratu,” gumamnya, lebih seperti memastikan pada dirinya sendiri. Batinnya bergejolak, entah apakah putri Baron pantas bersanding dengan kaisar seberkuasa Kaelith.

“Sebagai istriku,” koreksi Kaelith tanpa ragu. Tatapannya terkunci pada mata Lucy. “Dengan menjadi istriku, tidak akan ada lagi yang berani menyentuhmu tanpa konsekuensi.”

Ia sedikit memiringkan kepalanya. “Termasuk keluarga Grand Duke Vallarond.”

Nama itu membuat dada Lucy mengencang. Jemarinya makin meremas gaunnya.

“Tapi...” suaranya bergetar. “Itu berarti... saya akan terikat pada Yang Mulia.”

“Terikat pada kekaisaran,” balas Kaelith pelan. “Dan aku akan berdiri di belakangmu.”

Ia meluruskan tubuhnya perlahan, memberi Lucy ruang bernapas kembali, tapi tekanannya justru terasa lebih nyata.

“Aku tidak memintamu menjawab sekarang,” lanjutnya, kembali ke nada bicara yang tenang dan dingin. 

“Tapi, pikirkanlah. Dengan menikah denganku, kau akan mendapatkan segalanya yang kau inginkan.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kesayangan Yang Mulia Kaisar Kaelith   6. Kunjungan Kaisar

    “Terima kasih sudah menerima kedatanganku.” Lucy dan Leon menunduk bersamaan, menyambut kedatangan Kaisar Kaelith di kediaman kakak beradik itu.Setelah percakapan malam itu, Lucy tak menunggu lama. Esok paginya, ia segera memberi kabar pada Kaelith bahwa Leon sudah “memberi restu”.Namun tentu saja Kaelith harus datang sendiri dan memberitahu tujuannya.Dan hari itu, mereka bertiga bertemu di aula teh kediaman Baron Mortayne. Hanya ada mereka bertiga dan kedua pengawal Kaelith yang berjaga di luar pintu.Sebelum datang, Kaelith sempat meminta agar Lucy meliburkan semua pelayang yang ada di kediaman Baron Mortayne. Tentu saja permintaan itu membuat sang kepala keluarga bingung.Dan kebingungannya terjawab saat melihat pria yang dimaksud adalah Kaelith, teman masa kecil sang kakak sekaligus penguasa kejam di kekaisaran Velcarion.“Kau pasti sudah dengar maksud kedatanganku hari ini apa, Baron Mortayne,” lanjut Kaelith setelah dipersilakan duduk, suaranya terdengar tenang sekaligus teg

  • Istri Kesayangan Yang Mulia Kaisar Kaelith   5. Meminta Restu

    “Mendapatkan… segalanya?”Kaelith tersenyum samar. Tatapannya terus mengunci Lucy, tenang tapi cukup menekan.“Termasuk balas dendam,” ucapnya pelan. “Apa pun yang mereka lakukan padamu nanti, aku pastikan mereka akan menerima pembalasan yang lebih kejam.”“Tidak perlu sampai seperti itu…” cicit Lucy, suaranya mengecil di akhir kalimat.Kaelith tidak langsung menjawab. Senyum samarnya memudar, digantikan dengan tatapan tenangnya. “Kau masih berpikir mereka akan berhenti jika kau diam saja?”Lucy diam tak menjawab. Dan diamnya berarti iya.Kaelith menegakkan tubuhnya. Ia menghela napas keras, tangan sambil memijat pelipis frustasi.“Balas dendam bukan soal kemarahan, Lucy. Ini soal memastikan mereka tidak pernah punya kesempatan mengulanginya lagi.”Lucy menunduk, jemarinya saling meremas. “Saya hanya… tidak ingin menimbulkan masalah yang tidak seharusnya.”“Masalah itu sudah ada sejak mereka berani menyentuhmu,” balas Kaelith datar. “Yang aku tawarkan hanya kendali atas bagaimana ka

  • Istri Kesayangan Yang Mulia Kaisar Kaelith   4. Segalanya Untukmu

    “Apa yang sedang terjadi di sini?”Suara tegas itu berasal dari seorang pria yang melangkah maju dari kerumunan. Posturnya tinggi dan tegap, berseragam hitam berlis perak dengan pedang di pinggang, dan lambang kekaisaran di dadanya.Aura yang menguar dari pria itu membuat beberapa bangsawan refleks bergerak mundur.Pria itu Sylar. Pengawal kekaisaran yang sempat menegurnya di pesta pertunangan kemarin malam. Tatapannya langsung jatuh pada Lucy yang berlutut, rambutnya yang berantakan masih dicengkeram, dan darah mulai mengalir di pelipisnya.Ekspresi wajahnya seketika mengeras.“Lepaskan,” katanya singkat.Seraphine menoleh, napasnya tersengal oleh amarah. “Ini urusan pribadi keluarga Duke Vallarond.”Sylar tidak mengubah ekspresi. “Tidak saat Anda menyeret seorang bangsawan perempuan di tempat umum.”Ia melangkah lebih dekat. Tekanannya cukup untuk membuat Seraphine ragu. Beberapa detik kemudian, jari-jari itu akhirnya terlepas dari rambut Lucy.Lucy hampir jatuh ke depan, tapi Syla

  • Istri Kesayangan Yang Mulia Kaisar Kaelith   3. Pengkhianat

    Dunia di sekitar seakan berhenti berputar.“Apa…?” suara Lucy nyaris tak keluar.“Menikahlah denganku,” ulang Kaelith tenang, seolah yang dibicarakan bukan hal yang besar. “Dan aku bisa memberikan segalanya yang kau inginkan, termasuk balas dendam.”Lucy menggenggam jubah itu lebih erat. “Balas dendam… untuk siapa?”“Untukmu,” jawab Kaelith tanpa ragu. “Dan untukku.”Ia mencondongkan tubuh sedikit, cukup dekat hingga Lucy bisa melihat kelelahan yang disembunyikan di balik mata abu-abu itu. “Biarkan mereka melihat apa yang terjadi ketika mereka meremehkan seseorang yang berada di sisi Kaisar.”Lucy terdiam lama. Angin masih berhembus, membuat jubah pria itu berkibar.“Aku tidak akan memaksamu,” lanjut Kaelith lebih pelan saat tak mendapat balasan. “Tapi jika kau lelah mengalah… ini jalannya.”Kaelith tidak mendesaknya. Ia menatap Lucy lebih lama, seolah sudah menduga reaksi itu.“Pikirkan saja dulu,” ucapnya akhirnya, suaranya tenang. “Keputusan seperti ini tidak seharusnya lahir dari

  • Istri Kesayangan Yang Mulia Kaisar Kaelith   2. Menikahlah Denganku

    Lucy membelalak panik, wajahnya seketika pucat begitu menyadari siapa yang baru saja ia tabrak.Pria itu, Kaelith Vortigan, kaisar muda dari Kekaisaran Velcarion. Pria yang dikenal berkuasa dan kejam di kalangan bangsawan itu menatapnya tanpa ekspresi.Leon yang berhasil menyusul Lucy pun ikut terbelalak saat menyadari kehadiran pria itu.“Yang Mulia, saya mohon maaf!” ucap Leon cepat. “Kakak saya tidak melihat jalan dan tanpa sengaja menabrak Anda.” Tangannya refleks menahan bahu Lucy agar tidak jatuh lagi. Kaelith tidak langsung menjawab, hanya menatap kedua kakak beradik itu tanpa ekspresi.Leon menunduk lebih dalam, ia melirik bingung kakaknya yang malah terpaku. “Kak, menunduklah… aku tidak mau melihat kepalamu hilang malam ini”Lucy mendengarnya. Namun dunia di sekitarnya masih terasa bergema dan kabur. Dan sekarang ia malah dihadapkan dengan kehadiran pria paling berkuasa di kekaisaran.Pria itu bukan lagi Pangeran Kedua Verlcarion. Apalagi teman masa kecilnya bersama Eldric d

  • Istri Kesayangan Yang Mulia Kaisar Kaelith   1. Pertunangan Dua Keluarga

    “Malam ini, kami merayakan pertunangan putra bungsu kami, Eldric Montclair, dengan Lady Seraphine, putri sulung dari keluarga Grand Duke Vallarond!”Riuh tepuk tangan memenuhi seluruh penjuru aula, berbanding terbalik dengan gemuruh di dada Lucy. Ia merasa dunianya runtuh seketika saat melihat kekasih dan teman masa kecilnya berada di atas panggung aula kediaman Marquis Montclair, saling bergandengan tangan dengan mesra. Malam ini seharusnya menjadi malam yang berarti di hidupnya. Malam di mana Eldric Montclair, kekasihnya sejak masa kecil, akan mengumumkan pertunangan mereka secara resmi di hadapan seluruh bangsawan.Sebaliknya, yang terjadi adalah hal yang tak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.Lucy hanya bisa membeku saat beberapa wanita bangsawan bersorak seolah mereka menyaksikan hal yang sudah mereka nantikan. Pertunangan Eldric dan… Seraphine? Bukankah harusnya aku yang bertunangan dengan Eldric…Semua perjuangannya selama ini berakhir sia-sia. Bahkan adik laki-lakinya, Leo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status